Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengaplikasikan salah satu produk radiofarmaka Samarium-153 EDTMP untuk terapi paliatif pereda nyeri bagi pasien kanker di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Sardjito di Yogyakarta.
"Saat ini layanan terapi paliatif dengan Sm153 EDTMP bahkan sudah ditanggung oleh BPJS," kata salah satu periset Samarium-153 EDTMP Pusat Riset Teknologi Radioisotop, Radiofarmaka, dan Biodosimetri (PRTRRB) BRIN Agus Ariyanto dalam keterangan yang diakses ANTARA di laman resmi BRIN di Jakarta, Kamis.
Proses produksi Samarium-153 EDTMP membutuhkan waktu 8-10 hari mulai dari penyiapan bahan target iradiasi, proses iradiasi, penanganan pascairadiasi, penandaan, pengujian kualitas, pengemasan dan pengiriman, hingga penggunaan pada pasien.
Proses produksi dilakukan di fasilitas yang telah tersertifikasi Cara Pembuatan Obat yang Baik oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan sehingga mutu dan keamanan produknya terjamin serta mematuhi protokol keselamatan radiasi dari Badan Pengawas Tenaga Nuklir.
Baca juga: SPRKK technology addresses potential dangers of nuclear power
Baca juga: BRIN dorong penguatan ekosistem hortikultura di Indonesia
Agus menuturkan berdasarkan data 2020, pengiriman produk Samarium-153 EDTMP mengalami peningkatan sebesar 43,82 persen dan total aktivitas pengiriman ke rumah sakit sebesar 14.250 mCi.
Hilirisasi dan komersialisasi produk Samarium-153 EDTMP saat ini dilakukan oleh PT Kimia Farma dengan nama dagang TBONE KaeF. Kepala Instalasi Radiologi RSUP Dr Sardjito Yogyakarta dr Hanif Afkari Sp.KN.TM(K) mengatakan terapi yang menggunakan senyawa bertanda Samarium-153 EDTMP itu bersifat bone pain palliative untuk mereduksi nyeri pada pasien kanker yang sudah mengalami penyebaran ke tulang.
Sebelum dilakukan terapi, pasien akan menjalani pemindaian (scan) tulang, suatu metode pencitraan untuk mendiagnosis beberapa jenis penyakit tulang, dengan menggunakan kamera gamma. Bila pasien terdeteksi positif memiliki persebaran sel kanker di tulang maka langkah selanjutnya diterapi dengan pemberian Samarium-153. "Samarium-153 ini memiliki efek radiasi ringan sehingga tidak perlu dikhawatirkan," ujar dia. Dengan pemberian terapi Samarium-153 EDTMP, pasien akan terbebas dari rasa nyeri, sehingga kualitas hidupnya menjadi lebih baik.
"Saat ini layanan terapi paliatif dengan Sm153 EDTMP bahkan sudah ditanggung oleh BPJS," kata salah satu periset Samarium-153 EDTMP Pusat Riset Teknologi Radioisotop, Radiofarmaka, dan Biodosimetri (PRTRRB) BRIN Agus Ariyanto dalam keterangan yang diakses ANTARA di laman resmi BRIN di Jakarta, Kamis.
Proses produksi Samarium-153 EDTMP membutuhkan waktu 8-10 hari mulai dari penyiapan bahan target iradiasi, proses iradiasi, penanganan pascairadiasi, penandaan, pengujian kualitas, pengemasan dan pengiriman, hingga penggunaan pada pasien.
Proses produksi dilakukan di fasilitas yang telah tersertifikasi Cara Pembuatan Obat yang Baik oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan sehingga mutu dan keamanan produknya terjamin serta mematuhi protokol keselamatan radiasi dari Badan Pengawas Tenaga Nuklir.
Baca juga: SPRKK technology addresses potential dangers of nuclear power
Baca juga: BRIN dorong penguatan ekosistem hortikultura di Indonesia
Agus menuturkan berdasarkan data 2020, pengiriman produk Samarium-153 EDTMP mengalami peningkatan sebesar 43,82 persen dan total aktivitas pengiriman ke rumah sakit sebesar 14.250 mCi.
Hilirisasi dan komersialisasi produk Samarium-153 EDTMP saat ini dilakukan oleh PT Kimia Farma dengan nama dagang TBONE KaeF. Kepala Instalasi Radiologi RSUP Dr Sardjito Yogyakarta dr Hanif Afkari Sp.KN.TM(K) mengatakan terapi yang menggunakan senyawa bertanda Samarium-153 EDTMP itu bersifat bone pain palliative untuk mereduksi nyeri pada pasien kanker yang sudah mengalami penyebaran ke tulang.
Sebelum dilakukan terapi, pasien akan menjalani pemindaian (scan) tulang, suatu metode pencitraan untuk mendiagnosis beberapa jenis penyakit tulang, dengan menggunakan kamera gamma. Bila pasien terdeteksi positif memiliki persebaran sel kanker di tulang maka langkah selanjutnya diterapi dengan pemberian Samarium-153. "Samarium-153 ini memiliki efek radiasi ringan sehingga tidak perlu dikhawatirkan," ujar dia. Dengan pemberian terapi Samarium-153 EDTMP, pasien akan terbebas dari rasa nyeri, sehingga kualitas hidupnya menjadi lebih baik.