Mataram (ANTARA) - Pemerintah Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, akan meresmikan "Bale Budaya" atau rumah budaya di areal Ruang Terbuka Hijau (RTH) Pagutan, agar masyarakat bisa segera memanfaatkan fasilitas itu untuk berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan.
"Insya Allah, 'Bale Budaya' akan kita resmikan pada bulan Maret 2023, dan akan langsung digunakan oleh Bappeda sebagai lokasi pelaksanaan Musrembang," kata Kepala Dinas Pariwisata Kota Mataram H Nizar Denny Cahyadi di Mataram, Kamis.
Terkait dengan itu, lanjutnya, dalam waktu dekat ini akan dilaksanakan kegiatan gotong royong dengan melibatkan semua organisasi perangkat daerah (OPD) teknis, untuk membersihkan areal "Bale Budaya".
"Jadi areal "Bale Budaya' bisa terlihat lebih rapi dan bersih, sebelum diresmikan," katanya.
Bale Budaya yang dibangun di areal RTH Pagutan ini, merupakan sebuah "becingah" atau aula serba guna khas Suku Sasak dengan ukuran 48x48 meter yang dapat digunakan untuk berbagai kegiatan seni, budaya, edukasi, serta kegiatan sosial kemasyarakatan lainnya di kota ini.
"Untuk pemanfaatan selanjutnya, akan dibuka untuk umum tentunya dengan penetapan tarif yang sesuai. Kita akan siapkan peraturan wali kota (perwal) penetapan tarif biaya sewa 'Bale Budaya'," katanya.
Wali Kota Mataram H Mohan Roliskana sebelumnya mengatakan, lokasi "Becingah" ini sangat representatif karena memiliki penataan landskap dan akses masuk yang bagus serta areal parkir luas, sehingga memungkinkan untuk digelar berbagai kegiatan dalam skala besar.
"Misalnya untuk kegiatan resepsi pernikahan, kegiatan organisasi, maupun kegiatan lainnya, sehingga bisa berkontribusi pada pendapatan daerah," kata Mohan.
Apalagi, saat ini kebutuhan untuk tempat seremonial di Kota Mataram tinggi, bahkan banyak masyarakat harus menunggu lama untuk mendapat tempat yang diinginkan. Karenanya, dengan adanya "becingah" tersebut bisa menjadi alternatif masyarakat.
"Untuk itulah, 'Bale Budaya' ini akan kita kaji untuk dikomersialkan, dengan penetapan tarif bersaing sesuai dengan fasilitas yang diberikan," katanya.
Terkait dengan itu, tambah wali kota, untuk mengoptimalkan pemanfaatan "Bale Budaya", tinggal dilakukan penataan serta penyempurnaan ornamen, dan menambah lampu penerang di sejumlah titik.
Dispar, masih menurut dia, juga akan menambah beberapa fasilitas pendukung yang direncanakan itu antara lain, toilet, ruang VVIV, ruang katering, dan ruang ganti, serta pemasangan plafon "becingah".
"Insya Allah, 'Bale Budaya' akan kita resmikan pada bulan Maret 2023, dan akan langsung digunakan oleh Bappeda sebagai lokasi pelaksanaan Musrembang," kata Kepala Dinas Pariwisata Kota Mataram H Nizar Denny Cahyadi di Mataram, Kamis.
Terkait dengan itu, lanjutnya, dalam waktu dekat ini akan dilaksanakan kegiatan gotong royong dengan melibatkan semua organisasi perangkat daerah (OPD) teknis, untuk membersihkan areal "Bale Budaya".
"Jadi areal "Bale Budaya' bisa terlihat lebih rapi dan bersih, sebelum diresmikan," katanya.
Bale Budaya yang dibangun di areal RTH Pagutan ini, merupakan sebuah "becingah" atau aula serba guna khas Suku Sasak dengan ukuran 48x48 meter yang dapat digunakan untuk berbagai kegiatan seni, budaya, edukasi, serta kegiatan sosial kemasyarakatan lainnya di kota ini.
"Untuk pemanfaatan selanjutnya, akan dibuka untuk umum tentunya dengan penetapan tarif yang sesuai. Kita akan siapkan peraturan wali kota (perwal) penetapan tarif biaya sewa 'Bale Budaya'," katanya.
Wali Kota Mataram H Mohan Roliskana sebelumnya mengatakan, lokasi "Becingah" ini sangat representatif karena memiliki penataan landskap dan akses masuk yang bagus serta areal parkir luas, sehingga memungkinkan untuk digelar berbagai kegiatan dalam skala besar.
"Misalnya untuk kegiatan resepsi pernikahan, kegiatan organisasi, maupun kegiatan lainnya, sehingga bisa berkontribusi pada pendapatan daerah," kata Mohan.
Apalagi, saat ini kebutuhan untuk tempat seremonial di Kota Mataram tinggi, bahkan banyak masyarakat harus menunggu lama untuk mendapat tempat yang diinginkan. Karenanya, dengan adanya "becingah" tersebut bisa menjadi alternatif masyarakat.
"Untuk itulah, 'Bale Budaya' ini akan kita kaji untuk dikomersialkan, dengan penetapan tarif bersaing sesuai dengan fasilitas yang diberikan," katanya.
Terkait dengan itu, tambah wali kota, untuk mengoptimalkan pemanfaatan "Bale Budaya", tinggal dilakukan penataan serta penyempurnaan ornamen, dan menambah lampu penerang di sejumlah titik.
Dispar, masih menurut dia, juga akan menambah beberapa fasilitas pendukung yang direncanakan itu antara lain, toilet, ruang VVIV, ruang katering, dan ruang ganti, serta pemasangan plafon "becingah".