Mataram (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan, suhu di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) terasa panas bila dibandingkan dengan hari normal sebelumnya, akibat adanya pengaruh angin monsun Australia.

"Aliran massa udara ini membawa uap air yang kering, sehingga menyebabkan kondisi atmosfer menjadi kering dan panas," kata Prakirawan BMKG Stasiun Zaenudin Abdul Majid, Lombok, M Andre Jersey dalam keterangan tertulis di Mataram, Senin.

Selain itu uap air yang kering ini akan menyebabkan berkurangnya pembentukan awan yang dapat menahan sinar matahari untuk langsung memancarkan radiasinya ke permukaan bumi.

"Sehingga cuaca pasca-bulan Ramadhan terasa panas," katanya.

Sementara itu, untuk suhu tertinggi yang tercatat di wilayah NTB mencapai 33 derajat Celsius dan suhu minimum yang tercatat terjadi pada malam hari mencapai 23 derajat Celsius.

Sedangkan suhu normal di wilayah NTB itu mencapai 31 derajat Celsius.

"Suhu tinggi mencapai 33 derajat Celsius pada siang hari atau ada peningkatan dua derajat Celsius" katanya.

BMKG juga menyatakan pada masa peralihan musim kemarau 2023 masih ada potensi hujan di wilayah NTB.

Masyarakat diharapkan terus waspada akan adanya potensi bencana hidrometeorologi, seperti banjir, angin kencang, dan tanah longsor, yang terjadi pada periode peralihan musim hujan menuju musim kemarau yang sedang berlangsung di NTB saat ini.

Baca juga: BMKG mutakhirkan Gempa Mentawai Jadi M6,9
Baca juga: Tsunami di Mentawai-Siberut teramati setinggi 11 cm: Gempa Mentawai Sumbar M7,3

"Masyarakat juga diimbau untuk mewaspadai potensi terjadinya cuaca ekstrem yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari," katanya.




 
 

Pewarta : Akhyar Rosidi
Editor : I Komang Suparta
Copyright © ANTARA 2024