Surabaya (ANTARA) - Gerakan Siber Casting digalakkan dengan sasaran khususnya remaja di seluruh sekolah menengah pelajar (SMP) Kota Surabaya, Jawa Timur, sebagai upaya mencegah stunting.
"Stunting itu tidak bisa diselesaikan ketika ada bayi stunting. Tapi itu bisa dikurangi dan dicegah sejak sebelum menikah," kata Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi dalam keterangan tertulis di Surabaya, Rabu.
Dia menjelaskan kegiatan ini salah satu strategi Pemkot Surabaya dalam percepatan pencegahan stunting dengan menyasar seluruh remaja putri di "Kota Pahlawan" --sebutan Kota Surabaya.
Ia menjelaskan saat ini Pemkot Surabaya tidak hanya fokus penanganan balita stunting, tetapi juga melakukan pencegahan stunting sejak usia remaja, khususnya remaja putri, yang telah mengalami pubertas atau menstruasi.
Untuk itu, kata dia, pemkot melakukan pendampingan kepada para perempuan yang belum menikah hingga setelah menikah. "Maka anak perempuan yang sudah pubertas atau menstruasi bisa diberikan zat besi (tablet tambah darah, red.). Jangan sampai kekurangan zat besi, karena salah satu kategori stunting adalah kekurangan zat besi," katanya.
Oleh sebab itu, lanjut dia, seluruh SMP se-Surabaya setiap seminggu sekali akan melakukan Siber Casting, yakni mendapatkan tablet tambah darah yang kemudian dibagikan kepada remaja putri.
"Pendampingan ini dilakukan sejak usia remaja. Jadi kami pastikan zat besi (tablet tambah darah, red.) diberikan seminggu sekali, harus rutin dan tidak boleh berhenti. Karena saya juga meminta untuk dibuatkan aplikasi, sehingga para guru bisa mengecek para siswinya sudah mengonsumsi tablet tambah darah atau belum," ujarnya.
Wali Kota Eri berharap, melalui Siber Casting daerah setempat bisa menjadi zero stunting. "Karena saat ini kami konsentrasi kepada stunting yang sudah terjadi. Tapi yang belum terjadi, kami harus cegah dan jangan sampai dia menuju ke stunting. Maka pencegahan dini memang kami lakukan, mulai sejak dibangku sekolah, hingga sebelum menikah," katanya.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya Nanik Sukristina menyampaikan pencanangan Siber Casting diikuti seluruh SMP/MTS negeri dan swasta se-Surabaya. Kegiatan ini secara bauran, yakni tatap muka dilakukan di SMP Negeri 37 Surabaya pada Selasa (23/5) dan secara daring di 63 SMP negeri, 230 SMP swasta, 4 MTs negeri, 48 MTs swasta, dan 63 puskesmas.
"Tujuannya untuk mengingatkan kembali akan pentingnya mengonsumsi tablet tambah darah secara teratur selama satu minggu sekali, kemudian olahraga dan aktivitas fisik serta konsumsi gizi yang seimbang," kata dia.
Baca juga: Baubau mengajak semua pihak atasi kasus stunting
Baca juga: Wagub NTB meminta penanganan stunting harus tepat sasaran
Selain itu, meningkatkan kepatuhan para remaja putri menerapkan perilaku pola hidup bersih dan sehat (PHBS) serta meningkatkan komitmen sekolah dalam melaksanakan Siber Casting secara rutin setiap satu minggu sekali. "Karena masih tingginya kasus anemia ini sangat erat kaitannya dengan kepatuhan konsumsi tablet tambah darah, khususnya bagi remaja putri dan ibu hamil. Sebab, anemia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Surabaya. Dialami oleh kelompok umur mulai dari balita, remaja, ibu hamil, sampai usia lanjut," katanya.
"Stunting itu tidak bisa diselesaikan ketika ada bayi stunting. Tapi itu bisa dikurangi dan dicegah sejak sebelum menikah," kata Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi dalam keterangan tertulis di Surabaya, Rabu.
Dia menjelaskan kegiatan ini salah satu strategi Pemkot Surabaya dalam percepatan pencegahan stunting dengan menyasar seluruh remaja putri di "Kota Pahlawan" --sebutan Kota Surabaya.
Ia menjelaskan saat ini Pemkot Surabaya tidak hanya fokus penanganan balita stunting, tetapi juga melakukan pencegahan stunting sejak usia remaja, khususnya remaja putri, yang telah mengalami pubertas atau menstruasi.
Untuk itu, kata dia, pemkot melakukan pendampingan kepada para perempuan yang belum menikah hingga setelah menikah. "Maka anak perempuan yang sudah pubertas atau menstruasi bisa diberikan zat besi (tablet tambah darah, red.). Jangan sampai kekurangan zat besi, karena salah satu kategori stunting adalah kekurangan zat besi," katanya.
Oleh sebab itu, lanjut dia, seluruh SMP se-Surabaya setiap seminggu sekali akan melakukan Siber Casting, yakni mendapatkan tablet tambah darah yang kemudian dibagikan kepada remaja putri.
"Pendampingan ini dilakukan sejak usia remaja. Jadi kami pastikan zat besi (tablet tambah darah, red.) diberikan seminggu sekali, harus rutin dan tidak boleh berhenti. Karena saya juga meminta untuk dibuatkan aplikasi, sehingga para guru bisa mengecek para siswinya sudah mengonsumsi tablet tambah darah atau belum," ujarnya.
Wali Kota Eri berharap, melalui Siber Casting daerah setempat bisa menjadi zero stunting. "Karena saat ini kami konsentrasi kepada stunting yang sudah terjadi. Tapi yang belum terjadi, kami harus cegah dan jangan sampai dia menuju ke stunting. Maka pencegahan dini memang kami lakukan, mulai sejak dibangku sekolah, hingga sebelum menikah," katanya.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya Nanik Sukristina menyampaikan pencanangan Siber Casting diikuti seluruh SMP/MTS negeri dan swasta se-Surabaya. Kegiatan ini secara bauran, yakni tatap muka dilakukan di SMP Negeri 37 Surabaya pada Selasa (23/5) dan secara daring di 63 SMP negeri, 230 SMP swasta, 4 MTs negeri, 48 MTs swasta, dan 63 puskesmas.
"Tujuannya untuk mengingatkan kembali akan pentingnya mengonsumsi tablet tambah darah secara teratur selama satu minggu sekali, kemudian olahraga dan aktivitas fisik serta konsumsi gizi yang seimbang," kata dia.
Baca juga: Baubau mengajak semua pihak atasi kasus stunting
Baca juga: Wagub NTB meminta penanganan stunting harus tepat sasaran
Selain itu, meningkatkan kepatuhan para remaja putri menerapkan perilaku pola hidup bersih dan sehat (PHBS) serta meningkatkan komitmen sekolah dalam melaksanakan Siber Casting secara rutin setiap satu minggu sekali. "Karena masih tingginya kasus anemia ini sangat erat kaitannya dengan kepatuhan konsumsi tablet tambah darah, khususnya bagi remaja putri dan ibu hamil. Sebab, anemia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Surabaya. Dialami oleh kelompok umur mulai dari balita, remaja, ibu hamil, sampai usia lanjut," katanya.