Mataram, 3/9 (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mencatat kenaikan harga tempe menjadi penyumbang inflasi tertinggi di Kota Mataram pada Agustus 2012, yakni 0,13 persen.
"Dari 20 komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi di Kota Mataram, tempe paling tinggi persentasenya yakni mencapai 0,13 persen, disusul daging sapi 0,11 persen," kata Kepala BPS Provinsi NTB H Soegarenda, di Mataram, Senin.
Ia mengatakan, inflasi di Kota Mataram, pada Agustus 2012, mencapai 0,26 persen dan inflasi tahun kalender (Agustus 2012 - Desember 2010) sebesar 3,88 persen, sedangkan laju inflasi 'year on year (y o y) atau tahun ke tahun untuk bulan Agustus 2012 terhadap Agustus 2011 sebesar 6,64 persen.
Berbeda dengan di Kota Bima, Pulau Sumbawa, kata Soegarenda, laju inflasi pada Agustus 2012 sebesar 1,16 persen dan laju inflasi tahun kalender sebesar 3,97 persen, sedangkan laju inflasi yoy sebesar 7,83 persen.
Komoditas penyumbang inflasi tertinggi di Kota Bima, adalah baju muslim sebesar 0,26 persen, disusul emas perhiasan sebesar 0,14 persen, rokok kretek filter sebesar 0,12 persen dan daging ayam ras 0,09 persen.
"Ada 20 komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi. Sama dengan di Kota Mataram, namun di Kota Bima yang paling dominan justru barang sandang. Berbeda dengan di Kota Mataram, karena kenaikan harga makanan," katanya.
Secara gabungan, kata dia, inflasi Kota Mataram dan Bima pada Agustus 2012 mencapai 0,74 persen.
Inflasi itu terjadi karena kenaikan indeks yaitu kelompok sandang sebesar 3,83 persen, kelompok bahan makanan sebesar 0,80 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,52 persen.
Untuk kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar mengalami kenaikan indeks sebesar 0,47 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga 0,42 persen dan kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,29 persen.
"Sedangkan kelompok kesehatan 0,35 persen, mengalami penurunan indeks sebesar 0,02 persen," katanya.
Soegarenda menyebutkan, dari 66 kota di Indonesia yang menghitung indeks harga konsumen (IHK), tercatat seluruh kota mengalami inflasi.
Inflasi tertinggi terjadi di Kota Palu sebesar 2,81 persen dan terendah di Kota Medan sebesar 0,04 persen.
Di wilayah Bali dan Nusa Tenggara, kata dia, dari lima kota yang menghitung IHK semua kota mengalami inflasi, yaitu Kota Bima sebesar 1,16 persen, Kota Kupang 0,72 persen, Kota Mataram 0,62 persen, Kota Denpasar 0,19 persen dan Kota Maumere sebesar 0,17 persen. (*)
"Dari 20 komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi di Kota Mataram, tempe paling tinggi persentasenya yakni mencapai 0,13 persen, disusul daging sapi 0,11 persen," kata Kepala BPS Provinsi NTB H Soegarenda, di Mataram, Senin.
Ia mengatakan, inflasi di Kota Mataram, pada Agustus 2012, mencapai 0,26 persen dan inflasi tahun kalender (Agustus 2012 - Desember 2010) sebesar 3,88 persen, sedangkan laju inflasi 'year on year (y o y) atau tahun ke tahun untuk bulan Agustus 2012 terhadap Agustus 2011 sebesar 6,64 persen.
Berbeda dengan di Kota Bima, Pulau Sumbawa, kata Soegarenda, laju inflasi pada Agustus 2012 sebesar 1,16 persen dan laju inflasi tahun kalender sebesar 3,97 persen, sedangkan laju inflasi yoy sebesar 7,83 persen.
Komoditas penyumbang inflasi tertinggi di Kota Bima, adalah baju muslim sebesar 0,26 persen, disusul emas perhiasan sebesar 0,14 persen, rokok kretek filter sebesar 0,12 persen dan daging ayam ras 0,09 persen.
"Ada 20 komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi. Sama dengan di Kota Mataram, namun di Kota Bima yang paling dominan justru barang sandang. Berbeda dengan di Kota Mataram, karena kenaikan harga makanan," katanya.
Secara gabungan, kata dia, inflasi Kota Mataram dan Bima pada Agustus 2012 mencapai 0,74 persen.
Inflasi itu terjadi karena kenaikan indeks yaitu kelompok sandang sebesar 3,83 persen, kelompok bahan makanan sebesar 0,80 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,52 persen.
Untuk kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar mengalami kenaikan indeks sebesar 0,47 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga 0,42 persen dan kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,29 persen.
"Sedangkan kelompok kesehatan 0,35 persen, mengalami penurunan indeks sebesar 0,02 persen," katanya.
Soegarenda menyebutkan, dari 66 kota di Indonesia yang menghitung indeks harga konsumen (IHK), tercatat seluruh kota mengalami inflasi.
Inflasi tertinggi terjadi di Kota Palu sebesar 2,81 persen dan terendah di Kota Medan sebesar 0,04 persen.
Di wilayah Bali dan Nusa Tenggara, kata dia, dari lima kota yang menghitung IHK semua kota mengalami inflasi, yaitu Kota Bima sebesar 1,16 persen, Kota Kupang 0,72 persen, Kota Mataram 0,62 persen, Kota Denpasar 0,19 persen dan Kota Maumere sebesar 0,17 persen. (*)