Budapest (ANTARA) - Wakil Ketua DPR RI Koordinasi Bidang Industri dan Pembangunan (Korinbang) memandang perlu membangun ekosistem dan konsep pengiriman tenaga kerja Indonesia ke luar negeri sehingga mereka tidak sekadar bekerja dan mendapatkan gaji, tetapi juga membantu menjadikan Indonesia lebih kuat.
"Kita punya SDM yang besar, tetapi belum bisa memanfaatkan dengan optimal peluang pasar tenaga kerja (di luar negeri) untuk membantu membangun Indonesia lebih kuat," kata Rachmat Gobel usai pertemuan dengan Wakil Ketua Parlemen Hungaria Olah Lajos dalam rangka kunjungan balasan ke Budapest, Hungaria, Senin (20/2).
Hal itu dikemukakannya terkait dengan kesempatan kerja bagi sumber daya manusia (SDM) di Hungaria, yang dalam 4 tahun terakhir, menurut Dubes Indonesia untuk Hungaria Dimas Wahab, terus bertambah menjadi hampir 700 orang saat ini.
Ketika bertemu dengan Rachmat Gobel serta sejumlah pimpinan dan anggota Komisi DPR RI yang ikut mendampingi Wakil Ketua DPR RI dalam kunjungan kerja ke Hungaria tersebut, Dimas Wahab mengemukakan bahwa pada awal penugasannya 4 tahun lalu jumlah orang Indonesia di negara tersebut hanya 300 orang. Namun, kini sudah mencapai 1.400 orang, dan sebanyak 700 di antaranya adalah pekerja di perusahaan-perusahaan Hungaria.
Menurut Gobel, peluang Indonesia untuk memenuhi pasar tenaga kerja di dunia cukup besar, termasuk di Rumania, Jepang, Korea Selatan, Hong Kong, Taiwan, dan Timur Tengah. Hal ini karena Indonesia memiliki SDM yang berlimpah.
Sayangnya, lanjut dia, mereka yang dikirim bekerja di luar negeri tidak disiapkan dengan konsep dan ekosistem untuk membangun Indonesia setelah mereka kembali. Para tenaga kerja di luar negeri kebanyakan hanya mencari uang. "Bukan bagaimana caranya mendapatkan atau mengambil pengetahuan untuk membangun Indonesia setelah mereka kembali. Harus ada strategi besar dalam mengirim tenaga kerja," ujarnya.
Di sisi lain sering ada komplain atas investasi asing di Indonesia yang dinilai tidak ada alih teknologi. Padahal, katanya lagi, ada tahapan untuk itu, mulai dari alih pekerjaan (job), kemudian alih pengetahuan (know how), dan baru alih teknologi, yang juga bisa dilakukan pekerja Indonesia di luar negeri, agar ketika mereka kembali bisa membantu membangun Indonesia lebih kuat.
"Saya akan mengupayakan untuk membicarakan hal ini dengan Kementerian Perindustrian, Kementerian Pertanian, dan Kementerian Pendidikan, dan Kementerian Ketenagakerjaan supaya mereka bisa membuat suatu konsep," ujar Gobel.
Baca juga: Rachmat Gobel paparkan pembangunan IKN di Hungaria
Baca juga: Komisi VI DPR apresiasi PLN atasi oversupply melalui optimasi kontrak IPP hingga Rp47 triliun
Diharapkan pula dibangun ekosistem para pekerja Indonesia di luar negeri bisa "naik kelas" dari sekadar pekerja menjadi pengusaha kecil atau profesional dengan bantuan pemerintah seperti program Kredit Usaha Rakyat (KUR).
"Ada keterlibatan perbankan yang membiayai atau membina yang uangnya (pekerja) dari gaji bisa disalurkan ke bank itu. Bank tersebut punya produk KUR yang bisa mempersiapkan mereka menjadi pengusaha kecil atau menjadi profesional pada saat mereka pulang," katanya.
Apalagi, di banyak negara yang membutuhkan tenaga kerja Indonesia, termasuk Hungaria, memiliki teknologi. Kemampuan teknologi negara tempat bekerja itu, kata dia, bisa dipelajari saat bekerja untuk dikembangkan di Indonesia. "Kita punya orang, mereka punya know how, pengetahuan," kata Gobel.
"Kita punya SDM yang besar, tetapi belum bisa memanfaatkan dengan optimal peluang pasar tenaga kerja (di luar negeri) untuk membantu membangun Indonesia lebih kuat," kata Rachmat Gobel usai pertemuan dengan Wakil Ketua Parlemen Hungaria Olah Lajos dalam rangka kunjungan balasan ke Budapest, Hungaria, Senin (20/2).
Hal itu dikemukakannya terkait dengan kesempatan kerja bagi sumber daya manusia (SDM) di Hungaria, yang dalam 4 tahun terakhir, menurut Dubes Indonesia untuk Hungaria Dimas Wahab, terus bertambah menjadi hampir 700 orang saat ini.
Ketika bertemu dengan Rachmat Gobel serta sejumlah pimpinan dan anggota Komisi DPR RI yang ikut mendampingi Wakil Ketua DPR RI dalam kunjungan kerja ke Hungaria tersebut, Dimas Wahab mengemukakan bahwa pada awal penugasannya 4 tahun lalu jumlah orang Indonesia di negara tersebut hanya 300 orang. Namun, kini sudah mencapai 1.400 orang, dan sebanyak 700 di antaranya adalah pekerja di perusahaan-perusahaan Hungaria.
Menurut Gobel, peluang Indonesia untuk memenuhi pasar tenaga kerja di dunia cukup besar, termasuk di Rumania, Jepang, Korea Selatan, Hong Kong, Taiwan, dan Timur Tengah. Hal ini karena Indonesia memiliki SDM yang berlimpah.
Sayangnya, lanjut dia, mereka yang dikirim bekerja di luar negeri tidak disiapkan dengan konsep dan ekosistem untuk membangun Indonesia setelah mereka kembali. Para tenaga kerja di luar negeri kebanyakan hanya mencari uang. "Bukan bagaimana caranya mendapatkan atau mengambil pengetahuan untuk membangun Indonesia setelah mereka kembali. Harus ada strategi besar dalam mengirim tenaga kerja," ujarnya.
Di sisi lain sering ada komplain atas investasi asing di Indonesia yang dinilai tidak ada alih teknologi. Padahal, katanya lagi, ada tahapan untuk itu, mulai dari alih pekerjaan (job), kemudian alih pengetahuan (know how), dan baru alih teknologi, yang juga bisa dilakukan pekerja Indonesia di luar negeri, agar ketika mereka kembali bisa membantu membangun Indonesia lebih kuat.
"Saya akan mengupayakan untuk membicarakan hal ini dengan Kementerian Perindustrian, Kementerian Pertanian, dan Kementerian Pendidikan, dan Kementerian Ketenagakerjaan supaya mereka bisa membuat suatu konsep," ujar Gobel.
Baca juga: Rachmat Gobel paparkan pembangunan IKN di Hungaria
Baca juga: Komisi VI DPR apresiasi PLN atasi oversupply melalui optimasi kontrak IPP hingga Rp47 triliun
Diharapkan pula dibangun ekosistem para pekerja Indonesia di luar negeri bisa "naik kelas" dari sekadar pekerja menjadi pengusaha kecil atau profesional dengan bantuan pemerintah seperti program Kredit Usaha Rakyat (KUR).
"Ada keterlibatan perbankan yang membiayai atau membina yang uangnya (pekerja) dari gaji bisa disalurkan ke bank itu. Bank tersebut punya produk KUR yang bisa mempersiapkan mereka menjadi pengusaha kecil atau menjadi profesional pada saat mereka pulang," katanya.
Apalagi, di banyak negara yang membutuhkan tenaga kerja Indonesia, termasuk Hungaria, memiliki teknologi. Kemampuan teknologi negara tempat bekerja itu, kata dia, bisa dipelajari saat bekerja untuk dikembangkan di Indonesia. "Kita punya orang, mereka punya know how, pengetahuan," kata Gobel.