Ngawi, (Antara Mataram) - Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, Selasa, melaksanakan panen padi organik perdana melalui teknologi temuan peneliti LIPI, yakni menggunakan pupuk organik hayati (POH).
Panen perdana di Desa Jenggrik, Kecamatan Kedunggalar itu dilakukan bersama Bupati Ngawi Budi Sulistyono, Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati (IPH) LIPI Siti Nuramaliati Prijono, anggota Komisi VII DPR-RI bidang Ristek, sumber daya mineral dan lingkungan hidup HM Markum Singodimedjo beserta gabungan kelompok tani (Gapoktan) setempat.
Di area seluas 12 hektare itu, panen ditandai dengan pemotongan tanaman padi yang selama ini ditanam dengan menggunakan teknologi POH hasil temuan Dr Sarjiya Antonius, peneliti Puslit Biologi LIPI.
Bupati Ngawi Budi Sulityono mengatakan bahwa kerja sama itu menunjukkan bahwa keberpihakan bisa dibangun parapihak demi kepentingan masyarakat, dalam hal ini para petani.
"Setelah di Kedunggalar ini, kita berharap semua kecamatan akan mengikuti karena terbukti berhasil," ucapnya.
Deputi IPH LIPI Siti Nuramaliati Prijono mengemukakan bahwa salah satu tanggung jawab pihaknya kepada masyarakat adalah ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa melalui penyebarluasan Iptek sebagai solusi atas berbagai permasalahan kritis yang dihadapi
masyarakat atau "Memasyarakatkan Ilmu, Mengilmiahkan Masyarakat".
Ia mengatakan LIPI dengan kemampuan yang dimilikinya telah melaksanakan diseminasi Iptek sekurangnya di 28 daerah di Indonesia, salah satunya adalah melalui program Iptekda.
Tujuan diseminasi Iptek, khususnya di bidang pertanian, kata dia, adalah meningkatkan kemampuan dan produktivitas pertanian melalui pemanfaatan Iptek, meningkatkan kapasitas SDM daerah, dan membantu meningkatkan daya saing ekonomi dengan memanfaatkan potensi daerah.
Panen di Ngawi itu, katanya, adalah diseminasi Iptek LIPI yang bersumber atau berbasiskan dari sumber daya mikroba.
POH, kata dia, adalah upaya LIPI untuk menciptakan kemandirian daerah dalam peningkatan produksi pangan melalui pemanfaatan Iptek.
"Dengan POH biaya pemupukan menjadi lebih murah dan hasil panen meningkat. Produk pertanian organik juga punya nilai jual tinggi, sehingga bisa meningkatkan pendapatan petani," tuturnya.
Sementara itu, anggota Komisi VII DPR-RI HM Markum Singodimedjo menyatakan bahwa dirinya punya perhatian khusus mendorong LIPI agar lebih "membumi" dengan karya dan produk penelitiannya.
"Saya 'geregetan' karena banyak hasil penelitian yang mungkin menumpuk, namun belum bisa diterapkan. Kalau di bidang pertanian, ya...dapat digunakan oleh petani," ucap mantan Bupati Ponorogo dua periode itu.
Karena itulah, dirinya terlibat dalam mendorong bagi lahirnya kerja sama kolaboratif sehingga terwujud di Kabupaten Ngawi, yang melibatkan Pemda, Bappenas, LIPI dan juga Komisi VII DPR.
Khusus di Ngawi, kata dia, karena bupatinya memiliki visi yang sama dengan dirinya, yakni berpihak kepada petani, maka kerja sama yang dilakukan lebih mudah.
Apresiasi atas peran Bupati Ngawi juga disampaikan Deputi IPH LIPI Siti Nuramaliati Prijono, sehingga selama setahun terakhir dilakukan kerja sama pemakaia POH pada lahan pertanian padi petani.
"Tidak banyak bupati yang punya kepedulian semacam ini, sehingga kita berharap dapat diikuti kepala daerah lain," tandasnya.
Pihaknya memberikan apresiasi karena Bupati Ngawi mampu menjadi intermediasi aspirasi petani dengan LIPI, sehingga terjalin kerja sama dan kemudian diwujudkan dalam bentuk keberhasilan panen itu.
Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan paparan peneliti LIPI dan dialog dengan Gapoktan setempat di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Kedunggalar. (*)
Panen perdana di Desa Jenggrik, Kecamatan Kedunggalar itu dilakukan bersama Bupati Ngawi Budi Sulistyono, Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati (IPH) LIPI Siti Nuramaliati Prijono, anggota Komisi VII DPR-RI bidang Ristek, sumber daya mineral dan lingkungan hidup HM Markum Singodimedjo beserta gabungan kelompok tani (Gapoktan) setempat.
Di area seluas 12 hektare itu, panen ditandai dengan pemotongan tanaman padi yang selama ini ditanam dengan menggunakan teknologi POH hasil temuan Dr Sarjiya Antonius, peneliti Puslit Biologi LIPI.
Bupati Ngawi Budi Sulityono mengatakan bahwa kerja sama itu menunjukkan bahwa keberpihakan bisa dibangun parapihak demi kepentingan masyarakat, dalam hal ini para petani.
"Setelah di Kedunggalar ini, kita berharap semua kecamatan akan mengikuti karena terbukti berhasil," ucapnya.
Deputi IPH LIPI Siti Nuramaliati Prijono mengemukakan bahwa salah satu tanggung jawab pihaknya kepada masyarakat adalah ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa melalui penyebarluasan Iptek sebagai solusi atas berbagai permasalahan kritis yang dihadapi
masyarakat atau "Memasyarakatkan Ilmu, Mengilmiahkan Masyarakat".
Ia mengatakan LIPI dengan kemampuan yang dimilikinya telah melaksanakan diseminasi Iptek sekurangnya di 28 daerah di Indonesia, salah satunya adalah melalui program Iptekda.
Tujuan diseminasi Iptek, khususnya di bidang pertanian, kata dia, adalah meningkatkan kemampuan dan produktivitas pertanian melalui pemanfaatan Iptek, meningkatkan kapasitas SDM daerah, dan membantu meningkatkan daya saing ekonomi dengan memanfaatkan potensi daerah.
Panen di Ngawi itu, katanya, adalah diseminasi Iptek LIPI yang bersumber atau berbasiskan dari sumber daya mikroba.
POH, kata dia, adalah upaya LIPI untuk menciptakan kemandirian daerah dalam peningkatan produksi pangan melalui pemanfaatan Iptek.
"Dengan POH biaya pemupukan menjadi lebih murah dan hasil panen meningkat. Produk pertanian organik juga punya nilai jual tinggi, sehingga bisa meningkatkan pendapatan petani," tuturnya.
Sementara itu, anggota Komisi VII DPR-RI HM Markum Singodimedjo menyatakan bahwa dirinya punya perhatian khusus mendorong LIPI agar lebih "membumi" dengan karya dan produk penelitiannya.
"Saya 'geregetan' karena banyak hasil penelitian yang mungkin menumpuk, namun belum bisa diterapkan. Kalau di bidang pertanian, ya...dapat digunakan oleh petani," ucap mantan Bupati Ponorogo dua periode itu.
Karena itulah, dirinya terlibat dalam mendorong bagi lahirnya kerja sama kolaboratif sehingga terwujud di Kabupaten Ngawi, yang melibatkan Pemda, Bappenas, LIPI dan juga Komisi VII DPR.
Khusus di Ngawi, kata dia, karena bupatinya memiliki visi yang sama dengan dirinya, yakni berpihak kepada petani, maka kerja sama yang dilakukan lebih mudah.
Apresiasi atas peran Bupati Ngawi juga disampaikan Deputi IPH LIPI Siti Nuramaliati Prijono, sehingga selama setahun terakhir dilakukan kerja sama pemakaia POH pada lahan pertanian padi petani.
"Tidak banyak bupati yang punya kepedulian semacam ini, sehingga kita berharap dapat diikuti kepala daerah lain," tandasnya.
Pihaknya memberikan apresiasi karena Bupati Ngawi mampu menjadi intermediasi aspirasi petani dengan LIPI, sehingga terjalin kerja sama dan kemudian diwujudkan dalam bentuk keberhasilan panen itu.
Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan paparan peneliti LIPI dan dialog dengan Gapoktan setempat di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Kedunggalar. (*)