Mataram (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mendukung rencana peluncuran agro edu wisata berbasis pengolahan sampah melalui budidaya Black Soldier Fly (BSF) atau lalat tentara hitam di wilayah itu.
"Kita pastinya akan selalu mendukung program ramah lingkungan," kata Wakil Gubernur NTB, Sitti Rohmi Djalilah dalam keterangan tertulis diterima wartawan di Mataram, Sabtu.
Ia mengatakan koordinasi terkait permasalahan sampah ini perlu diperkuat dan disinergikan dengan berbagai pihak agar tidak jalan sendiri-sendiri. Hal ini dilakukan untuk menyongsong NTB yang bebas permasalahan sampah, khususnya permasalahan sampah organik di hilir.
"Pemerintah Provinsi (Pemprov) mendukung penuh program yang semakin menguatkan ikhtiar zero waste atau bebas sampah di NTB," ujarnya.
Peluncuran agro edu wisata berbasis pengolahan sampah melalui budidaya lalat hitam ini direncanakan pada Oktober 2022. Kegiatan ini dilakukan Universitas Bakrie bekerjasama dengan Dompet Dhuafa. Penggunaan Lalat hitam dengan memanfaatkan limbah organik sebagai sumber makanan mulai banyak dibudidayakan di NTB.
Kegiatan ini implementasi dari pelaksanaan program Maching Fun Kedaireka Kemendikbudristek 2022 di NTB melalui pengembangan program "Integrasi Zero Waste dan Agrowisata Dalam Pertanian Berkelanjutan Melalui Budidaya Larva BSF.
Peneliti Universitas Bakrie Devi Ayu Puspito Sari, mengatakan untuk mendukung program tersebut pihaknya telah membangun instalasi reaktor BSF untuk pengolahan sampah organik. Sampah organik tersebut dikonsumsi oleh BSF kemudian dipanen dan dijadikan pakan ternak.
"Ada produk sampingannya juga berupa pupuk kandang dan juga pupuk cair," kata Devi.
Programnya tersebut mendapatkan dana hibah dari Kemendikbudristek RI atau Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi sejak tahun 2021 dan berlanjut hingga tahun 2022.
"Alhamdulillah tahun ini kami mendapatkan kepercayaan lagi dari Kemendikbudristek RI. Untuk MoU dan rencana peluncuran dilakukan bulan depan untuk edukasi agro edu wisata," terang Devi Ayu.
Devi Ayu menambahkan agro edu wisata ini nantinya akan ada edukasi kepada masyarakat terkait pengolahan sampah organik oleh BSF atau lalat hitam.
"Nanti ada anak sekolah atau masyarakat yang ingin wisata edukasi melihat bagaimana pengolahannya bisa datang," katanya.
"Kita pastinya akan selalu mendukung program ramah lingkungan," kata Wakil Gubernur NTB, Sitti Rohmi Djalilah dalam keterangan tertulis diterima wartawan di Mataram, Sabtu.
Ia mengatakan koordinasi terkait permasalahan sampah ini perlu diperkuat dan disinergikan dengan berbagai pihak agar tidak jalan sendiri-sendiri. Hal ini dilakukan untuk menyongsong NTB yang bebas permasalahan sampah, khususnya permasalahan sampah organik di hilir.
"Pemerintah Provinsi (Pemprov) mendukung penuh program yang semakin menguatkan ikhtiar zero waste atau bebas sampah di NTB," ujarnya.
Peluncuran agro edu wisata berbasis pengolahan sampah melalui budidaya lalat hitam ini direncanakan pada Oktober 2022. Kegiatan ini dilakukan Universitas Bakrie bekerjasama dengan Dompet Dhuafa. Penggunaan Lalat hitam dengan memanfaatkan limbah organik sebagai sumber makanan mulai banyak dibudidayakan di NTB.
Kegiatan ini implementasi dari pelaksanaan program Maching Fun Kedaireka Kemendikbudristek 2022 di NTB melalui pengembangan program "Integrasi Zero Waste dan Agrowisata Dalam Pertanian Berkelanjutan Melalui Budidaya Larva BSF.
Peneliti Universitas Bakrie Devi Ayu Puspito Sari, mengatakan untuk mendukung program tersebut pihaknya telah membangun instalasi reaktor BSF untuk pengolahan sampah organik. Sampah organik tersebut dikonsumsi oleh BSF kemudian dipanen dan dijadikan pakan ternak.
"Ada produk sampingannya juga berupa pupuk kandang dan juga pupuk cair," kata Devi.
Programnya tersebut mendapatkan dana hibah dari Kemendikbudristek RI atau Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi sejak tahun 2021 dan berlanjut hingga tahun 2022.
"Alhamdulillah tahun ini kami mendapatkan kepercayaan lagi dari Kemendikbudristek RI. Untuk MoU dan rencana peluncuran dilakukan bulan depan untuk edukasi agro edu wisata," terang Devi Ayu.
Devi Ayu menambahkan agro edu wisata ini nantinya akan ada edukasi kepada masyarakat terkait pengolahan sampah organik oleh BSF atau lalat hitam.
"Nanti ada anak sekolah atau masyarakat yang ingin wisata edukasi melihat bagaimana pengolahannya bisa datang," katanya.