Mataram (ANTARA) - Kunjungan wisatawan di Desa Wisata Tenun Sukarara, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB) saat ini masih minim bila dibandingkan dengan sebelum pandemi COVID-19 bisa mencapai 100 mobil per hari.
Salah satu perajin di Desa Sukarara, Nafsiah di Praya, Rabu mengatakan pengunjung saat ini belum begitu banyak yang berdatangan seperti pada saat pergelaran MotoGP Mandalika awal 2022.
"Untuk tahun ini pengunjung mancanegara yang berdatangan sekitar 10 persen, dikarenakan pada tahun ini baru dibuka untuk wisatawan luar negerinya," katanya.
Dengan kondisi seperti ini, pihaknya berharap kepada pemerintah untuk memperbanyak kegiatan di NTB, sehingga kunjungan wisatawan bisa meningkatkan dan ekonomi para pengerajin tenun khususnya bisa meningkat.
"Kita berharap pemerintah bisa memperbanyak even di NTB, supaya wisatawan asing maupun lokal banyak yang berkunjung," katanya.
Ia mengatakan, kerajinan tenun yang dimiliki ada dua yaitu tenun songket sasak dan tenun ikat Lombok. Tenun songket sasak biasanya dikerjakan oleh perempuan dan tenun ikat Lombok bisa dikerjakan oleh laki-laki dan perempuan.
"Kerajinan tenun songket ini ada juga yang sudah jadi ditenun oleh warga sekitar, bukan hanya dibuat di Sukarara Village (Industri Kerajinan Patuh). Tenun yang sudah jadi dari warga itu dibawa ke Sukarara Vilage untuk dipasarkan," katanya.
Tenun songket memiliki dua sisi depan dan belakangnya berbeda ada sisi bagus dan sisi jelek nya dan tenun ikat memiliki satu sisi yaitu depan belakangnya sama bagus. Proses pembuatan tenun songket bervariasi ada hitungan hari, minggu bahkan bulanan. Sedangkan untuk harganya sangat bervariasi mulai dari Rp50 ribu sampai jutaan tergantung jenis motif dan ukurannya.
"Adapun bahan tenun yang berjenis sutra
harganya bisa mencapai Rp7 juta. Proses pembuatan tenun itu tergantung motif yang diinginkan," katanya.
Salah satu perajin di Desa Sukarara, Nafsiah di Praya, Rabu mengatakan pengunjung saat ini belum begitu banyak yang berdatangan seperti pada saat pergelaran MotoGP Mandalika awal 2022.
"Untuk tahun ini pengunjung mancanegara yang berdatangan sekitar 10 persen, dikarenakan pada tahun ini baru dibuka untuk wisatawan luar negerinya," katanya.
Dengan kondisi seperti ini, pihaknya berharap kepada pemerintah untuk memperbanyak kegiatan di NTB, sehingga kunjungan wisatawan bisa meningkatkan dan ekonomi para pengerajin tenun khususnya bisa meningkat.
"Kita berharap pemerintah bisa memperbanyak even di NTB, supaya wisatawan asing maupun lokal banyak yang berkunjung," katanya.
Ia mengatakan, kerajinan tenun yang dimiliki ada dua yaitu tenun songket sasak dan tenun ikat Lombok. Tenun songket sasak biasanya dikerjakan oleh perempuan dan tenun ikat Lombok bisa dikerjakan oleh laki-laki dan perempuan.
"Kerajinan tenun songket ini ada juga yang sudah jadi ditenun oleh warga sekitar, bukan hanya dibuat di Sukarara Village (Industri Kerajinan Patuh). Tenun yang sudah jadi dari warga itu dibawa ke Sukarara Vilage untuk dipasarkan," katanya.
Tenun songket memiliki dua sisi depan dan belakangnya berbeda ada sisi bagus dan sisi jelek nya dan tenun ikat memiliki satu sisi yaitu depan belakangnya sama bagus. Proses pembuatan tenun songket bervariasi ada hitungan hari, minggu bahkan bulanan. Sedangkan untuk harganya sangat bervariasi mulai dari Rp50 ribu sampai jutaan tergantung jenis motif dan ukurannya.
"Adapun bahan tenun yang berjenis sutra
harganya bisa mencapai Rp7 juta. Proses pembuatan tenun itu tergantung motif yang diinginkan," katanya.