Jakarta (ANTARA) - Indonesia memamerkan teknologi yang bisa dipakai untuk membuat avatar dalam dunia metaverse di ajang pertemuan keempat Kelompok Kerja Ekonomi Digital atau Digital Economy Working Group (DEWG) G20 yang diselenggarakan pada 29-30 Agustus 2022 di Nusa Dua, Bali.
T eknologi tersebut merupakan mesin Internet of Things (IoT) DAV 2.0 yang dibuat oleh PT WIRG atau WIR Group. Penggunaan teknologi tersebut sudah dilakukan sejak dua tahun belakangan yang sudah disebar di pulau Jawa dan Bali sebanyak 1.000 unit.
Rencananya, pada November 2022 mendatang, teknologi modern tersebut sudah mampu diaplikasikan dalam membuat avatar di dunia metaverse.
"Sudah bisa membuat avatar, tepatnya pada November 2022 nanti sudah bisa," kata Director Overseas Development WIR Group Yasha Chatab melalui siaran pers pada Selasa.
WIR Group menargetkan penyebaran 10.000 Mesin IoT DAV 2.0 ke berbagai pelosok tanah air pada 2023 agar masyarakat dapat semakin luas mengadopsi dunia metaverse dalam kehidupan sehari-hari.
"Tahun depan, akan lebih banyak lagi yang disebar ke seluruh Indonesia," tutur Yasha.
Kehadiran teknologi tersebut, kata Yasha, masyarakat Indonesia dapat membuat avatar yang merupakan representasi dirinya di dunia metaverse. Dengan begitu, Indonesia sudah bisa langsung menggunakan metaverse ketika teknologi itu sudah diterapkan secara global.
Melalui penggunaan alat tersebut, menurut perusahaan, masyarakat Indonesia dapat berpartisipasi dalam dunia metaverse di masa depan dengan biaya yang cukup murah, bahkan tanpa dikenakan biaya untuk menciptakan avatar di dunia metaverse.
"Tidak perlu pakai kacamata augmented reality (AR) dan virtual reality (VR) yang harganya cukup mahal," tutur Yasha. Di masa mendatang, avatar dapat digunakan dalam kegiatan belanja kebutuhan barang yang dapat dilakukan melalui toko daring di dunia metaverse. Antar-avatar, baik pembeli maupun penjual, yang dapat melakukan transaksi perdagangan sesuai dengan kebutuhan.
Baca juga: Toyota kerahkan ratusan mobil listrik Lexus UX-300e dukung KTT G20
Baca juga: Danrem 162/Wira Bhakti ajak masyarakat sukseskan KTT G20
Pada saat ini, lanjut Yasha, pihaknya telah menggandeng beberapa perusahaan ritel swasta untuk menaruh dan mengisi etalase berbagai produk di ruang toko virtual metaverse yang dibuatnya. "Sistem penggunaan alat itu adalah partnership, jadi bisa dipergunakan oleh banyak kalangan, siapa saja bisa pakai," kata Yasha.
Selanjutnya, penggunaan teknologi itu pun diyakini memberikan dampak positif pada pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dalam negeri, mengingat produk yang dijajakan dapat dipromosikan semakin luas kepada konsumen di dunia metaverse.
Teknologi tersebut akan mendorong kemudahan sektor swasta melakukan kurasi produk-produk UMKM yang hadir di dunia metaverse, sehingga memberi nilai tambah dan peluang produk lokal UMKM Indonesia berkembang maju serta memberi kesejahteraan yang signfikan bagi pelaku UMKM.
"Karena kurasi yang dilakukan mudah oleh pihak ketiga, maka peluang kontribusi UMKM di metaverse juga semakin besar," katanya.
T eknologi tersebut merupakan mesin Internet of Things (IoT) DAV 2.0 yang dibuat oleh PT WIRG atau WIR Group. Penggunaan teknologi tersebut sudah dilakukan sejak dua tahun belakangan yang sudah disebar di pulau Jawa dan Bali sebanyak 1.000 unit.
Rencananya, pada November 2022 mendatang, teknologi modern tersebut sudah mampu diaplikasikan dalam membuat avatar di dunia metaverse.
"Sudah bisa membuat avatar, tepatnya pada November 2022 nanti sudah bisa," kata Director Overseas Development WIR Group Yasha Chatab melalui siaran pers pada Selasa.
WIR Group menargetkan penyebaran 10.000 Mesin IoT DAV 2.0 ke berbagai pelosok tanah air pada 2023 agar masyarakat dapat semakin luas mengadopsi dunia metaverse dalam kehidupan sehari-hari.
"Tahun depan, akan lebih banyak lagi yang disebar ke seluruh Indonesia," tutur Yasha.
Kehadiran teknologi tersebut, kata Yasha, masyarakat Indonesia dapat membuat avatar yang merupakan representasi dirinya di dunia metaverse. Dengan begitu, Indonesia sudah bisa langsung menggunakan metaverse ketika teknologi itu sudah diterapkan secara global.
Melalui penggunaan alat tersebut, menurut perusahaan, masyarakat Indonesia dapat berpartisipasi dalam dunia metaverse di masa depan dengan biaya yang cukup murah, bahkan tanpa dikenakan biaya untuk menciptakan avatar di dunia metaverse.
"Tidak perlu pakai kacamata augmented reality (AR) dan virtual reality (VR) yang harganya cukup mahal," tutur Yasha. Di masa mendatang, avatar dapat digunakan dalam kegiatan belanja kebutuhan barang yang dapat dilakukan melalui toko daring di dunia metaverse. Antar-avatar, baik pembeli maupun penjual, yang dapat melakukan transaksi perdagangan sesuai dengan kebutuhan.
Baca juga: Toyota kerahkan ratusan mobil listrik Lexus UX-300e dukung KTT G20
Baca juga: Danrem 162/Wira Bhakti ajak masyarakat sukseskan KTT G20
Pada saat ini, lanjut Yasha, pihaknya telah menggandeng beberapa perusahaan ritel swasta untuk menaruh dan mengisi etalase berbagai produk di ruang toko virtual metaverse yang dibuatnya. "Sistem penggunaan alat itu adalah partnership, jadi bisa dipergunakan oleh banyak kalangan, siapa saja bisa pakai," kata Yasha.
Selanjutnya, penggunaan teknologi itu pun diyakini memberikan dampak positif pada pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dalam negeri, mengingat produk yang dijajakan dapat dipromosikan semakin luas kepada konsumen di dunia metaverse.
Teknologi tersebut akan mendorong kemudahan sektor swasta melakukan kurasi produk-produk UMKM yang hadir di dunia metaverse, sehingga memberi nilai tambah dan peluang produk lokal UMKM Indonesia berkembang maju serta memberi kesejahteraan yang signfikan bagi pelaku UMKM.
"Karena kurasi yang dilakukan mudah oleh pihak ketiga, maka peluang kontribusi UMKM di metaverse juga semakin besar," katanya.