Surabaya (ANTARA) - Rumah Bhinneka di Kota Surabaya, Jawa Timur, merupakan wujud dari upaya pemko setempat menjunjung tinggi keberagaman di Kota Pahlawan, kata Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi.
"Dengan adanya Rumah Bhinneka ini, saya berharap bisa menjadi bagian dari upaya Pemkot Surabaya untuk menyatukan seluruh agama dan suku di Kota Surabaya," katanya saat meresmikan Rumah Bhinneka di Surabaya, Selasa.
"Dengan adanya Rumah Bhinneka ini, saya berharap bisa menjadi bagian dari upaya Pemkot Surabaya untuk menyatukan seluruh agama dan suku di Kota Surabaya," katanya saat meresmikan Rumah Bhinneka di Surabaya, Selasa.
Menurut dia, Rumah Bhinneka yang berada di Jalan Nginden Baru 6 No. 28, Kecamatan Sukolilo itu merupakan bentuk perhatian Pemerintah Kota Surabaya terhadap aktivitas toleransi dan pluralisme, karena seluruh suku, ras dan agama yang tinggal saling berdampingan dan menghormati antarwarga di Kota Pahlawan.
Bahkan, lanjut dia, Kota Surabaya menyandang predikat kota toleransi peringkat keenam se-Indonesia, dan peringkat satu di Jawa Timur. Selain itu, kata Eri, Rumah Bhinneka menjadi tempat berkumpul dan berdiskusi untuk melakukan pembauran, menjaring aspirasi masyarakat bersama berbagai suku, ras, agama, golongan, berbagai organisasi masyarakat, antara lain aliansi BEM. Serta merangkul berbagai kalangan masyarakat Surabaya untuk bersinergi dengan pemkot dalam pelaksanaan pembangunan.
Eri mengatakan, perwujudan Kota Surabaya sebagai kota toleransi adalah semakin dipertebal dengan upaya Pemkot Surabaya dalam pembauran etnis sebagai ruang interaksi. "Surabaya tetap menjadi bagian NKRI dengan Ideologi Pancasila, maka seluruh umat beragama dan suku memiliki hak yang sama terhadap kota itu," ujar Eri.
Sementara itu, Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bangkesbangpol) Kota Surabaya Maria Theresia Ekawati Rahayu mengatakan, Rumah Bhineka ini difungsikan sebagai ruang berkumpul lintas agama, suku, ras, serta organisasi guna merekatkan persatuan dan kesatuan. "Serta bersinergi dengan Pemkot Surabaya dalam pelaksanaan pembangunan Kota Surabaya," kata dia.
Rumah Bhineka Kota Surabaya terdiri dari dua lantai yakni lantai satu untuk ruang FPK Kota Surabaya, ruang JPM Kota Surabaya, ruang aliansi BEM, ruang Pojok Baca, dan Mushola dan lantai dua digunakan untuk ruang rapat dan ruang transit.
Baca juga: Forum Pembauran Kebangsaan tempat silaturahim berbagai etnis
Baca juga: Menkumham ingatkan pentingnya mengenalkan toleransi
Ketua Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) Kota Surabaya Hoslih Abdullah mengatakan, dukungan dari Pemkot Surabaya telah memberikan ruang berkumpul untuk ikut menentukan program pembangunan.
"Dukungan Pemkot Surabaya dan Walikota sangat luar biasa. Kami akan segera membahas program utama untuk segera melakukan turun dan melakukan kegiatan di kalangan masyarakat," kata Hoslih.
"Dengan adanya Rumah Bhinneka ini, saya berharap bisa menjadi bagian dari upaya Pemkot Surabaya untuk menyatukan seluruh agama dan suku di Kota Surabaya," katanya saat meresmikan Rumah Bhinneka di Surabaya, Selasa.
"Dengan adanya Rumah Bhinneka ini, saya berharap bisa menjadi bagian dari upaya Pemkot Surabaya untuk menyatukan seluruh agama dan suku di Kota Surabaya," katanya saat meresmikan Rumah Bhinneka di Surabaya, Selasa.
Menurut dia, Rumah Bhinneka yang berada di Jalan Nginden Baru 6 No. 28, Kecamatan Sukolilo itu merupakan bentuk perhatian Pemerintah Kota Surabaya terhadap aktivitas toleransi dan pluralisme, karena seluruh suku, ras dan agama yang tinggal saling berdampingan dan menghormati antarwarga di Kota Pahlawan.
Bahkan, lanjut dia, Kota Surabaya menyandang predikat kota toleransi peringkat keenam se-Indonesia, dan peringkat satu di Jawa Timur. Selain itu, kata Eri, Rumah Bhinneka menjadi tempat berkumpul dan berdiskusi untuk melakukan pembauran, menjaring aspirasi masyarakat bersama berbagai suku, ras, agama, golongan, berbagai organisasi masyarakat, antara lain aliansi BEM. Serta merangkul berbagai kalangan masyarakat Surabaya untuk bersinergi dengan pemkot dalam pelaksanaan pembangunan.
Eri mengatakan, perwujudan Kota Surabaya sebagai kota toleransi adalah semakin dipertebal dengan upaya Pemkot Surabaya dalam pembauran etnis sebagai ruang interaksi. "Surabaya tetap menjadi bagian NKRI dengan Ideologi Pancasila, maka seluruh umat beragama dan suku memiliki hak yang sama terhadap kota itu," ujar Eri.
Sementara itu, Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bangkesbangpol) Kota Surabaya Maria Theresia Ekawati Rahayu mengatakan, Rumah Bhineka ini difungsikan sebagai ruang berkumpul lintas agama, suku, ras, serta organisasi guna merekatkan persatuan dan kesatuan. "Serta bersinergi dengan Pemkot Surabaya dalam pelaksanaan pembangunan Kota Surabaya," kata dia.
Rumah Bhineka Kota Surabaya terdiri dari dua lantai yakni lantai satu untuk ruang FPK Kota Surabaya, ruang JPM Kota Surabaya, ruang aliansi BEM, ruang Pojok Baca, dan Mushola dan lantai dua digunakan untuk ruang rapat dan ruang transit.
Baca juga: Forum Pembauran Kebangsaan tempat silaturahim berbagai etnis
Baca juga: Menkumham ingatkan pentingnya mengenalkan toleransi
Ketua Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) Kota Surabaya Hoslih Abdullah mengatakan, dukungan dari Pemkot Surabaya telah memberikan ruang berkumpul untuk ikut menentukan program pembangunan.
"Dukungan Pemkot Surabaya dan Walikota sangat luar biasa. Kami akan segera membahas program utama untuk segera melakukan turun dan melakukan kegiatan di kalangan masyarakat," kata Hoslih.