Beijing (ANTARA) - Kementerian Luar Negeri China (MFA) di Beijing, Senin, mengakui bahwa satu lagi wahana nirawak yang disebut sebagai "balon mata-mata" yang terlihat di Amerika Latin adalah milik China. "Terkait dengan balon di atas Amerika Latin, telah diverifikasi bahwa pesawat tak berawak itu berasal dari China," kata juru bicara MFA Mao Ning.

Menurut dia, benda itu merupakan peralatan sipil yang digunakan untuk uji terbang. Benda yang dipengaruhi oleh cuaca dan kemampuan sistem pengendali mandiri yang terbatas itu disebutkan menyimpang jauh dari jalur yang direncanakan hingga memasuki wilayah udara Amerika Latin dan Karibia.

Terkait insiden itu, kata Mao dalam konferensi pers reguler di Beijing, mengungkapkan bahwa langkah penanggulangan sudah diambil. Ia mengatakan China adalah negara yang bertanggung jawab dan selalu bertindak sesuai dengan hukum internasional.  "Kami telah menginformasikan kepada pihak terkait agar ditangani dengan benar dan tidak menimbulkan ancaman bagi negara mana pun. Mereka telah menyampaikan pengertiannya," ujarnya.

Sebelumnya, satu "balon mata-mata" juga terlihat di atas Montana, Amerika Serikat. Piranti intelijen tersebut kemudian ditembak jatuh oleh jet tempur AS di atas perairan Samudra Atlantik pada Sabtu (4/2) atas persetujuan Presiden Joe Biden.

Kemunculan balon tersebut membuat AS berang sehingga Menteri Luar Negeri Antony Blinken menunda kunjungannya ke China, yang sedianya dilakukan pada Jumat (3/2). Namun, Beijing menyatakan tidak pernah ada pembicaraan sebelumnya mengenai rencana kunjungan Blinken ke China.

Baca juga: UMKM Denpasar ikuti kurasi produk sambut wisman China
Baca juga: Dolar AS menguat di awal sesi Asia jelang pertemuan bank-bank sentral

Wakil Menlu China Xie Feng mengajukan protes resmi atas penembakan balon tersebut terhadap AS melalui kedutaan di Beijing pada Senin. Kementerian Pertahanan China juga telah mengajukan protes pada Minggu (5/2) karena menganggap AS bertindak berlebihan dengan menembak jatuh wahana sipil nirawak itu, yang disebutnya diterbangkan untuk tujuan penelitian meteorologi.

"Masuknya pesawat secara tidak sengaja merupakan insiden force majeure yang sama sekali tidak terduga. Kami secara spesifik meminta pihak AS menanganinya dengan tenang, profesional, dan tepat tanpa melakukan tindakan yang memaksa," kata Mao.

Ia menambahkan bahwa sebagai negara yang bertanggung jawab, China sebelumnya memberi tahu AS soal peristiwa itu agar disikapi secara wajar. Pentagon --markas besar Departemen Pertahanan AS-- mengatakan bahwa selama pemerintahan mantan Presiden Donald Trump, ada tiga buah balon mata-mata China yang terbang di wilayah udara AS. Pernyataan itu dibantah oleh Mao. "Saya mencatat bahwa Tuan Trump telah membantah klaim tersebut," ucapnya.
 



 

Pewarta : M. Irfan Ilmie
Editor : I Komang Suparta
Copyright © ANTARA 2024