Warse, Papua (ANTARA) - Kader Posyandu Kampung Warse, Kabupaten Asmat, Papua Debora Bemerew (39) menekankan pengetahuan ayah di dalam Suku Asmat menjadi penyebab utama para ibu takut untuk mengikuti program keluarga berencana (KB).
“Papa tolak ikut KB karena mama tidak bisa dapat anak katanya. Nanti penduduk tambah kurang. Mereka mau mama-mama harus hamil cepat-cepat,” kata Debora saat ditemui ANTARA di Kampung Warse, Kabupaten Asmat, Papua, Kamis.
Debora menuturkan program KB sebetulnya sudah masuk ke Suku Asmat sejak tahun 2013-2015. Namun pada saat itu banyak terjadi penolakan dan tidak mau menerima kehadiran KB yang dapat memberikan jarak bagi kesehatan ibu untuk melahirkan bayi-bayi yang sehat.
Baca juga: Suku Asmat gunakan speed boat beraktivitas sehari-hari
Banyak ayah di kampung memiliki pemikiran dengan mengikuti KB maka akan mengurangi jumlah penduduk di kampung bahkan ibu tidak bisa menjalankan tugasnya untuk hamil.
Sampai kemudian terjadi masa di mana jumlah kehamilan naik turun dan ada dua ibu dengan bayi meninggal dalam kandungan. Pemerintah desa langsung melaporkannya ke dinas kesehatan dan pemerintah daerah, sehingga KB kembali dijalankan.
Barulah pada tahun 2021 tepatnya pada bulan Juni lalu, jumlah ibu yang mengikuti KB mulai menunjukkan penambahan. Dengan rincian 18 ibu dari Kampung Birak, 20 dari Kampung Warse dan 17 dari Kampung Akamar. Jenis KB juga sudah bermacam-macam seperti IUD, pil ataupun suntik.