Jakarta (ANTARA) - Warga Jakarta Utara diminta jujur perihal kesejahteraan dirinya saat pendataan registrasi sosial ekonomi malam hari (regsosek night) digelar Badan Pusat Statistik secara serentak di lima penjuru DKI Jakarta untuk mendata penduduk tanpa tempat tinggal (tunawisma) pada Sabtu.
Pantauan wartawan saat sejumlah petugas pencacahan BPS Provinsi DKI Jakarta menyambangi Taman Bahari Tanjung Priok, seorang warga bernama Muhammad Ridwan (34) mengikuti pendataan 'regsosek night' karena sudah kadung tertangkap sedang tiduran di atas bangku taman tersebut.
"KTP saya domisili di Tanah Merdeka (Kalibaru, Cilincing, Jakarta Utara)," kata Ridwan kepada petugas pencacahan BPS DKI Jakarta di Taman Bahari Tanjung Priok, Jakarta Utara, Sabtu malam.
Ridwan kepada petugas BPS DKI Jakarta mengaku sebagai nelayan yang baru saja bersandar di Pelabuhan Tanjung Priok. Karena ingin melepas lelah, dia tidur sejenak di Taman Bahari yang letaknya bersebelahan dengan Terminal Bus Tanjung Priok.
Tidak disangka, petugas bersama Satpol PP Kecamatan Tanjung Priok malah menghampirinya malam itu. Namun Ridwan kemudian dijelaskan bahwa malam itu petugas BPS hanya ingin mendata, bukan merazia. Sehingga tidak perlu khawatir atau takut untuk menjawab pertanyaan dari petugas.
Deputi Bidang Statistik, Distribusi dan Jasa BPS Pusat Setianto yang ikut mendampingi kegiatan pendataan 'regsosek night' di Jakarta Utara, Sabtu malam, mengimbau seluruh warga Jakarta Utara agar menjawab seluruh pertanyaan dari petugas BPS dengan sejujur-jujurnya.
"Menjawablah dengan jujur, jangan takut, karena kami hanya mendata. Mudah-mudahan data nanti bisa digunakan sebaik-baiknya oleh pemerintah pusat maupun Pemerintah Kota Jakarta Utara. Sehingga diketahui misalnya masih banyak atau tidak tunawisma yang tidur di taman-taman dan sebagainya," kata Setianto.
Menurut Setianto, pertanyaan dalam 'regsosek night' secara umum terkait identitas, pekerjaan, pendidikan dan seterusnya. Data-data tersebut dikumpulkan untuk diolah menjadi basis data kesejahteraan dan perlindungan sosial di Indonesia.
Baca juga: BPS Lombok Tengah melibatkan 1.876 petugas Regrosek wujudkan satu data
Baca juga: Wagub NTB harap BPS melakukan pendekatan persuasif pendataan Regsosek
Setianto mengatakan petugas juga memverifikasi penduduk yang riil di suatu wilayah menggunakan berbagai metode pendekatan penelitian data. Salah satunya, dengan pendataan dari pintu ke pintu (door to door) di domisili penduduk yang berkoordinasi dengan aparatur kewilayahan setempat, maupun dengan berburu (hunting) seperti yang dilakukan pada malam ini.
Pendataan sesuai domisili dimulai dari 15 Oktober dan nanti akan selesai 14 November. Untuk mendata yang orangnya tidak menetap, salah satunya ABK WNI dan tunawisma, baru dimulai serentak se-Indonesia pada 29 Oktober hari Sabtu.
"Sekarang populasi (sampel) secara nasional itu 30 persenan yang sudah kami (BPS) peroleh. Pendataan akan terus berlanjut hingga target 100 persen pada 14 November mendatang," kata Setianto.
Pantauan wartawan saat sejumlah petugas pencacahan BPS Provinsi DKI Jakarta menyambangi Taman Bahari Tanjung Priok, seorang warga bernama Muhammad Ridwan (34) mengikuti pendataan 'regsosek night' karena sudah kadung tertangkap sedang tiduran di atas bangku taman tersebut.
"KTP saya domisili di Tanah Merdeka (Kalibaru, Cilincing, Jakarta Utara)," kata Ridwan kepada petugas pencacahan BPS DKI Jakarta di Taman Bahari Tanjung Priok, Jakarta Utara, Sabtu malam.
Ridwan kepada petugas BPS DKI Jakarta mengaku sebagai nelayan yang baru saja bersandar di Pelabuhan Tanjung Priok. Karena ingin melepas lelah, dia tidur sejenak di Taman Bahari yang letaknya bersebelahan dengan Terminal Bus Tanjung Priok.
Tidak disangka, petugas bersama Satpol PP Kecamatan Tanjung Priok malah menghampirinya malam itu. Namun Ridwan kemudian dijelaskan bahwa malam itu petugas BPS hanya ingin mendata, bukan merazia. Sehingga tidak perlu khawatir atau takut untuk menjawab pertanyaan dari petugas.
Deputi Bidang Statistik, Distribusi dan Jasa BPS Pusat Setianto yang ikut mendampingi kegiatan pendataan 'regsosek night' di Jakarta Utara, Sabtu malam, mengimbau seluruh warga Jakarta Utara agar menjawab seluruh pertanyaan dari petugas BPS dengan sejujur-jujurnya.
"Menjawablah dengan jujur, jangan takut, karena kami hanya mendata. Mudah-mudahan data nanti bisa digunakan sebaik-baiknya oleh pemerintah pusat maupun Pemerintah Kota Jakarta Utara. Sehingga diketahui misalnya masih banyak atau tidak tunawisma yang tidur di taman-taman dan sebagainya," kata Setianto.
Menurut Setianto, pertanyaan dalam 'regsosek night' secara umum terkait identitas, pekerjaan, pendidikan dan seterusnya. Data-data tersebut dikumpulkan untuk diolah menjadi basis data kesejahteraan dan perlindungan sosial di Indonesia.
Baca juga: BPS Lombok Tengah melibatkan 1.876 petugas Regrosek wujudkan satu data
Baca juga: Wagub NTB harap BPS melakukan pendekatan persuasif pendataan Regsosek
Setianto mengatakan petugas juga memverifikasi penduduk yang riil di suatu wilayah menggunakan berbagai metode pendekatan penelitian data. Salah satunya, dengan pendataan dari pintu ke pintu (door to door) di domisili penduduk yang berkoordinasi dengan aparatur kewilayahan setempat, maupun dengan berburu (hunting) seperti yang dilakukan pada malam ini.
Pendataan sesuai domisili dimulai dari 15 Oktober dan nanti akan selesai 14 November. Untuk mendata yang orangnya tidak menetap, salah satunya ABK WNI dan tunawisma, baru dimulai serentak se-Indonesia pada 29 Oktober hari Sabtu.
"Sekarang populasi (sampel) secara nasional itu 30 persenan yang sudah kami (BPS) peroleh. Pendataan akan terus berlanjut hingga target 100 persen pada 14 November mendatang," kata Setianto.