Mataram, 26/4 (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat bersedia mengganti biaya pemulangan jenasah tiga Tenaga Kerja Indonesia yang tewas ditembak di Negeri Sembilan, Malaysia, 22 Maret 2012, agar mengurangi beban penderitaan sanak keluarga.
"Nanti kami ganti biaya pemulangan jenasah yang menggunakan uang pribadi itu, sebagai wujud kepedulian terhadap pahlawan devisa," kata Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) H. Mokhlis, di Mataram, Kamis.
Ketiga TKI korban tewas tertembak itu yakni Mad Noor (28), warga Desa Pengadangan, Kecamatan Pringgasela, dan Herman (34) serta Abdul Kadir Jaelani (25). Herman dan Jaelani merupakan paman dan keponakan, warga Dusun Pancor Kopong Desa Pringgasela Selatan, Kecamatan Pringgasela, Kabupaten Lotim.
Herman bekerja sebagai buruh bangunan di Mega Five Dev SSDN BGH, Jalan Tuanku Antan, Seremban, sementara Jaelani sebagai buruh bangunan di Ashami Enterprise, KG Baru, BT3 Mambau, Lorong Rajawali Seremban, Negeri Sembilan, Malaysia.
Sedangkan Mad Noor sebagai buruh di perkebunan kelapa sawit di Lot 4302 KG Seremban, Negeri Sembilan, Malaysia.
Mokhlis mengatakan, pihaknya merasa berkewajiban secara moril untuk membantu meringankan penderitaan sanak keluarga yang ditinggalkan TKI tewas tertembak itu.
Satu dari ketiga TKI tewas tertembak itu yakni Herman memiliki istri dan anak yang berada dalam kondisi ekonomi yang cukup memprihatinkan. Herman meninggalkan istrinya Mardiah (21) dan seorang anaknya yang baru berusia 18 bulan.
Untuk memulangkan jenasah Herman, sanak keluarganya terpaksa urunan hingga mengumpulkan Rp13 juta.
Untuk pemulangan jenasah Jaelani dan Mad Noor, sanak keluarga TKI di Lombok dan rekan-rekannya sesama TKI di Malaysia terpaksa urunan untuk membiayainya.
"Insya Allah, kami akan bantu karena para TKI itu tidak bekerja di Malaysia melalui perusahaan pengerah jasa TKI sehingga tidak berhak atas klaim asuransi jiwa dan biaya pemakaman," ujarnya.
Ketiga jenasah TKI asal Lombok Timur itu, dipulangkan sanak keluarganya menggunakan pesawat Garuda Indonesia Airways dari Bandara Internasional Kuala Lumpur Sepang ke Bandara Internasional Lombok, transit di Bandara Soekarno-Hatta.
Ketiga jenasah TKI itu tiba di kampung halamannya, Rabu (5/4), lalu dikuburkan sanak keluarganya di pekuburan keluarga di Pancor Kopong, keesokan harinya.
Setelah dikubur, Hirman selaku kakak dari Abdul Kadir Jaelani mengaku sempat melihat langsung kondisi jasad ketika TKI korban penembakan itu, sebelum dikafani dan dimasukkan kedalam kotak, saat berada di Rumah Sakit Port Dickson Malaysia, kemudian diterbangkan ke Indonesia.
Selain Hirman, saksi mata lainnya dari kalangan TKI yang ikut mengafani ketiga jenasah TKI itu yakni Misbah, Wildan, Sahabuddin. Mereka bersama petugas rumah sakit, yang mengafani ketiga jenasah itu.
Dari penuturan saksi mata, sebelum dikafani jasad ketiga TKI itu sudah dijahit pada kedua matanya, terdapat jahitan melintang pada bagian dada yakni dari dada dekat lengan kiri ke dada dekat lengan kanan.
Pada bagian tengah perut ada jahitan vertikal dari dada hingga perut bagian bawah pusar. Jahitan melintang juga terlihat di perut sebelah kanan hingga bagian kiri.
Karena itu, digelar otopsi ulang pada Kamis (26/4) yang akan berlanjut pada Jumat (27/4), di lokasi kuburan, untuk memperjelas penyebab kematian ketiga TKI asal NTB itu, sekaligus menjawab kejanggalan di tubuh jenasah versi sanak keluarga para TKI tersebut.
Versi Kepolisian Malaysia, ketiga jenazah TKI itu sudah diotopsi saat berada di Rumah Sakit Port Dickson Malaysia, karena tewas akibat penembakan.
Namun, sanak keluarga ketiga TKI yang tewas itu, menduga ada indikasi praktik jual-beli organ tubuh, karena adanya jahitan pada kedua mata, di dada dan perut korban. Mata dan organ dalam jasad itu diduga telah diambil.
Dugaan pencurian organ tubuh bagian dalam tiga TKI NTB itu, makin menguat setelah dikaitkan dengan penjelasan resmi pejabat KBRI Malaysia.
Pada surat resmi KBRI Malaysia yang ditandatangani Sekretaris Dua Konsuler Heru Budiarso, menyebutkan KBRI tidak ikut bertanggungjawab dalam proses pemulangan jasad TKI itu karena kondisi tidak memungkinkan untuk pengecekan sebab-musabab kematian itu.
KBRI Malaysia hanya diberi tahu oleh Polisi Balai Port Dickson, bahwa tiga jasad TKI asal Lombok Timur, NTB, tewas setelah terkena rentetan peluru atau "multiple gun shot wounds", dan hendak dipulangkan ke kampung halamannya. (*)
"Nanti kami ganti biaya pemulangan jenasah yang menggunakan uang pribadi itu, sebagai wujud kepedulian terhadap pahlawan devisa," kata Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) H. Mokhlis, di Mataram, Kamis.
Ketiga TKI korban tewas tertembak itu yakni Mad Noor (28), warga Desa Pengadangan, Kecamatan Pringgasela, dan Herman (34) serta Abdul Kadir Jaelani (25). Herman dan Jaelani merupakan paman dan keponakan, warga Dusun Pancor Kopong Desa Pringgasela Selatan, Kecamatan Pringgasela, Kabupaten Lotim.
Herman bekerja sebagai buruh bangunan di Mega Five Dev SSDN BGH, Jalan Tuanku Antan, Seremban, sementara Jaelani sebagai buruh bangunan di Ashami Enterprise, KG Baru, BT3 Mambau, Lorong Rajawali Seremban, Negeri Sembilan, Malaysia.
Sedangkan Mad Noor sebagai buruh di perkebunan kelapa sawit di Lot 4302 KG Seremban, Negeri Sembilan, Malaysia.
Mokhlis mengatakan, pihaknya merasa berkewajiban secara moril untuk membantu meringankan penderitaan sanak keluarga yang ditinggalkan TKI tewas tertembak itu.
Satu dari ketiga TKI tewas tertembak itu yakni Herman memiliki istri dan anak yang berada dalam kondisi ekonomi yang cukup memprihatinkan. Herman meninggalkan istrinya Mardiah (21) dan seorang anaknya yang baru berusia 18 bulan.
Untuk memulangkan jenasah Herman, sanak keluarganya terpaksa urunan hingga mengumpulkan Rp13 juta.
Untuk pemulangan jenasah Jaelani dan Mad Noor, sanak keluarga TKI di Lombok dan rekan-rekannya sesama TKI di Malaysia terpaksa urunan untuk membiayainya.
"Insya Allah, kami akan bantu karena para TKI itu tidak bekerja di Malaysia melalui perusahaan pengerah jasa TKI sehingga tidak berhak atas klaim asuransi jiwa dan biaya pemakaman," ujarnya.
Ketiga jenasah TKI asal Lombok Timur itu, dipulangkan sanak keluarganya menggunakan pesawat Garuda Indonesia Airways dari Bandara Internasional Kuala Lumpur Sepang ke Bandara Internasional Lombok, transit di Bandara Soekarno-Hatta.
Ketiga jenasah TKI itu tiba di kampung halamannya, Rabu (5/4), lalu dikuburkan sanak keluarganya di pekuburan keluarga di Pancor Kopong, keesokan harinya.
Setelah dikubur, Hirman selaku kakak dari Abdul Kadir Jaelani mengaku sempat melihat langsung kondisi jasad ketika TKI korban penembakan itu, sebelum dikafani dan dimasukkan kedalam kotak, saat berada di Rumah Sakit Port Dickson Malaysia, kemudian diterbangkan ke Indonesia.
Selain Hirman, saksi mata lainnya dari kalangan TKI yang ikut mengafani ketiga jenasah TKI itu yakni Misbah, Wildan, Sahabuddin. Mereka bersama petugas rumah sakit, yang mengafani ketiga jenasah itu.
Dari penuturan saksi mata, sebelum dikafani jasad ketiga TKI itu sudah dijahit pada kedua matanya, terdapat jahitan melintang pada bagian dada yakni dari dada dekat lengan kiri ke dada dekat lengan kanan.
Pada bagian tengah perut ada jahitan vertikal dari dada hingga perut bagian bawah pusar. Jahitan melintang juga terlihat di perut sebelah kanan hingga bagian kiri.
Karena itu, digelar otopsi ulang pada Kamis (26/4) yang akan berlanjut pada Jumat (27/4), di lokasi kuburan, untuk memperjelas penyebab kematian ketiga TKI asal NTB itu, sekaligus menjawab kejanggalan di tubuh jenasah versi sanak keluarga para TKI tersebut.
Versi Kepolisian Malaysia, ketiga jenazah TKI itu sudah diotopsi saat berada di Rumah Sakit Port Dickson Malaysia, karena tewas akibat penembakan.
Namun, sanak keluarga ketiga TKI yang tewas itu, menduga ada indikasi praktik jual-beli organ tubuh, karena adanya jahitan pada kedua mata, di dada dan perut korban. Mata dan organ dalam jasad itu diduga telah diambil.
Dugaan pencurian organ tubuh bagian dalam tiga TKI NTB itu, makin menguat setelah dikaitkan dengan penjelasan resmi pejabat KBRI Malaysia.
Pada surat resmi KBRI Malaysia yang ditandatangani Sekretaris Dua Konsuler Heru Budiarso, menyebutkan KBRI tidak ikut bertanggungjawab dalam proses pemulangan jasad TKI itu karena kondisi tidak memungkinkan untuk pengecekan sebab-musabab kematian itu.
KBRI Malaysia hanya diberi tahu oleh Polisi Balai Port Dickson, bahwa tiga jasad TKI asal Lombok Timur, NTB, tewas setelah terkena rentetan peluru atau "multiple gun shot wounds", dan hendak dipulangkan ke kampung halamannya. (*)