Mataram, 7/4 (ANTARA) - Ribuan kambing di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), memasuki musim transisi dari musim hujan ke musim kemarau kali ini terserang penyakit kudis (scabies) sehingga berbahaya untuk dikonsumsi.
Kepala Dinas Peternakan NTB, drh H Abdul Samad, di Mataram, Selasa, membenarkan bahwa ribuan kambing yang terkena penyakit kudis tersebut akibat terserang parasit penyebab kudis.
"Penyakit ini terjadi karena adanya parasit yang menempel pada kulit kambing sehingga menyebabkan kambing mengalami gatal-gatal dan ini biasanya terjadi pada saat perubahan musim yaitu dari musim hujan ke musim kemarau," ujarnya.
Ia mengatakan, penyakit kudis merupakan penyakit kulit menular yang menyerang hewan terutama kambing, kelinci, kerbau, anjing, dan babi.
Penyakit ini sering ditemukan pada ternak kambing yang mengakibatkan penurunan bobot badan dan kulit tidak bersih sehingga harga jual berkurang hingga sepertiga dari harga kambing sehat, dan jika dibiarkan akan mati dalam waktu tiga bulan.
"Umumnya kejadian penyakit kudis pada kambing tinggi pada musim kemarau antara Juli-September. Pada saat itu juga terjadi kekurangan pakan dan air," ujarnya.
Menurut Samad, tanda-tanda kambing yang terserang parasit penyebab penyakit kudis yaitu gatal-gatal hebat yang ditandai dengan menggosok-gosokkan tubuh pada dinding kandang serta menggigit bagian tubuh yang terserang penyakit (moncong, telinga, leher, dada, perut, pangkal ekor dan sepanjang punggung serta kaki).
Akibat gosokan dan gigitan terjadi luka dan lecet yang menyebabkan lepuh dan bernanah pada kulit.
Pada penyakit yang agak lanjut, kulit mengeras dan menebal serta melipat-lipat sehingga pada tempat tersebut bulunya lepas dan kelihatan gundul.
Ia mengatakan, kambing yang terkena peyakit kudis sangat berbahaya jika dikonsumsi karena penyakit tersebut bisa menular kepada manusia yang mengkonsumsinya.
"Kalau kambingnya terkena penyakit kudis jangan dikonsumsi kita bisa ikut mengalami gatal-gatal karena tertular penyakit itu," ujarnya.
Ia mengatakan, upaya yang dilakukan untuk mengatasi mewabahnya penyakit kudis pada kambing di Pulau Sumbawa saat ini yaitu dengan melakukan pengobatan terhadap kambing yang terjangkit parasit penyebab penyakit kudis.
Obat yang dapat digunakan antara lain larutan coumaphos 0,05-0,1 persen dilarutkan dalam air kemudian disiramkan ke seluruh kulit, semprot atau dilapkan dan dalam bentuk salep 1-2 persen atau dengan memberikan Ivermectin secara suntikan di bawah kulit dengan dosis 0,2 mg/kg berat badan.
Upaya lain yang dilakukan, kata Samad, yaitu dengan memberikan penyuluhan kepada para peternak kambing tentang bagaimana menjaga kebersihan kandang, pemberian pakan yang baik, dan jika menemukan adanya kambing yang terkena penyakit segera melapor ke Pos Kesehatan Hewan (Poskeswan) atau dinas peternakan setempat.
"Kita memberikan penyuluhan kepada peternak sebagai upaya tindakan preventif agar warga lebih memahami bagaimana menjaga ternak mereka dari berbagai penyakit terutama pada saat pergantian musim, dimana pada kondisi itu ternak sangat rentan terhadap serangan penyakit," ujarnya.(*)
Kepala Dinas Peternakan NTB, drh H Abdul Samad, di Mataram, Selasa, membenarkan bahwa ribuan kambing yang terkena penyakit kudis tersebut akibat terserang parasit penyebab kudis.
"Penyakit ini terjadi karena adanya parasit yang menempel pada kulit kambing sehingga menyebabkan kambing mengalami gatal-gatal dan ini biasanya terjadi pada saat perubahan musim yaitu dari musim hujan ke musim kemarau," ujarnya.
Ia mengatakan, penyakit kudis merupakan penyakit kulit menular yang menyerang hewan terutama kambing, kelinci, kerbau, anjing, dan babi.
Penyakit ini sering ditemukan pada ternak kambing yang mengakibatkan penurunan bobot badan dan kulit tidak bersih sehingga harga jual berkurang hingga sepertiga dari harga kambing sehat, dan jika dibiarkan akan mati dalam waktu tiga bulan.
"Umumnya kejadian penyakit kudis pada kambing tinggi pada musim kemarau antara Juli-September. Pada saat itu juga terjadi kekurangan pakan dan air," ujarnya.
Menurut Samad, tanda-tanda kambing yang terserang parasit penyebab penyakit kudis yaitu gatal-gatal hebat yang ditandai dengan menggosok-gosokkan tubuh pada dinding kandang serta menggigit bagian tubuh yang terserang penyakit (moncong, telinga, leher, dada, perut, pangkal ekor dan sepanjang punggung serta kaki).
Akibat gosokan dan gigitan terjadi luka dan lecet yang menyebabkan lepuh dan bernanah pada kulit.
Pada penyakit yang agak lanjut, kulit mengeras dan menebal serta melipat-lipat sehingga pada tempat tersebut bulunya lepas dan kelihatan gundul.
Ia mengatakan, kambing yang terkena peyakit kudis sangat berbahaya jika dikonsumsi karena penyakit tersebut bisa menular kepada manusia yang mengkonsumsinya.
"Kalau kambingnya terkena penyakit kudis jangan dikonsumsi kita bisa ikut mengalami gatal-gatal karena tertular penyakit itu," ujarnya.
Ia mengatakan, upaya yang dilakukan untuk mengatasi mewabahnya penyakit kudis pada kambing di Pulau Sumbawa saat ini yaitu dengan melakukan pengobatan terhadap kambing yang terjangkit parasit penyebab penyakit kudis.
Obat yang dapat digunakan antara lain larutan coumaphos 0,05-0,1 persen dilarutkan dalam air kemudian disiramkan ke seluruh kulit, semprot atau dilapkan dan dalam bentuk salep 1-2 persen atau dengan memberikan Ivermectin secara suntikan di bawah kulit dengan dosis 0,2 mg/kg berat badan.
Upaya lain yang dilakukan, kata Samad, yaitu dengan memberikan penyuluhan kepada para peternak kambing tentang bagaimana menjaga kebersihan kandang, pemberian pakan yang baik, dan jika menemukan adanya kambing yang terkena penyakit segera melapor ke Pos Kesehatan Hewan (Poskeswan) atau dinas peternakan setempat.
"Kita memberikan penyuluhan kepada peternak sebagai upaya tindakan preventif agar warga lebih memahami bagaimana menjaga ternak mereka dari berbagai penyakit terutama pada saat pergantian musim, dimana pada kondisi itu ternak sangat rentan terhadap serangan penyakit," ujarnya.(*)