Mataram, (Antara NTB) - Hizbut Tahrir Indonesia Wilayah Nusa Tenggara Barat menggelar aksi damai mengecam pemuatan kartun Nabi Muhammad SAW di majalah Prancis Charlie Hebdo, karena dianggap sebagai tindakan penghinaan terhadap umat Islam.
Sekitar 200 anggota Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) mengadakan aksi damai, Sabtu petang, dengan berjalan kaki mulai dari Islamic Center Cakranegara, kemudian melewati Jalan AA Gde Ngurah, Jalan Panca Usaha, Jalan Pejanggik dan berakhir di Islamic Center Cakranegara.
Ratuan umat Islam, yang terdiri atas laki-laki dan perempuan berjalan kaki sambil membentangkan baliho bertuliskan "Khilafah akan hentikan penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW". Mereka mendapat pengawalan dari sejumlah anggota Kepolisian Resor Mataram.
Koordinator lapangan Safaruddin mengatakan aksi damai ini sebagai bentuk solidaritas HTI Wilayah NTB bersama kaum muslimin di seluruh dunia yang mengecam tindakan majalah Prancis Charlie Hebdo, yang memuat kartun Nabi Muhammad SAW, meskipun tahu bahwa itu menghina agama Islam.
"Kami menginginkan Pemerintah Prancis memberikan keadilan kepada kaum muslimin, melindungi hak kaum muslimin yang dilecehkan melalui majalah Charlie Hebdo," katanya.
Ia juga mengecam tidak adanya reaksi masyarakat Prancis dan negara-negara di Eropa, ketika majalah Charlie Hebdo memuat kartun Nabi Muhammad SAW.
Pemerintah Prancis dan negara-negara di Eropa justru mengecam kaum muslimim ketika mereka mendapat teror akibat ulahnya sendiri.
"Mereka mengecam kaum muslimin dengan luar biasa. Itu kami sayangkan. Negara-negara di Eropa memberikan standar ganda, berupa keadilan terhadap kebebasan berpendapat dan berekspresi, sampai melakukan penghinaan terhadap Rasul SAW, tetapi ketika kaum muslimim meminta jangan melakuan hal-hal yang mencederai hati kaum muslimin justru tidak ada tanggapan," ujarnya.
Aksi damai mengecam tindakan majalah Prancis Charlie Hebdo, kata Safaruddin, tidak hanya dilakukan oleh HTI NTB, tetapi juga di Jakarta dan daerah-daerah lain di Indonesia.
HTI, kata dia, tidak mendukung tindakan yang dilakukan kaum muslimin dengan melakukan teror terhadap warga Prancis.
HTI juga tidak menginginkan adanya aksi anarkis dalam menanggapi pemuatan kartun Nabi Muhammad SAW di majalah Prancis Charlie Hebdo, tetapi pihaknya tidak bisa menyalahkan tindakan teror yang sudah terjadi karena itu sebagai bentuk kekecewaan kaum muslimin terhadap Pemerintah Prancis dan negara-negara di Eropa.
"Prancis dan negara-negara di Eropa, menjamin kebebasan bagi warganya, namun seharusnya ada kebebasan juga bagi umat Muslim, terutama perempuan diperbolehkan untuk mengenakan jilbab. Tapi faktanya, di sejumlah negara Eropa perempuan muslim belum mendapat haknya secara penuh sebagai warga negara," kata Safaruddin. (*)
Sekitar 200 anggota Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) mengadakan aksi damai, Sabtu petang, dengan berjalan kaki mulai dari Islamic Center Cakranegara, kemudian melewati Jalan AA Gde Ngurah, Jalan Panca Usaha, Jalan Pejanggik dan berakhir di Islamic Center Cakranegara.
Ratuan umat Islam, yang terdiri atas laki-laki dan perempuan berjalan kaki sambil membentangkan baliho bertuliskan "Khilafah akan hentikan penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW". Mereka mendapat pengawalan dari sejumlah anggota Kepolisian Resor Mataram.
Koordinator lapangan Safaruddin mengatakan aksi damai ini sebagai bentuk solidaritas HTI Wilayah NTB bersama kaum muslimin di seluruh dunia yang mengecam tindakan majalah Prancis Charlie Hebdo, yang memuat kartun Nabi Muhammad SAW, meskipun tahu bahwa itu menghina agama Islam.
"Kami menginginkan Pemerintah Prancis memberikan keadilan kepada kaum muslimin, melindungi hak kaum muslimin yang dilecehkan melalui majalah Charlie Hebdo," katanya.
Ia juga mengecam tidak adanya reaksi masyarakat Prancis dan negara-negara di Eropa, ketika majalah Charlie Hebdo memuat kartun Nabi Muhammad SAW.
Pemerintah Prancis dan negara-negara di Eropa justru mengecam kaum muslimim ketika mereka mendapat teror akibat ulahnya sendiri.
"Mereka mengecam kaum muslimin dengan luar biasa. Itu kami sayangkan. Negara-negara di Eropa memberikan standar ganda, berupa keadilan terhadap kebebasan berpendapat dan berekspresi, sampai melakukan penghinaan terhadap Rasul SAW, tetapi ketika kaum muslimim meminta jangan melakuan hal-hal yang mencederai hati kaum muslimin justru tidak ada tanggapan," ujarnya.
Aksi damai mengecam tindakan majalah Prancis Charlie Hebdo, kata Safaruddin, tidak hanya dilakukan oleh HTI NTB, tetapi juga di Jakarta dan daerah-daerah lain di Indonesia.
HTI, kata dia, tidak mendukung tindakan yang dilakukan kaum muslimin dengan melakukan teror terhadap warga Prancis.
HTI juga tidak menginginkan adanya aksi anarkis dalam menanggapi pemuatan kartun Nabi Muhammad SAW di majalah Prancis Charlie Hebdo, tetapi pihaknya tidak bisa menyalahkan tindakan teror yang sudah terjadi karena itu sebagai bentuk kekecewaan kaum muslimin terhadap Pemerintah Prancis dan negara-negara di Eropa.
"Prancis dan negara-negara di Eropa, menjamin kebebasan bagi warganya, namun seharusnya ada kebebasan juga bagi umat Muslim, terutama perempuan diperbolehkan untuk mengenakan jilbab. Tapi faktanya, di sejumlah negara Eropa perempuan muslim belum mendapat haknya secara penuh sebagai warga negara," kata Safaruddin. (*)