Mataram, 8/11 (ANTARA) - Pemerintah Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mewacanakan program gerakan kangkung higienis agar komoditas tersebut tetap menjadi salah satu ikon daerah yang sudah dikenal luas hingga di luar negeri.
"Perlu ada langkah antisipasi adanya pandangan buruk terhadap kangkung Lombok, khususnya yang diproduksi di Kota Mataram. Karena sebagian ada yang ditanam di kali yang tercemar bakteri Escherichia coli (E coli)," kata Kepala Dinas Pertanian, Kelautan dan Perikanan Kota Mataram H Lalu Mazhuriadi, di Mataram, Kamis.
Bakteri E coli adalah salah satu jenis spesies utama bakteri gram negatif. Pada umumnya, bakteri yang ditemukan oleh Theodor Escherich ini dapat ditemukan dalam usus besar manusia.
Kebanyakan E coli tidak berbahaya, tetapi beberapa, seperti E coli tipe O157:H7, dapat mengakibatkan keracunan makanan yang serius pada manusia yaitu diare berdarah karena eksotoksin yang dihasilkan bernama verotoksin.
Mazhuriadi mengatakan, kangkung Mataram cukup diminati oleh konsumen, tidak hanya di tingkat lokal, tetapi juga di provinsi lain, bahkan informasinya sudah ada yang diekspor hingga ke Australia dan Amerika.
Pengiriman kangkung ke luar NTB hingga luar negeri tentu saja tidak hanya berdampak terhadap ekonomi daerah, tetapi juga menjadi ikon yang bisa memperkenalkan NTB, khususnya Kota Mataram.
"Kangkung ini sudah menjadi salah satu ikon Kota Mataram. Pernah kami bawa ke pameran di Batam, di sana jadi rebutan," ujarnya.
Menurut dia, varietas kangkung yang dibudidayakan di Kota Mataram, adalah Varietas Gomong dan Varietas Aini. Kedua varietas itu sudah resmi menjadi varietas unggul nasional.
Kangkung Mataram tersebut tidak bisa tumbuh normal jika ditanam di daerah lain.
Sementara lahan budi daya kangkung di Kota Mataram, kata Mazhuriadi, sudah semakin sempit sebagai dampak alih fungsi lahan produktif yang terus meningkat setiap tahun.
"Budi daya kangkung di lahan sawah hanya ada di wilayah Pesongoran. Selebihnya masyarakat memanfaatkan kali sebagai lokasi budi daya, tapi airnya tercemar bakteri E-coli," ujarnya.
Upaya untuk melestarikan keberadaan kangkung yang higienis, kata dia, dengan mengajak masyarakat untuk menanam di pekarangan rumah, baik di kolam maupun dengan menggunakan tabulampot.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Mataram juga mendorong terus agar Dinas Pertanian, Kelautan dan Perikanan Kota Mataram menggencarkan pemanfaatan pekarangan untuk menghasilkan kangkung yang higienis.
"Upaya lain dengan mengajak pemilik lahan kangkung di Pesongoran untuk tidak mudah menjual lahannya kepada pihak lain yang akan memanfaatkan untuk pembangunan gedung," ujarnya.
(*)
"Perlu ada langkah antisipasi adanya pandangan buruk terhadap kangkung Lombok, khususnya yang diproduksi di Kota Mataram. Karena sebagian ada yang ditanam di kali yang tercemar bakteri Escherichia coli (E coli)," kata Kepala Dinas Pertanian, Kelautan dan Perikanan Kota Mataram H Lalu Mazhuriadi, di Mataram, Kamis.
Bakteri E coli adalah salah satu jenis spesies utama bakteri gram negatif. Pada umumnya, bakteri yang ditemukan oleh Theodor Escherich ini dapat ditemukan dalam usus besar manusia.
Kebanyakan E coli tidak berbahaya, tetapi beberapa, seperti E coli tipe O157:H7, dapat mengakibatkan keracunan makanan yang serius pada manusia yaitu diare berdarah karena eksotoksin yang dihasilkan bernama verotoksin.
Mazhuriadi mengatakan, kangkung Mataram cukup diminati oleh konsumen, tidak hanya di tingkat lokal, tetapi juga di provinsi lain, bahkan informasinya sudah ada yang diekspor hingga ke Australia dan Amerika.
Pengiriman kangkung ke luar NTB hingga luar negeri tentu saja tidak hanya berdampak terhadap ekonomi daerah, tetapi juga menjadi ikon yang bisa memperkenalkan NTB, khususnya Kota Mataram.
"Kangkung ini sudah menjadi salah satu ikon Kota Mataram. Pernah kami bawa ke pameran di Batam, di sana jadi rebutan," ujarnya.
Menurut dia, varietas kangkung yang dibudidayakan di Kota Mataram, adalah Varietas Gomong dan Varietas Aini. Kedua varietas itu sudah resmi menjadi varietas unggul nasional.
Kangkung Mataram tersebut tidak bisa tumbuh normal jika ditanam di daerah lain.
Sementara lahan budi daya kangkung di Kota Mataram, kata Mazhuriadi, sudah semakin sempit sebagai dampak alih fungsi lahan produktif yang terus meningkat setiap tahun.
"Budi daya kangkung di lahan sawah hanya ada di wilayah Pesongoran. Selebihnya masyarakat memanfaatkan kali sebagai lokasi budi daya, tapi airnya tercemar bakteri E-coli," ujarnya.
Upaya untuk melestarikan keberadaan kangkung yang higienis, kata dia, dengan mengajak masyarakat untuk menanam di pekarangan rumah, baik di kolam maupun dengan menggunakan tabulampot.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Mataram juga mendorong terus agar Dinas Pertanian, Kelautan dan Perikanan Kota Mataram menggencarkan pemanfaatan pekarangan untuk menghasilkan kangkung yang higienis.
"Upaya lain dengan mengajak pemilik lahan kangkung di Pesongoran untuk tidak mudah menjual lahannya kepada pihak lain yang akan memanfaatkan untuk pembangunan gedung," ujarnya.
(*)