Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Prof DR dr Aru Wisaksono Sudoyo mengatakan perubahan gaya hidup yang tidak sehat yang terjadi di masyarakat dapat menyumbang faktor risiko terjadinya kanker usus besar atau kanker kolorektal.
“Pada 20-25 tahun yang lalu kanker usus besar atau kolorektal belum termasuk sepuluh besar. Namun sekarang sudah di nomor tiga (tertinggi di dunia) karena perubahan dalam gaya hidup kita. Perubahan dalam cara kita hidup, cara kita makan, dan cara kita berperilaku,” kata Aru dalam webinar “Waspada Kanker Usus Besar” yang diikuti secara virtual di Jakarta, Rabu.
Perilaku yang tidak sehat yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker usus besar antara lain obesitas, diabetes terutama diabetes tipe dua, merokok, mengonsumsi alkohol berlebihan, mengonsumsi daging merah dan daging olahan berlebihan, serta aktivitas fisik yang kurang.
Dia menjelaskan kemunculan kanker bermula dari kerusakan kecil pada DNA. Apabila DNA terkena bahan karsinogen atau bahan yang dapat menimbulkan kanker, maka terjadi kerusakan yang dapat berujung pada pembentukan protein-protein ganas atau pertumbuhan ganas yang disebut sebagai sel kanker.
“Awalnya berupa sebuah polip. Polip ini bisa bertahun-tahun, kemudian lama-lama berubah menjadi displastic, kemudian menjadi kanker, dan kemudian menyebar. Jadi proses ini proses yang cukup panjang (dari polip menjadi sel ganas),” kata dia.
Aru mengimbau masyarakat agar dapat memodifikasi gaya hidup terutama menghindari kebiasaan diet rendah serat dan tinggi gula. Dia juga mengimbau masyarakat agar membatasi konsumsi daging olahan seperti corned beef, sosis, dan nugget, karena mengandung bahan pengawet dan zat nitrat.
“Daging proses itu mengandung zat nitrat, termasuk ikan asin yang diprosesnya tidak benar, dan nitrat atau nitrosamin itu sudah terbukti adalah bahan karsinogen,” ujar Aru.
Aru menekankan pentingnya untuk melakukan aktivitas fisik dan olahraga sehingga indeks massa tubuh yang ideal dapat terjaga dengan baik dan terhindar dari obesitas. Dia mengingatkan bahwa aktivitas fisik dan olahraga dapat mengurangi risiko terjadinya kanker terutama kanker kolorektal.
Baca juga: Efektivitas vaksin HPV lebih tinggi ketika diberikan kepada anak
Baca juga: GWS Bali bantu sembako dan susu Yayasan Peduli Kanker Anak
Selain gaya hidup, kata dia, faktor lainnya adalah faktor genetik atau keturunan, faktor ras tertentu, orang yang memiliki penyakit radang usus, orang dengan sindrom Lynch, serta orang dengan sindrom poliposis MUTYH. Meski begitu, Aru menekankan bahwa kanker usus besar merupakan penyakit kanker yang paling terkait dengan gaya hidup dan kebiasaan yang buruk.
“Pada 20-25 tahun yang lalu kanker usus besar atau kolorektal belum termasuk sepuluh besar. Namun sekarang sudah di nomor tiga (tertinggi di dunia) karena perubahan dalam gaya hidup kita. Perubahan dalam cara kita hidup, cara kita makan, dan cara kita berperilaku,” kata Aru dalam webinar “Waspada Kanker Usus Besar” yang diikuti secara virtual di Jakarta, Rabu.
Perilaku yang tidak sehat yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker usus besar antara lain obesitas, diabetes terutama diabetes tipe dua, merokok, mengonsumsi alkohol berlebihan, mengonsumsi daging merah dan daging olahan berlebihan, serta aktivitas fisik yang kurang.
Dia menjelaskan kemunculan kanker bermula dari kerusakan kecil pada DNA. Apabila DNA terkena bahan karsinogen atau bahan yang dapat menimbulkan kanker, maka terjadi kerusakan yang dapat berujung pada pembentukan protein-protein ganas atau pertumbuhan ganas yang disebut sebagai sel kanker.
“Awalnya berupa sebuah polip. Polip ini bisa bertahun-tahun, kemudian lama-lama berubah menjadi displastic, kemudian menjadi kanker, dan kemudian menyebar. Jadi proses ini proses yang cukup panjang (dari polip menjadi sel ganas),” kata dia.
Aru mengimbau masyarakat agar dapat memodifikasi gaya hidup terutama menghindari kebiasaan diet rendah serat dan tinggi gula. Dia juga mengimbau masyarakat agar membatasi konsumsi daging olahan seperti corned beef, sosis, dan nugget, karena mengandung bahan pengawet dan zat nitrat.
“Daging proses itu mengandung zat nitrat, termasuk ikan asin yang diprosesnya tidak benar, dan nitrat atau nitrosamin itu sudah terbukti adalah bahan karsinogen,” ujar Aru.
Aru menekankan pentingnya untuk melakukan aktivitas fisik dan olahraga sehingga indeks massa tubuh yang ideal dapat terjaga dengan baik dan terhindar dari obesitas. Dia mengingatkan bahwa aktivitas fisik dan olahraga dapat mengurangi risiko terjadinya kanker terutama kanker kolorektal.
Baca juga: Efektivitas vaksin HPV lebih tinggi ketika diberikan kepada anak
Baca juga: GWS Bali bantu sembako dan susu Yayasan Peduli Kanker Anak
Selain gaya hidup, kata dia, faktor lainnya adalah faktor genetik atau keturunan, faktor ras tertentu, orang yang memiliki penyakit radang usus, orang dengan sindrom Lynch, serta orang dengan sindrom poliposis MUTYH. Meski begitu, Aru menekankan bahwa kanker usus besar merupakan penyakit kanker yang paling terkait dengan gaya hidup dan kebiasaan yang buruk.