Mataram (ANTARA) - PT PLN (Persero) Unit Induk Wilayah Nusa Tenggara Barat menyatakan penggunaan biomassa sebagai bahan bakar substitusi batubara yang digunakan pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) mampu menggerakkan ekonomi pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
"Teknologi yang disebut co firing tersebut dilakukan PLN tidak hanya menekan emisi karbon dan turut menyukseskan pencanangan Net Zero Emission tahun 2050 di NTB, namun juga menggerakkan ekonomi masyarakat," kata General Manager PLN Unit Induk Wilayah NTB Sudjarwo, di Mataram, Selasa.
Ia mengatakan dalam menuju transisi energi bersih, PLN tidak berjalan sendiri, tapi berkolaborasi dengan melakukan pemberdayaan masyarakat. Program tersebut memberikan dampak yang luar bisa bagi PLN, lingkungan dan masyarakat.
Melalui program tersebut, PLN tidak hanya bermaksud mengganti batu bara dengan biomassa, tetapi juga membangun rantai pasok biomassa yang andal dengan melibatkan masyarakat yang dalam penyediaannya memiliki dampak ekonomi untuk masyarakat secara langsung.
Sudjarwo menambahkan kehadiran program ekonomi kerakyatan co firing tersebut juga merupakan langkah nyata PLN menjawab persoalan global.
Untuk terus menjaga keberlangsungan pasokan biomassa, PLN juga telah merintis pembangunan rantai pasok melalui program pendampingan, pilot project pengembangan skala kecil sampai dengan komersialisasi biomassa yang melibatkan berbagai elemen masyarakat.
"Co firing bukanlah upaya untuk mengurangi emisi saja, namun kami sadar ada unsur ekonomi sirkular yang bisa membentuk ekosistem energi kerakyatan melalui pemberdayaan masyarakat," ujarnya.
Sepanjang 2022, PLN telah mengimplementasikan teknologi co firing di dua lokasi PLTU, yaitu PLTU Jeranjang yang berlokasi di Desa Taman Ayu, Lombok Barat, dan PLTU Sumbawa Barat di Taliwang, Kabupaten Sumbawa Barat.
Adapun jenis co firing yang digunakan adalah sampah yang telah diolah menjadi solid recovered fuel, sekam padi, serbuk kayu dan juga serpihan atau potongan kayu (woodchip).
Barwan, salah satu distributor biomassa serbuk kayu yang digunakan untuk co firing PLTU Jeranjang, mengaku dalam satu bulan dapat menyediakan hingga 300 ton serbuk kayu di PLTU Jeranjang.
Ia menjelaskan proses penyediaan serbuk kayu atau woodchip harus melewati beberapa tahapan agar serbuk kayu siap digunakan untuk co firing. Dimulai dari mencari serbuk di tempat penimbunan atau pemotongan kayu, kemudian dikarungi dan dibawa ke shelter untuk pengeringan terlebih dahulu hingga pengiriman ke PLTU Jeranjang.
"Kami ucapkan terima kasih atas kesempatan yang diberikan oleh PLN sehingga kami dapat berpartisipasi dalam program transisi energi," ucap Barwan.
Hal senada disampaikan oleh Lalu Sultansyah, distributor sekam padi untuk co firing PLTU Jeranjang. Ia menyebut sekam padi yang dihasilkannya kini bernilai ekonomi yang mendatangkan manfaat.
Produksi sekam padi yang disuplai ke PLTU Jeranjang mencapai 400 hingga 600 ton per bulan. Limbah itu diperoleh dari beberapa produsen sekam padi di Kabupaten Lombok Tengah.
Ia mengaku sebelumnya menganggap sekam padi sebagai limbah. Namun setelah diberikan pemahaman bahwa ternyata limbah sekam padi masih bisa digunakan untuk co firing di PLTU Jeranjang.
"Terima kasih PLN, kami merasa sangat terbantu, yang bisa memutar perekonomian kami terutama masyarakat sekitar dan pengelola sekam padi ini," kata Sultansyah.
"Teknologi yang disebut co firing tersebut dilakukan PLN tidak hanya menekan emisi karbon dan turut menyukseskan pencanangan Net Zero Emission tahun 2050 di NTB, namun juga menggerakkan ekonomi masyarakat," kata General Manager PLN Unit Induk Wilayah NTB Sudjarwo, di Mataram, Selasa.
Ia mengatakan dalam menuju transisi energi bersih, PLN tidak berjalan sendiri, tapi berkolaborasi dengan melakukan pemberdayaan masyarakat. Program tersebut memberikan dampak yang luar bisa bagi PLN, lingkungan dan masyarakat.
Melalui program tersebut, PLN tidak hanya bermaksud mengganti batu bara dengan biomassa, tetapi juga membangun rantai pasok biomassa yang andal dengan melibatkan masyarakat yang dalam penyediaannya memiliki dampak ekonomi untuk masyarakat secara langsung.
Sudjarwo menambahkan kehadiran program ekonomi kerakyatan co firing tersebut juga merupakan langkah nyata PLN menjawab persoalan global.
Untuk terus menjaga keberlangsungan pasokan biomassa, PLN juga telah merintis pembangunan rantai pasok melalui program pendampingan, pilot project pengembangan skala kecil sampai dengan komersialisasi biomassa yang melibatkan berbagai elemen masyarakat.
"Co firing bukanlah upaya untuk mengurangi emisi saja, namun kami sadar ada unsur ekonomi sirkular yang bisa membentuk ekosistem energi kerakyatan melalui pemberdayaan masyarakat," ujarnya.
Sepanjang 2022, PLN telah mengimplementasikan teknologi co firing di dua lokasi PLTU, yaitu PLTU Jeranjang yang berlokasi di Desa Taman Ayu, Lombok Barat, dan PLTU Sumbawa Barat di Taliwang, Kabupaten Sumbawa Barat.
Adapun jenis co firing yang digunakan adalah sampah yang telah diolah menjadi solid recovered fuel, sekam padi, serbuk kayu dan juga serpihan atau potongan kayu (woodchip).
Barwan, salah satu distributor biomassa serbuk kayu yang digunakan untuk co firing PLTU Jeranjang, mengaku dalam satu bulan dapat menyediakan hingga 300 ton serbuk kayu di PLTU Jeranjang.
Ia menjelaskan proses penyediaan serbuk kayu atau woodchip harus melewati beberapa tahapan agar serbuk kayu siap digunakan untuk co firing. Dimulai dari mencari serbuk di tempat penimbunan atau pemotongan kayu, kemudian dikarungi dan dibawa ke shelter untuk pengeringan terlebih dahulu hingga pengiriman ke PLTU Jeranjang.
"Kami ucapkan terima kasih atas kesempatan yang diberikan oleh PLN sehingga kami dapat berpartisipasi dalam program transisi energi," ucap Barwan.
Hal senada disampaikan oleh Lalu Sultansyah, distributor sekam padi untuk co firing PLTU Jeranjang. Ia menyebut sekam padi yang dihasilkannya kini bernilai ekonomi yang mendatangkan manfaat.
Produksi sekam padi yang disuplai ke PLTU Jeranjang mencapai 400 hingga 600 ton per bulan. Limbah itu diperoleh dari beberapa produsen sekam padi di Kabupaten Lombok Tengah.
Ia mengaku sebelumnya menganggap sekam padi sebagai limbah. Namun setelah diberikan pemahaman bahwa ternyata limbah sekam padi masih bisa digunakan untuk co firing di PLTU Jeranjang.
"Terima kasih PLN, kami merasa sangat terbantu, yang bisa memutar perekonomian kami terutama masyarakat sekitar dan pengelola sekam padi ini," kata Sultansyah.