Praya, Lombok Tengah (ANTARA) - Perajin berugak bambu di Desa Nyerot, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah, mengeluhkan minimnya perhatian pemerintah dari segi edukasi maupun material.

Salah satu perajin berugak, Saleh di Praya, Jumat, mengatakan pembuatan berugak mempunyai kelompok tanpa ada dukungan dari pemerintah setempat. 

Dahulu pernah diadakan kelompok usaha kerajinan bambu se Lombok Tengah pada saat Suhaili masih menjabat sebagai Bupati Lombok Tengah. 

"Program itu tidak berjalan, sehingga para perajin memutuskan untuk membuat usaha sendiri," katanya. 

Ia mengatakan, usaha berugak sudah dijalankan selama 10 tahun secara otodidak, harga per satu berugak yaitu Rp1 juta sampai Rp3 juta dan tergantung ukuran, model dan jarak pengantaran.

Adapun hambatan dalam pembuatan berugak tersebut yaitu kurangnya alat serta kurangnya pesanan dari customer sejak adanya pandemi COVID-19. 

"Kami berharap kedepanya ada sumbangsih dari pemerintah baik dari segi edukasi maupun material," katanya.

Pewarta : Diah*Asnia*Yusril*Yunus
Editor : Riza Fahriza
Copyright © ANTARA 2024