Mataram (ANTARA) - Perum Bulog Nusa Tenggara Barat sudah mendistribusikan sebanyak 41.941 ton beras untuk menjaga kestabilan harga melalui program Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSH) yang digelar di 10 kabupaten/kota sejak Oktober dan akan berakhir pada 31 Desember 2022.
"Tahun ini, kami sudah menyalurkan beras KPSH mencapai 107,54 persen dari target 39.000 ton. Jumlah itu jauh meningkat dibanding tahun 2021 sebanyak 16.000 ton, dan tahun 2019 sebanyak 39.000 ton," kata Pimpinan Wilayah Bulog NTB Abdul Muis Sayyed Ali di Mataram, Jumat.
Abdul menyebutkan, harga beras medium yang dijual melalui program stabilisasi harga Rp8.500/kg. Harga tersebut jauh dari ketentuan harga eceran tertinggi (HET) beras medium sebesar Rp9.450/kg.
Sementara itu jika masyarakat atau pedagang langsung membeli ke gudang Bulog bisa memperoleh harga harga Rp8.300/kg.
"Kebijakan harga murah itu diambil untuk menjamin ketersediaan dan harga yang layak bagi masyarakat," ujarnya.
Harga beras kualitas medium di NTB, menurut Abdul, jauh lebih murah dibandingkan provinsi lain yang mencapai Rp10.000/kg. Hal itu berdasarkan evaluasi Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) secara nasional.
Bahkan, kata dia, TPID Provinsi NTB meraih tiga penghargaan TPID Awards dari Kementerian Koordinator (Kemenko) Perekonomian atas kinerjanya dalam melakukan upaya pengendalian inflasi.
Tiga penghargaan yang berhasil diraih oleh TPID di Provinsi NTB adalah TPID terbaik provinsi yang diberikan kepada Provinsi NTB. Selain itu, TPID terbaik kota indeks harga konsumen (IHK) yang dimenangkan oleh Kota Mataram, dan TPID terbaik kabupaten/kota nonIHK yang dimenangkan oleh Kabupaten Lombok Barat.
"Itu semua tidak lepas dari peran Bulog di dalamnya, yakni terus menjaga stok dan pasokan. Tidak hanya beras, Bulog juga menyediakan minyak goreng dan gula pasir dengan harga relatif lebih murah," ujarnya.
Ia mengatakan realisasi penyaluran beras KPSH pada Oktober yang tergolong tinggi mampu menempatkan Bulog NTB di urutan pertama dari seluruh provinsi. Namun saat ini sudah berada di posisi empat di bawah provinsi-provinsi yang persentasenya besar. Tapi dalam hal realisasi sudah menembus di atas 100 persen.
"Ini adalah hal yang baik bagi kami, bahwa Bulog NTB tetap melaksanakan fungsinya, yaitu menjaga ketersediaan beras, menjaga stabilitas harga dan menjaga harga gabah dan beras di tingkat petani tetap stabil," kata Abdul.
"Tahun ini, kami sudah menyalurkan beras KPSH mencapai 107,54 persen dari target 39.000 ton. Jumlah itu jauh meningkat dibanding tahun 2021 sebanyak 16.000 ton, dan tahun 2019 sebanyak 39.000 ton," kata Pimpinan Wilayah Bulog NTB Abdul Muis Sayyed Ali di Mataram, Jumat.
Abdul menyebutkan, harga beras medium yang dijual melalui program stabilisasi harga Rp8.500/kg. Harga tersebut jauh dari ketentuan harga eceran tertinggi (HET) beras medium sebesar Rp9.450/kg.
Sementara itu jika masyarakat atau pedagang langsung membeli ke gudang Bulog bisa memperoleh harga harga Rp8.300/kg.
"Kebijakan harga murah itu diambil untuk menjamin ketersediaan dan harga yang layak bagi masyarakat," ujarnya.
Harga beras kualitas medium di NTB, menurut Abdul, jauh lebih murah dibandingkan provinsi lain yang mencapai Rp10.000/kg. Hal itu berdasarkan evaluasi Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) secara nasional.
Bahkan, kata dia, TPID Provinsi NTB meraih tiga penghargaan TPID Awards dari Kementerian Koordinator (Kemenko) Perekonomian atas kinerjanya dalam melakukan upaya pengendalian inflasi.
Tiga penghargaan yang berhasil diraih oleh TPID di Provinsi NTB adalah TPID terbaik provinsi yang diberikan kepada Provinsi NTB. Selain itu, TPID terbaik kota indeks harga konsumen (IHK) yang dimenangkan oleh Kota Mataram, dan TPID terbaik kabupaten/kota nonIHK yang dimenangkan oleh Kabupaten Lombok Barat.
"Itu semua tidak lepas dari peran Bulog di dalamnya, yakni terus menjaga stok dan pasokan. Tidak hanya beras, Bulog juga menyediakan minyak goreng dan gula pasir dengan harga relatif lebih murah," ujarnya.
Ia mengatakan realisasi penyaluran beras KPSH pada Oktober yang tergolong tinggi mampu menempatkan Bulog NTB di urutan pertama dari seluruh provinsi. Namun saat ini sudah berada di posisi empat di bawah provinsi-provinsi yang persentasenya besar. Tapi dalam hal realisasi sudah menembus di atas 100 persen.
"Ini adalah hal yang baik bagi kami, bahwa Bulog NTB tetap melaksanakan fungsinya, yaitu menjaga ketersediaan beras, menjaga stabilitas harga dan menjaga harga gabah dan beras di tingkat petani tetap stabil," kata Abdul.