Mataram, 21/11 (ANTARA) - Dinas Perkebunan Provinsi Nusa Tenggara Barat bekerja sama dengan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslitkoka), Jember, Jawa Timur, akan berupaya meningkatkan kualitas kopi Tambora, Kabupaten Dompu, untuk menambah nilai ekonomi komoditas tersebut.
"Kami akan mulai fokus meningkatkan mutu kopi Tambora pada 2013. Kalau pada tahun-tahun sebelumnya kami lebih fokus pada peningkatan kualitas kopi Special T yang diproduksi petani di Sembalun, Kabupaten Lombok Timur dan Tepal, Kabupaten Sumbawa," kata Kepala Dinas Perkebunan (Disbun) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Hj Hartina, di Mataram, Rabu.
Ia menyebutkan, luas lahan kopi Tambora jenis robusta sekitar 3.000 hektare, tersebar di Kecamatan Pekat, Kabupaten Dompu dan Kecamatan Tambora, Kabupaten Bima.
Dari total luas lahan kopi yang ada di sekitar kawasan Gunung Tambora, terdapat hak guna usaha (HGU) seluas 500 hektare yang dikelola oleh pengusaha lokal.
Hartina mengatakan, lahan kopi Tambora jenis robusta yang dibudidayakan para petani sudah ada sejak jaman kolonial Belanda, namun hingga saat ini pola usaha tani dan pascapanen belum memperhatikan aspek kualitas.
"Hingga saat ini kami belum mengetahui lebih jauh bagaimana mutu kopi robusta yang dihasilkan petani di kawasan Tambora. Diperkirakan ada 80 persen hasil panen yang kurang bagus mutunya," ujarnya.
Menurut dia, penyebab rendahnya kualitas kopi di kawasan Tambora karena para petani masih sering melakukan panen kopi yang masih muda atau mencampur biji kopi yang sudah tua dengan kopi yang masih muda.
Oleh sebab itu, dengan adanya program peningkatan kualitas kopi robusta Tambora yang dilakukan bekerja sama dengan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslitkoka), diharapkan ada perubahan prilaku dari para petani.
Berbagai pembinaan yang akan diberikan guna meningkatkan pemahaman para petani tentang bagaimana kopi yang layak dipanen serta bagaimana penanganan pascapanen agar kopi memiliki kualitas bagus dan bernilai ekonomi tinggi.
Pemerintah juga akan memberikan bantuan alat pengolahan pascapanen kepada para kelompok tani, seperti yang sudah dilakukan pada 2012 dengan jumlah bantuan alat yang diberikan kepada tiga kelompok tani sebanyak tiga paket, satu paket bantuan nilainya mencapai Rp100 juta.
"Bantuan alat akan kami berikan agar petani bisa menghasilkan kopi bubuk robusta Tambora berkualitas. Kopi bubuk yang dihasilkan nanti diarahkan untuk memenuhi kebutuhan lokal, namun tidak menutup kemungkinan diekspor juga," katanya.
(*)
"Kami akan mulai fokus meningkatkan mutu kopi Tambora pada 2013. Kalau pada tahun-tahun sebelumnya kami lebih fokus pada peningkatan kualitas kopi Special T yang diproduksi petani di Sembalun, Kabupaten Lombok Timur dan Tepal, Kabupaten Sumbawa," kata Kepala Dinas Perkebunan (Disbun) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Hj Hartina, di Mataram, Rabu.
Ia menyebutkan, luas lahan kopi Tambora jenis robusta sekitar 3.000 hektare, tersebar di Kecamatan Pekat, Kabupaten Dompu dan Kecamatan Tambora, Kabupaten Bima.
Dari total luas lahan kopi yang ada di sekitar kawasan Gunung Tambora, terdapat hak guna usaha (HGU) seluas 500 hektare yang dikelola oleh pengusaha lokal.
Hartina mengatakan, lahan kopi Tambora jenis robusta yang dibudidayakan para petani sudah ada sejak jaman kolonial Belanda, namun hingga saat ini pola usaha tani dan pascapanen belum memperhatikan aspek kualitas.
"Hingga saat ini kami belum mengetahui lebih jauh bagaimana mutu kopi robusta yang dihasilkan petani di kawasan Tambora. Diperkirakan ada 80 persen hasil panen yang kurang bagus mutunya," ujarnya.
Menurut dia, penyebab rendahnya kualitas kopi di kawasan Tambora karena para petani masih sering melakukan panen kopi yang masih muda atau mencampur biji kopi yang sudah tua dengan kopi yang masih muda.
Oleh sebab itu, dengan adanya program peningkatan kualitas kopi robusta Tambora yang dilakukan bekerja sama dengan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslitkoka), diharapkan ada perubahan prilaku dari para petani.
Berbagai pembinaan yang akan diberikan guna meningkatkan pemahaman para petani tentang bagaimana kopi yang layak dipanen serta bagaimana penanganan pascapanen agar kopi memiliki kualitas bagus dan bernilai ekonomi tinggi.
Pemerintah juga akan memberikan bantuan alat pengolahan pascapanen kepada para kelompok tani, seperti yang sudah dilakukan pada 2012 dengan jumlah bantuan alat yang diberikan kepada tiga kelompok tani sebanyak tiga paket, satu paket bantuan nilainya mencapai Rp100 juta.
"Bantuan alat akan kami berikan agar petani bisa menghasilkan kopi bubuk robusta Tambora berkualitas. Kopi bubuk yang dihasilkan nanti diarahkan untuk memenuhi kebutuhan lokal, namun tidak menutup kemungkinan diekspor juga," katanya.
(*)