Praya, Lombok Tengah (ANTARA) - Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB) menyatakan dampak kemarau basah yang terjadi di pertengahan tahun ini menyebabkan lahan tanaman tembakau yang telah ditanam terancam gagal tumbuh atau mati.
"Hujan yang masih terjadi saat musim kemarau ini tentunya bisa merugikan para petani tembakau," kata Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Lombok Tengah Lalu Taufikurahman di Praya, Senin.
Sejumlah wilayah di Lombok Tengah telah ditanami tanaman tembakau, sehingga ketika terjadi hujan bisa merusak tanaman tembakau petani yang ditanam tanpa drainase. Sedangkan petani yang telah melakukan penanaman dengan dengan sistem drainase bisa mengurangi dampak hujan yang terjadi.
"Sebagian petani telah melakukan penanaman tembakau dan masih ada juga yang sedang proses penanaman," katanya.
Ia mengatakan, luas tanaman tembakau pada tahun ini dibatasi yakni sekitar 7000 hektare, sedangkan pada tahun lalu bisa mencapai 10 ribu hektare. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi penurunan harga tembakau dan supaya hasil tanaman tembakau petani bisa di serap oleh perusahaan.
"Luas lahan kita batasi, supaya hasil panen bisa diserap perusahaan," katanya.
Berdasarkan laporan sementara dampak curah hujan yang terjadi pada pekan kemarin, luas tanaman tembakau yang rusak itu sekitar 525 hektare di Kecamatan Praya Timur dan 823 hektare di Kecamatan Pujut.
"Tanaman tembakau yang rusak dampak hujan tersebut baru mulai tumbuh," katanya.
Kondisi cuaca saat ini memang tidak menentu, sehingga apabila terjadi hujan terus menerus, tanaman tembakau para petani yang telah tumbuh akan rusak atau mati.
"Sebagian para petani harus melakukan penyulaman terhadap tanaman tembakau yang mati terdampak hujan," katanya.
"Hujan yang masih terjadi saat musim kemarau ini tentunya bisa merugikan para petani tembakau," kata Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Lombok Tengah Lalu Taufikurahman di Praya, Senin.
Sejumlah wilayah di Lombok Tengah telah ditanami tanaman tembakau, sehingga ketika terjadi hujan bisa merusak tanaman tembakau petani yang ditanam tanpa drainase. Sedangkan petani yang telah melakukan penanaman dengan dengan sistem drainase bisa mengurangi dampak hujan yang terjadi.
"Sebagian petani telah melakukan penanaman tembakau dan masih ada juga yang sedang proses penanaman," katanya.
Ia mengatakan, luas tanaman tembakau pada tahun ini dibatasi yakni sekitar 7000 hektare, sedangkan pada tahun lalu bisa mencapai 10 ribu hektare. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi penurunan harga tembakau dan supaya hasil tanaman tembakau petani bisa di serap oleh perusahaan.
"Luas lahan kita batasi, supaya hasil panen bisa diserap perusahaan," katanya.
Berdasarkan laporan sementara dampak curah hujan yang terjadi pada pekan kemarin, luas tanaman tembakau yang rusak itu sekitar 525 hektare di Kecamatan Praya Timur dan 823 hektare di Kecamatan Pujut.
"Tanaman tembakau yang rusak dampak hujan tersebut baru mulai tumbuh," katanya.
Kondisi cuaca saat ini memang tidak menentu, sehingga apabila terjadi hujan terus menerus, tanaman tembakau para petani yang telah tumbuh akan rusak atau mati.
"Sebagian para petani harus melakukan penyulaman terhadap tanaman tembakau yang mati terdampak hujan," katanya.