Magelang (ANTARA) - Pelaksana Tugas Direktur Utama Badan Otorita Borobudur (BOB) Agustin Peranginangin mengharapkan kolaborasi tarian tiga daerah bernama Soledo (Soreng, Lengger Tapeng dan Dolalak) dapat meningkatkan atraksi di destinasi pariwisata super prioritas Borobudur.
Peranginangin di Magelang, Jumat, mengatakan BOB menginisiasi sebuah tarian kolaborasi bernama Soledo Gelang Projo, yaitu sebuah tarian yang menggabungkan identitas tiga kabupaten, yakni Kabupaten Magelang, Kulon Progo, dan Purworejo.
Ia menjelaskan penciptaan karya tari ini merupakan penggabungan tiga unsur khas dari setiap tarian di tiga kabupaten tersebut yang didesain secara estetika tari dengan komposisi yang sangat menarik serta menunjukkan keharmonisan budaya di wilayah perbatasan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan Jawa Tengah.
Tari Soledo akan diluncurkan secara kolosal oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno pada Senin (15/8) di Marga Utama Candi Borobudur dengan melibatkan 36 penari dan 16 pengrawit di setiap kabupaten sehingga total melibatkan 108 penari dan 48 pengrawit.
Baca juga: Minat pelajar kunjungi Candi Borobudur tinggi
Baca juga: Presiden Jerman terkesan restorasi Candi Borobudur
Menurut dia, tujuan lahirnya kolaborasi tari Soledo Gelang Projo, selain untuk mempromosikan atraksi budaya yang ada di Pegunungan Menoreh, juga sebagai upaya menggeliatkan seni budaya sebagai pemersatu dan simbol kekompakan di tiga kabupaten dalam dua provinsi tersebut.
Peranginangin menyampaikan penggabungan tiga tarian menjadi satu telah melewati sejumlah kajian panjang yang dilakukan oleh tim yang terdiri atas seniman dan akademisi tiga kabupaten. Hal ini dilakukan agar tidak merusak filosofi dasar dari ketiga tarian tersebut dan tetap mencirikan identitas setiap kabupaten.
Ia menuturkan lahirnya tarian kolaborasi dua provinsi ini sebagai salah satu upaya mengedepankan potensi lokal guna menarik pangsa pasar lokal yang berkualitas. Hal ini mengingat pandemi COVID-19 belum berakhir, sebab perkembangan pariwisata sejak pandemi mengedepankan quality tourism bukan lagi quantity tourism lagi.
"Di waktu yang sama ternyata pandemi juga merangsang kreatifitas para pelaku sektor pariwisata untuk dapat membuat terobosan guna menciptakan nilai tambah khususnya pada pengambangan atraction, accessibility, dan amenity," katanya.
Peranginangin di Magelang, Jumat, mengatakan BOB menginisiasi sebuah tarian kolaborasi bernama Soledo Gelang Projo, yaitu sebuah tarian yang menggabungkan identitas tiga kabupaten, yakni Kabupaten Magelang, Kulon Progo, dan Purworejo.
Ia menjelaskan penciptaan karya tari ini merupakan penggabungan tiga unsur khas dari setiap tarian di tiga kabupaten tersebut yang didesain secara estetika tari dengan komposisi yang sangat menarik serta menunjukkan keharmonisan budaya di wilayah perbatasan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan Jawa Tengah.
Tari Soledo akan diluncurkan secara kolosal oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno pada Senin (15/8) di Marga Utama Candi Borobudur dengan melibatkan 36 penari dan 16 pengrawit di setiap kabupaten sehingga total melibatkan 108 penari dan 48 pengrawit.
Baca juga: Minat pelajar kunjungi Candi Borobudur tinggi
Baca juga: Presiden Jerman terkesan restorasi Candi Borobudur
Menurut dia, tujuan lahirnya kolaborasi tari Soledo Gelang Projo, selain untuk mempromosikan atraksi budaya yang ada di Pegunungan Menoreh, juga sebagai upaya menggeliatkan seni budaya sebagai pemersatu dan simbol kekompakan di tiga kabupaten dalam dua provinsi tersebut.
Peranginangin menyampaikan penggabungan tiga tarian menjadi satu telah melewati sejumlah kajian panjang yang dilakukan oleh tim yang terdiri atas seniman dan akademisi tiga kabupaten. Hal ini dilakukan agar tidak merusak filosofi dasar dari ketiga tarian tersebut dan tetap mencirikan identitas setiap kabupaten.
Ia menuturkan lahirnya tarian kolaborasi dua provinsi ini sebagai salah satu upaya mengedepankan potensi lokal guna menarik pangsa pasar lokal yang berkualitas. Hal ini mengingat pandemi COVID-19 belum berakhir, sebab perkembangan pariwisata sejak pandemi mengedepankan quality tourism bukan lagi quantity tourism lagi.
"Di waktu yang sama ternyata pandemi juga merangsang kreatifitas para pelaku sektor pariwisata untuk dapat membuat terobosan guna menciptakan nilai tambah khususnya pada pengambangan atraction, accessibility, dan amenity," katanya.