Bali (ANTARA) - Direktur Jendral Aplikasi dan Informatika (Dirjen Aptika) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Semuel Abrijani Pangerapan menyebutkan pelatihan Augmented Reality (AR) dan Virtual Reality (VR) bisa membangun ekosistem talenta digital di Indonesia dengan lebih optimal.
"Program ini akan membangun dan memperkuat ekosistem terutama dalam meningkatkan kecakapan digital masyarakat. Salah satunya bisa masuk ke program UMKM Go Online," kata Semuel dalam acara peluncuran Akademi Pembelajaran Virtual di Nusa Dua, Bali, Sabtu. Adapun program Akademi Pembelajaran Virtual itu diinisiasi Kemenkominfo bersama dengan Meta Indonesia dikenal juga dengan nama Meta Immersive Learning Academy (MILA).
Menurut Semuel, adanya pembelajaran teknologi yang membuka gerbang ke metaverse itu dapat dipelajari oleh banyak kalangan mulai dari para pelaku UMKM bahkan bisa dimasukkan dalam program talenta digital nasional seperti Digital Talent Scholarship (DTS).
"Ini bisa jadi bekal di era digital maka dari itu saya apresiasi karena bisa memperkaya ekosistem dan talenta digital kita," kata Semuel. Sementara itu, Manajer Kebijakan Publik Meta di Indonesia Noudhy Valdryno menyebutkan dengan adanya Akademi Pembelajaran Virtual maka talenta digital Indonesia bisa mengisi pasar metaverse di masa depan.
Baca juga: Perwakilan ASEAN tunjukkan sikap suportif & aktif di sidang DEWG
Baca juga: Pastikan Kemenkominfo siap bantu PSE mendaftar
Adapun yang dipelajari dalam Akademi Pembelajaran Virtual salah satunya seperti pembuatan filter AR serta pengembangan teknologi-teknologi VR terkini. "Kami percaya di era metaverse nanti kita membutuhkan lebih banyak lagi, kreator-kreator untuk bisa memajukan dan memposisikan Indonesia dan kita bukan hanya jadi pasar tapi juga menjadi player (pemain). Kita bisa menjadi pemeran penting," ujar Noudhy.
Untuk kurikulum pembelajaran Akademi Pembelajaran Virtual di Indonesia, Meta menggandeng Hacktiv8 yang merupakan lembaga pendidikan berfokus pada teknologi. Sebelumnya keduanya pernah berkolaborasi juga dalam program pengembangan para kreator AR bernama "Metavolution with Spark AR".
"Program ini akan membangun dan memperkuat ekosistem terutama dalam meningkatkan kecakapan digital masyarakat. Salah satunya bisa masuk ke program UMKM Go Online," kata Semuel dalam acara peluncuran Akademi Pembelajaran Virtual di Nusa Dua, Bali, Sabtu. Adapun program Akademi Pembelajaran Virtual itu diinisiasi Kemenkominfo bersama dengan Meta Indonesia dikenal juga dengan nama Meta Immersive Learning Academy (MILA).
Menurut Semuel, adanya pembelajaran teknologi yang membuka gerbang ke metaverse itu dapat dipelajari oleh banyak kalangan mulai dari para pelaku UMKM bahkan bisa dimasukkan dalam program talenta digital nasional seperti Digital Talent Scholarship (DTS).
"Ini bisa jadi bekal di era digital maka dari itu saya apresiasi karena bisa memperkaya ekosistem dan talenta digital kita," kata Semuel. Sementara itu, Manajer Kebijakan Publik Meta di Indonesia Noudhy Valdryno menyebutkan dengan adanya Akademi Pembelajaran Virtual maka talenta digital Indonesia bisa mengisi pasar metaverse di masa depan.
Baca juga: Perwakilan ASEAN tunjukkan sikap suportif & aktif di sidang DEWG
Baca juga: Pastikan Kemenkominfo siap bantu PSE mendaftar
Adapun yang dipelajari dalam Akademi Pembelajaran Virtual salah satunya seperti pembuatan filter AR serta pengembangan teknologi-teknologi VR terkini. "Kami percaya di era metaverse nanti kita membutuhkan lebih banyak lagi, kreator-kreator untuk bisa memajukan dan memposisikan Indonesia dan kita bukan hanya jadi pasar tapi juga menjadi player (pemain). Kita bisa menjadi pemeran penting," ujar Noudhy.
Untuk kurikulum pembelajaran Akademi Pembelajaran Virtual di Indonesia, Meta menggandeng Hacktiv8 yang merupakan lembaga pendidikan berfokus pada teknologi. Sebelumnya keduanya pernah berkolaborasi juga dalam program pengembangan para kreator AR bernama "Metavolution with Spark AR".