Mataram, 14/10 (ANTARA) - Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat telah menyiapkan tim dan ruang isolasi khusus untuk menangani pasien yang terdeteksi mengidap gejala penyakit flu burung.
Kepala Bidang Pelayanan, Rumah Sakit Umum Provinsi (RSUP) Nusa Tenggara Barat (NTB) H Lalu Hamzi Fikri, di Mataram, Jumat, mengatakan, tim khusus penanganan pasien flu burung itu beranggotakan 10 orang yang terdiri dari beberapa dokter ahli yang terkait dengan penyakit flu burung dan dokter umum.
"Tim khusus itu diketuai dr Salim ahli penyakit paru. Sebenarnya tim itu sudah dibentuk pada 2009 dengan Surat Keputusan Direktur RSUP NTB, tetapi karena selama ini tidak ada kasus flu burung, tim itu vakum. Sekarang dengan adanya temuan dugaan flu burung di sejumlah daerah di NTB, tim itu harus siap," katanya.
Ia mengatakan, pihaknya juga sudah menyiapkan alat medis bantuan dari Kementerian Kesehatan untuk menunjang kerja tim khusus tersebut.
Beberapa alat medis yang sudah disiapkan seperti alat radiologi yang bisa dipindah-pindah dan alat untuk memonitor perkembangan kondisi pasien. Alat tersebut ditempatkan di ruang pusat monitor.
Fikri mengatakan, pihaknya juga sudah menyiapkan sejumlah baju khusus bagi tenaga medis agar tidak tertular penyakit mematikan itu ketika merawat pasien. Baju-baju tersebut merupakan bantuan dari Kementerian Kesehatan beberapa tahun lalu.
"Baju dan sejumlah peralatan medis itu saat ini masih terbungkus di ruang khusus karena dalam dua tahun terakhir tidak ada pasien flu burung. Terakhir, pada 2009, kami menangani dua pasien yang diduga terkena flu burung, namun dinyatakan masih susfect. Artinya belum positif flu burung," katanya.
Selain tim khusus, kata dia, RSUP NTB juga sudah menyiapkan sejumlah tenag perawat yang sudah memahami prosedur tetap penanganan pasien flu burung karena sudah diberikan pelatihan dan simulasi.
Ia menambahkan, ruang isolasi khusus untuk menampung pasien juga sudah disediakan. Ruangan itu terletak di bangsal Flamboyan lantai tiga RSUP NTB.
Para pasien yang diduga terkena penyakit flu burung nantinya tidak dirujuk ke instalasi gawat darurat, namun langsung ditempatkan di ruang isolasi khusus untuk menghindari penularan kepada para pengunjung dan pasien lainnya.
"Untuk sementara ada tiga ruang khusus yang kami sediakan. Saat ini masih digunakan untuk menampung pasien umum. Nanti kalau memang ada warga yang mengidap gejala penyakit flu burung, kami akan langsung sterilkan ruang isolasi tersebut. Para pasien umum akan dipindah ke ruang perawatan lain," ujarnya.
Fikri mengatakan, pihaknya akan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan NTB untuk menyediakan beberapa jenis obat-obatan khusus untuk pasien yang mengidap gejala penyakit flu burung.
Menurut dia, upaya menyiapkan fasilitas, sumber daya manusia dan alur pelayanan merupakan langkah untuk mengantisipasi kemungkinan adanya pasien pengidap gejala penyakit berbahaya dan menular tersebut.
"Sejak merebaknya kasus flu burung di Indonesia, kami sudah siap. Baik dari sisi pelayanan, fasilitas dan sumber daya manusia. Tapi mudah-mudahan tidak ada warga yang terkena penyakit mematikan itu," ujarnya.
Seperti diketahui, ratusan ekor ayam di Kabupaten Lombok Tengah dilaporkan mati mendadak dan diduga akibat terserang penyakit flu burung. Bahkan, di Kota Mataram, ibu kota Provinsi NTB, kematian puluhan ekor ayam secara mendadak sudah dilaporkan oleh warga.
Namun, hingga saat ini belum ada laporan mengenai korban jiwa akibat penyakit yang ditularkan oleh unggas tersebut. (*)
Kepala Bidang Pelayanan, Rumah Sakit Umum Provinsi (RSUP) Nusa Tenggara Barat (NTB) H Lalu Hamzi Fikri, di Mataram, Jumat, mengatakan, tim khusus penanganan pasien flu burung itu beranggotakan 10 orang yang terdiri dari beberapa dokter ahli yang terkait dengan penyakit flu burung dan dokter umum.
"Tim khusus itu diketuai dr Salim ahli penyakit paru. Sebenarnya tim itu sudah dibentuk pada 2009 dengan Surat Keputusan Direktur RSUP NTB, tetapi karena selama ini tidak ada kasus flu burung, tim itu vakum. Sekarang dengan adanya temuan dugaan flu burung di sejumlah daerah di NTB, tim itu harus siap," katanya.
Ia mengatakan, pihaknya juga sudah menyiapkan alat medis bantuan dari Kementerian Kesehatan untuk menunjang kerja tim khusus tersebut.
Beberapa alat medis yang sudah disiapkan seperti alat radiologi yang bisa dipindah-pindah dan alat untuk memonitor perkembangan kondisi pasien. Alat tersebut ditempatkan di ruang pusat monitor.
Fikri mengatakan, pihaknya juga sudah menyiapkan sejumlah baju khusus bagi tenaga medis agar tidak tertular penyakit mematikan itu ketika merawat pasien. Baju-baju tersebut merupakan bantuan dari Kementerian Kesehatan beberapa tahun lalu.
"Baju dan sejumlah peralatan medis itu saat ini masih terbungkus di ruang khusus karena dalam dua tahun terakhir tidak ada pasien flu burung. Terakhir, pada 2009, kami menangani dua pasien yang diduga terkena flu burung, namun dinyatakan masih susfect. Artinya belum positif flu burung," katanya.
Selain tim khusus, kata dia, RSUP NTB juga sudah menyiapkan sejumlah tenag perawat yang sudah memahami prosedur tetap penanganan pasien flu burung karena sudah diberikan pelatihan dan simulasi.
Ia menambahkan, ruang isolasi khusus untuk menampung pasien juga sudah disediakan. Ruangan itu terletak di bangsal Flamboyan lantai tiga RSUP NTB.
Para pasien yang diduga terkena penyakit flu burung nantinya tidak dirujuk ke instalasi gawat darurat, namun langsung ditempatkan di ruang isolasi khusus untuk menghindari penularan kepada para pengunjung dan pasien lainnya.
"Untuk sementara ada tiga ruang khusus yang kami sediakan. Saat ini masih digunakan untuk menampung pasien umum. Nanti kalau memang ada warga yang mengidap gejala penyakit flu burung, kami akan langsung sterilkan ruang isolasi tersebut. Para pasien umum akan dipindah ke ruang perawatan lain," ujarnya.
Fikri mengatakan, pihaknya akan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan NTB untuk menyediakan beberapa jenis obat-obatan khusus untuk pasien yang mengidap gejala penyakit flu burung.
Menurut dia, upaya menyiapkan fasilitas, sumber daya manusia dan alur pelayanan merupakan langkah untuk mengantisipasi kemungkinan adanya pasien pengidap gejala penyakit berbahaya dan menular tersebut.
"Sejak merebaknya kasus flu burung di Indonesia, kami sudah siap. Baik dari sisi pelayanan, fasilitas dan sumber daya manusia. Tapi mudah-mudahan tidak ada warga yang terkena penyakit mematikan itu," ujarnya.
Seperti diketahui, ratusan ekor ayam di Kabupaten Lombok Tengah dilaporkan mati mendadak dan diduga akibat terserang penyakit flu burung. Bahkan, di Kota Mataram, ibu kota Provinsi NTB, kematian puluhan ekor ayam secara mendadak sudah dilaporkan oleh warga.
Namun, hingga saat ini belum ada laporan mengenai korban jiwa akibat penyakit yang ditularkan oleh unggas tersebut. (*)