Mataram, 17/2 (ANTARA) - Dinas Perkebunan Nusa Tenggara Barat akan mengintensifikasi 500 hektare lahan kakao pada 2012 untuk meningkatkan produksi dan kualitas buah tanaman tersebut.
Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) H Ihya Ulumudin, di Mataram, Jumat, mengatakan program intensifikasi lahan kakao tersebut sebagai bagian dari Gerakan Nasional (Gernas) Percepatan Revitalisasi Kakao yang dicanangkan Kementerian Pertanian pada 2009.
"Fokus rehabilitasi lahan kakao pada 2012 mencakup empat kabupaten yang tersebar di Pulau Sumbawa dan Lombok, Provinsi NTB. Saat ini kami masih menunggu data calon lahan dan kelompok tani yang dilibatkan dalam program Gernas Kakao," katanya.
Menurut dia, Gernas Percepatan Revitalisasi Kakao di Provinsi NTB, yang mencakup intensifikasi dan peremajaan/rehabilitasi kebun, di awali pada 2011, namun difokuskan di Kabupaten Lombok Utara dan Lombok Timur.
NTB merupakan salah satu dari 15 provinsi di Indonesia yang menjadi sasaran pelaksanaan program Gernas Kakao.
Dukungan anggaran untuk Gernas Percepatan Revitalisasi Kakao di Provinsi NTB pada 2011 mencapai Rp10,99 miliar lebih yang bersumber dari APBN dan APBD, untuk perbaikan mutu tanaman kakao seluas 1.500 hektare di Kabupaten Lombok Utara dan Lombok Timur.
Cakupannya yakni intensifikasi lahan kakao seluas 1.500 hektare dan peremajaan seluas 400 hektare di dua kabupaten.
Kegiatan intensifikasi berupa pemberian pupuk dan insektisida kepada 30 kelompok tani yang menggarap lahan seluas 600 hektare di Kabupaten Lombok Utara, dan 20 kelompok tani yang menggarap lahan seluas 500 hektare di Lombok Timur.
"Sedangkan kegiatan peremajaan berupa pembagian bibit tanaman kakao sebanyak 400 ribu bibit kepada petani yang menggarap 250 hektare lahan di Lombok Utara maupun 150 hektare lahan di Lombok Timur," katanya.
Untuk tahun anggaran 2012, kata Ihya, pihaknya mendapatkan alokasi anggaran dari APBN sebesar Rp836,800 juta untuk intensifikasi kakao pada lahan seluas 100 hektare di Kabupaten Lombok Utara.
Sementara alokasi anggaran yang bersumber dari APBD untuk peremajaan kakao pada lahan seluas 400 hektare di empat kabupaten yang tersebar di Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa masih dalam pembahasan.
"Dana dari APBN dan APBD tersebut akan ditransfer ke rekening kelompok tani. Jumlah kelompok tani yang akan menerima dana bantuan sosial untuk Gernas Kakao sekitar 16 kelompok dengan jumlah anggota kelompok rata-rata 25 orang," ujarnya.
Ia mengatakan, kelompok tani yang dilibatkan dalam Progam Gernas Kakao akan diberikan bibit kakao jenis 'somatic embryogenesis' (SE). Bibit tersebut berasal dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember, Jawa Timur.
Salah satu keunggulan bibit kakao jenis SE adalah bijinya besar dengan lemak yang banyak, tahan terhadap hama penggerek buah kakao dan penyakit "vascular streak dieback" (VSD).
"Bibit yang dibagikan kepada kelompok tani akan ditanam sekitar November 2012 atau pada awal musim hujan untuk mencegah kematian akibat kekurangan air," ujarnya.
Data Dinas Perkebunan NTB mencatat potensi areal tanaman kakao di wilayah NTB mencapai 17.700 hektare, namun sejauh ini baru sekitar 6.500 hektare yang dimanfaatkan dengan jumlah kepala keluarga petani kakao mencapai 9.000 orang. (*)
Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) H Ihya Ulumudin, di Mataram, Jumat, mengatakan program intensifikasi lahan kakao tersebut sebagai bagian dari Gerakan Nasional (Gernas) Percepatan Revitalisasi Kakao yang dicanangkan Kementerian Pertanian pada 2009.
"Fokus rehabilitasi lahan kakao pada 2012 mencakup empat kabupaten yang tersebar di Pulau Sumbawa dan Lombok, Provinsi NTB. Saat ini kami masih menunggu data calon lahan dan kelompok tani yang dilibatkan dalam program Gernas Kakao," katanya.
Menurut dia, Gernas Percepatan Revitalisasi Kakao di Provinsi NTB, yang mencakup intensifikasi dan peremajaan/rehabilitasi kebun, di awali pada 2011, namun difokuskan di Kabupaten Lombok Utara dan Lombok Timur.
NTB merupakan salah satu dari 15 provinsi di Indonesia yang menjadi sasaran pelaksanaan program Gernas Kakao.
Dukungan anggaran untuk Gernas Percepatan Revitalisasi Kakao di Provinsi NTB pada 2011 mencapai Rp10,99 miliar lebih yang bersumber dari APBN dan APBD, untuk perbaikan mutu tanaman kakao seluas 1.500 hektare di Kabupaten Lombok Utara dan Lombok Timur.
Cakupannya yakni intensifikasi lahan kakao seluas 1.500 hektare dan peremajaan seluas 400 hektare di dua kabupaten.
Kegiatan intensifikasi berupa pemberian pupuk dan insektisida kepada 30 kelompok tani yang menggarap lahan seluas 600 hektare di Kabupaten Lombok Utara, dan 20 kelompok tani yang menggarap lahan seluas 500 hektare di Lombok Timur.
"Sedangkan kegiatan peremajaan berupa pembagian bibit tanaman kakao sebanyak 400 ribu bibit kepada petani yang menggarap 250 hektare lahan di Lombok Utara maupun 150 hektare lahan di Lombok Timur," katanya.
Untuk tahun anggaran 2012, kata Ihya, pihaknya mendapatkan alokasi anggaran dari APBN sebesar Rp836,800 juta untuk intensifikasi kakao pada lahan seluas 100 hektare di Kabupaten Lombok Utara.
Sementara alokasi anggaran yang bersumber dari APBD untuk peremajaan kakao pada lahan seluas 400 hektare di empat kabupaten yang tersebar di Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa masih dalam pembahasan.
"Dana dari APBN dan APBD tersebut akan ditransfer ke rekening kelompok tani. Jumlah kelompok tani yang akan menerima dana bantuan sosial untuk Gernas Kakao sekitar 16 kelompok dengan jumlah anggota kelompok rata-rata 25 orang," ujarnya.
Ia mengatakan, kelompok tani yang dilibatkan dalam Progam Gernas Kakao akan diberikan bibit kakao jenis 'somatic embryogenesis' (SE). Bibit tersebut berasal dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember, Jawa Timur.
Salah satu keunggulan bibit kakao jenis SE adalah bijinya besar dengan lemak yang banyak, tahan terhadap hama penggerek buah kakao dan penyakit "vascular streak dieback" (VSD).
"Bibit yang dibagikan kepada kelompok tani akan ditanam sekitar November 2012 atau pada awal musim hujan untuk mencegah kematian akibat kekurangan air," ujarnya.
Data Dinas Perkebunan NTB mencatat potensi areal tanaman kakao di wilayah NTB mencapai 17.700 hektare, namun sejauh ini baru sekitar 6.500 hektare yang dimanfaatkan dengan jumlah kepala keluarga petani kakao mencapai 9.000 orang. (*)