Tangerang (ANTARA) - Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang dr. Dini Anggraeni mengatakan dampak dari mengkonsumsi nitrogen cair lewat chiki ngebul atau ice smoke berkepanjangan bisa menyebabkan kerusakan internal pada organ.
Ia menuturkan Cold burn atau luka bakar dingin merupakan kerusakan lokal pada kulit dan jaringan lainnya akibat pembekuan. Hal ini disebabkan karena paparan dingin yang berkepanjangan.
"Adapun risiko bahaya nitrogen cair apabila bersentuhan dengan tubuh, yaitu bisa menyebabkan kerusakan termal yang parah pada kulit, mata, maupun organ. Namun, tingkat keparahan cedera tergantung pada durasi dan area kontak,” kata dr Dini dalam keterangannya, di Tangerang, Banten, Minggu.
Dari sejumlah kasus, cedera terjadi ketika kulit telanjang dan jaringan terbuka lainnya bersentuhan dengan nitrogen cair selama lebih dari beberapa detik. “Misalnya, hal ini dapat terjadi jika seseorang menahan makanan berlapis nitrogen cair di mulutnya terlalu lama, atau jika camilan menempel di gusinya. Dengan itu, ada baiknya lebih waspada dengan pilihan jajanan yang ingin dikonsumsi sang anak,” ujarnya.
Kemudian Dinas Kesehatan (Dinkes) pun meningkatkan kewaspadaan dengan memperketat pengawasan dan sosialisasi ke masyarakat. Orang tua perlu meningkatkan kepedulian terhadap apa saja yang dikonsumsi sang anak di luar rumah. Mengedukasi anak-anak untuk jajan-jajanan yang sehat, diolah dengan benar dan higienis.
“Lebih baik lagi, orang tua untuk lebih rajin mengolah makanan atau minuman sendiri di rumah untuk anak-anak. Sehingga, apa yang dikonsumsi sang anak lebih pasti secara kebersihan dan kandungannya. Pada dasarnya chiki ngebul atau makanan apa pun, masyarakat Kota Tangerang harus lebih meningkatkan kewaspadaan dengan semua jajanan di luar. Jangan tergiur warna atau tampilan semata,” ujarnya.
Ia pun menyatakan, Dinkes telah berkoordinasi dengan seluruh fasilitas kesehatan, baik itu RSUD Kota Tangerang, Rumah Sakit (RS) swasta maupun seluruh puskesmas yang ada di Kota Tangerang, untuk meningkatkan pengawasan. Segera melakukan respon cepat, jika temui kasus serupa.
“Telah disosialisasikan secara luas, jika ditemukan kasus keracunan pangan akibat konsumsi jajanan chiki ngebul, untuk melapor ke kontak yang disediakan Kemenkes ke kontak Tim Kerja Pelayanan Kesehatan Rujukan di pelayanankesehatan.rujukanlain@gmail.com atau nomor 0882-1599-2763,” jelas dr Dini.
Baca juga: Dokter : Pentingnya melindungi perempuan Indonesia dari anemia
Baca juga: Dokter ingatkan tes kesuburan perlu dilakukan pada suami
Sebelumnya Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah mengeluarkan Surat Edaran (SE), bahwa pelaporan kasus kedaruratan medis makanan berasap mengandung nitrogen cair atau disebut dengan chiki ngebul, dimana adanya beberapa anak SD di Tasikmalaya yang keracunan pasca mengonsumsi chiki tersebut, bukanlah Kejadian Luar Biasa (KLB).
Dalam SE tersebut, di nyatakan hanya terjadi peningkatan kasus dalam penggunaan nitrogen cair yang bersifat lokal. Namun demikian, jika terjadi kejadian serupa di tempat lain, tetap perlu melaporkan dan memantau serta berkoordinasi penanganan di lapangan.
Ia menuturkan Cold burn atau luka bakar dingin merupakan kerusakan lokal pada kulit dan jaringan lainnya akibat pembekuan. Hal ini disebabkan karena paparan dingin yang berkepanjangan.
"Adapun risiko bahaya nitrogen cair apabila bersentuhan dengan tubuh, yaitu bisa menyebabkan kerusakan termal yang parah pada kulit, mata, maupun organ. Namun, tingkat keparahan cedera tergantung pada durasi dan area kontak,” kata dr Dini dalam keterangannya, di Tangerang, Banten, Minggu.
Dari sejumlah kasus, cedera terjadi ketika kulit telanjang dan jaringan terbuka lainnya bersentuhan dengan nitrogen cair selama lebih dari beberapa detik. “Misalnya, hal ini dapat terjadi jika seseorang menahan makanan berlapis nitrogen cair di mulutnya terlalu lama, atau jika camilan menempel di gusinya. Dengan itu, ada baiknya lebih waspada dengan pilihan jajanan yang ingin dikonsumsi sang anak,” ujarnya.
Kemudian Dinas Kesehatan (Dinkes) pun meningkatkan kewaspadaan dengan memperketat pengawasan dan sosialisasi ke masyarakat. Orang tua perlu meningkatkan kepedulian terhadap apa saja yang dikonsumsi sang anak di luar rumah. Mengedukasi anak-anak untuk jajan-jajanan yang sehat, diolah dengan benar dan higienis.
“Lebih baik lagi, orang tua untuk lebih rajin mengolah makanan atau minuman sendiri di rumah untuk anak-anak. Sehingga, apa yang dikonsumsi sang anak lebih pasti secara kebersihan dan kandungannya. Pada dasarnya chiki ngebul atau makanan apa pun, masyarakat Kota Tangerang harus lebih meningkatkan kewaspadaan dengan semua jajanan di luar. Jangan tergiur warna atau tampilan semata,” ujarnya.
Ia pun menyatakan, Dinkes telah berkoordinasi dengan seluruh fasilitas kesehatan, baik itu RSUD Kota Tangerang, Rumah Sakit (RS) swasta maupun seluruh puskesmas yang ada di Kota Tangerang, untuk meningkatkan pengawasan. Segera melakukan respon cepat, jika temui kasus serupa.
“Telah disosialisasikan secara luas, jika ditemukan kasus keracunan pangan akibat konsumsi jajanan chiki ngebul, untuk melapor ke kontak yang disediakan Kemenkes ke kontak Tim Kerja Pelayanan Kesehatan Rujukan di pelayanankesehatan.rujukanlain@gmail.com atau nomor 0882-1599-2763,” jelas dr Dini.
Baca juga: Dokter : Pentingnya melindungi perempuan Indonesia dari anemia
Baca juga: Dokter ingatkan tes kesuburan perlu dilakukan pada suami
Sebelumnya Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah mengeluarkan Surat Edaran (SE), bahwa pelaporan kasus kedaruratan medis makanan berasap mengandung nitrogen cair atau disebut dengan chiki ngebul, dimana adanya beberapa anak SD di Tasikmalaya yang keracunan pasca mengonsumsi chiki tersebut, bukanlah Kejadian Luar Biasa (KLB).
Dalam SE tersebut, di nyatakan hanya terjadi peningkatan kasus dalam penggunaan nitrogen cair yang bersifat lokal. Namun demikian, jika terjadi kejadian serupa di tempat lain, tetap perlu melaporkan dan memantau serta berkoordinasi penanganan di lapangan.