Tanah Laut (ANTARA) - Menteri Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (Menkop UMKM) Teten Masduki mengatakan Presiden Joko Widodo menginginkan petani kelapa sawit di Indonesia membangun pabrik hilirisasi berupa pabrik minyak makan merah untuk meningkatkan kesejahteraan petani.
"Presiden juga ingin petani sawit saat ini menguasai hampir 41, 24 persen kebun sawit di Indonesia tidak hanya menjual tandan buah segar (TBS) ke industri," ujar Teten Masduki selepas meresmikan Pabrik CPO dan Peletakan Batu Pertama Pembangunan Pabrik Minyak Makan Merah di Desa Tajau Mulya, Kecamatan Batu Ampar, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan, Selasa.
Menurut dia, pemerintah hanya memberikan izin kepada petani sawit untuk membangun pabrik minyak makan merah dengan teknologi yang sederhana, sehingga menekan biaya produksi, membangun pabrik skala mini dan minyak lebih sehat.
"Pro vitamin A, vitamin E nya tinggi. Kalau minyak goreng warnanya bening karena dibleaching atau melalui proses menghilangkan pigmen warna dan dibersihkan warna merahnya, padahal itu sumber vitamin A dan vitamin E," ujar Teten.
Berdasarkan catatan dari Kementerian Perindustrian, jelas dia, Indonesia malah mengimpor bahan baku vitamin A dan vitamin E, padahal Indonesia sudah tersedia bahan baku dari sawit.
Dia mengutarakan Presiden Jokowi juga meminta pembangunan pabrik minyak makan merah hanya untuk koperasi petani sawit, bukan bagi perusahaan besar, agar nantinya tidak terjadi persaingan antara minyak makan merah dengan dengan produk lainnya. "Minyak makan merah ini jangan bersaing dengan yang besar, kalau yang kecil bersaing dengan yang besar pasti kalah. Jadi ini pemihakan pemerintah kepada petani sawit," tutur Teten.
Baca juga: Stafsus Menkop UKM sebut 20 juta UMKM 'go digital'
Baca juga: Menkop UKM jembatani start up bertemu investor lewat EFF 2022
Supaya minyak makan merah diproduksi dengan murah dan bisa dibeli masyarakat sekitar, papar dia, maka pembangunannya itu per 1.000 hektare satu mini plant CPO dengan hasil produksi diperkirakan 10 ton per hari dan hasil produksinya bisa diserap dua kecamatan.
"Inilah konsep pabrik yang terintegrasi. Jadi kebunnya, pabriknya dan pasarnya satu kawasan , sehingga biaya produksinya bisa ditekan lebih murah," katanya. Lebih lanjut, Teten mengemukakan, untuk Detail Engineering Design (DED) pabrik minyak makan merah sudah selesai dan pabrik sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI).
"Badan Standarisasi Nasional dengan BPOM sudah mengeluarkan DED dan ada di tempat saya. Presiden minta pabrik minyak makan merah hanya khusus untuk koperasi petani sawit," ungkap Teten. Kemudian, sambungnya lagi, Presiden juga ingin petani sawit makmur dan rakyat akses mudah mendapatkan minyak makan yang sehat dan murah.
"Presiden juga ingin petani sawit saat ini menguasai hampir 41, 24 persen kebun sawit di Indonesia tidak hanya menjual tandan buah segar (TBS) ke industri," ujar Teten Masduki selepas meresmikan Pabrik CPO dan Peletakan Batu Pertama Pembangunan Pabrik Minyak Makan Merah di Desa Tajau Mulya, Kecamatan Batu Ampar, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan, Selasa.
Menurut dia, pemerintah hanya memberikan izin kepada petani sawit untuk membangun pabrik minyak makan merah dengan teknologi yang sederhana, sehingga menekan biaya produksi, membangun pabrik skala mini dan minyak lebih sehat.
"Pro vitamin A, vitamin E nya tinggi. Kalau minyak goreng warnanya bening karena dibleaching atau melalui proses menghilangkan pigmen warna dan dibersihkan warna merahnya, padahal itu sumber vitamin A dan vitamin E," ujar Teten.
Berdasarkan catatan dari Kementerian Perindustrian, jelas dia, Indonesia malah mengimpor bahan baku vitamin A dan vitamin E, padahal Indonesia sudah tersedia bahan baku dari sawit.
Dia mengutarakan Presiden Jokowi juga meminta pembangunan pabrik minyak makan merah hanya untuk koperasi petani sawit, bukan bagi perusahaan besar, agar nantinya tidak terjadi persaingan antara minyak makan merah dengan dengan produk lainnya. "Minyak makan merah ini jangan bersaing dengan yang besar, kalau yang kecil bersaing dengan yang besar pasti kalah. Jadi ini pemihakan pemerintah kepada petani sawit," tutur Teten.
Baca juga: Stafsus Menkop UKM sebut 20 juta UMKM 'go digital'
Baca juga: Menkop UKM jembatani start up bertemu investor lewat EFF 2022
Supaya minyak makan merah diproduksi dengan murah dan bisa dibeli masyarakat sekitar, papar dia, maka pembangunannya itu per 1.000 hektare satu mini plant CPO dengan hasil produksi diperkirakan 10 ton per hari dan hasil produksinya bisa diserap dua kecamatan.
"Inilah konsep pabrik yang terintegrasi. Jadi kebunnya, pabriknya dan pasarnya satu kawasan , sehingga biaya produksinya bisa ditekan lebih murah," katanya. Lebih lanjut, Teten mengemukakan, untuk Detail Engineering Design (DED) pabrik minyak makan merah sudah selesai dan pabrik sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI).
"Badan Standarisasi Nasional dengan BPOM sudah mengeluarkan DED dan ada di tempat saya. Presiden minta pabrik minyak makan merah hanya khusus untuk koperasi petani sawit," ungkap Teten. Kemudian, sambungnya lagi, Presiden juga ingin petani sawit makmur dan rakyat akses mudah mendapatkan minyak makan yang sehat dan murah.