Surabaya (ANTARA) - PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk atau Bank Jatim berupaya membantu perluasan pemasaran kakao dari PT Kampung Coklat Blitar hingga menembus pasar global dengan fasilitas ekspor.
Direktur Keuangan Treasury, and Global Services, Edi Masrianto mengatakan ekspor biji kakao Kampung Coklat bisa dilakukan melalui Letter of Credit (L/C). "Bank Jatim bisa memfasilitasi ekspor dengan cara Letter of Credit (L/C). Manfaatnya banyak, salah satunya penjual terhindar dari importir yang tidak jadi bayar," kata Edi dalam keterangan diterima di Surabaya, Senin.
Menurut dia, berjalannya proses ekspor bisa memberikan keuntungan bagi perusahaan. Selain itu, nilai dari Kampung Coklat yang merupakan kawasan wisata bakal ikut terangkat. Hal itu bakal menjadi nilai tambah untuk terbuka jalur-jalur pasar anyar di berbagai belahan dunia. Namun sebelum proses berlangsung, Bank Jatim bakal terlebih dahulu memberikan pendampingan untuk meningkatkan potensi pemasaran produk di pasar dunia.
"Kami saat ini sedang gencar memberikan edukasi kepada pengusaha-pengusaha sampai mereka paham tentang ekspor dan bisa melakukan pengiriman keluar negeri sendiri," ujarnya.
Diharapkan, langkah itu bisa membuat pelaku usaha melakukan ekspor secara mandiri ke depannya. "Dengan jangkauan pasar yang luas, para pelaku bisnis tentunya akan menghasilkan jumlah produk yang lebih besar lagi. Sehingga skala produknya pun akan semakin besar daripada menjualnya secara domestik saja," ucap dia.
Sementara, pemilik PT Kampung Coklat Blitar Kholid Mustofa mengatakan perusahaannya sejauh ini masih belum membuka akses pemasaran skala global secara mandiri. "Jadi kami masih sub saja, tidak ikut mengekspor secara langsung. Ada salah satu gudang di Surabaya yang mengemas dan mengeksporkan barang kami," katanya.
Oleh karenanya dia merasa terbantu dengan langkah Bank Jatim yang berupaya membukakan jalur perdagangan global produk olahan perusahaannya, sekaligus pendampingan. "Kami punya dua produk, yaitu coklat biji dan coklat olahan. Kalau biji memang diekspor kami bawa ke gudang yang ada di Romokalisari, lalu dikemas oleh mereka. Kalau yang olahan, kami pasarkan di galeri sini dan juga daring. Untuk yang online, ada buyer kami cukup besar dari Taiwan beli coklat ke kami tiap bulannya 6 kwintal," ujarnya.
Baca juga: Banyuwangi kembangkan "Doesoen Kakao" menjadi paket wisata
Baca juga: Kemenperin dukung peningkatan produktivitas industri kakao
Dia menyebut saat ini Kampung Coklat Blitar menjadi salah satu destinasi andalan para wisatawan. Pengunjung disuguhkan pemandangan perkebunan coklat seluas 6,5 hektare. "Kami memulai bertani coklat ini dari lahan seluas 720 meter persegi dan alhamdulillah sampai bisa seperti sekarang. Harapan saya semoga ke depannya Bank Jatim bisa terus suport kami tidak hanya dari finansial saja, tetapi juga memberikan berbagai macam arahan demi pengembangan bisnis," ucap dia.
Direktur Keuangan Treasury, and Global Services, Edi Masrianto mengatakan ekspor biji kakao Kampung Coklat bisa dilakukan melalui Letter of Credit (L/C). "Bank Jatim bisa memfasilitasi ekspor dengan cara Letter of Credit (L/C). Manfaatnya banyak, salah satunya penjual terhindar dari importir yang tidak jadi bayar," kata Edi dalam keterangan diterima di Surabaya, Senin.
Menurut dia, berjalannya proses ekspor bisa memberikan keuntungan bagi perusahaan. Selain itu, nilai dari Kampung Coklat yang merupakan kawasan wisata bakal ikut terangkat. Hal itu bakal menjadi nilai tambah untuk terbuka jalur-jalur pasar anyar di berbagai belahan dunia. Namun sebelum proses berlangsung, Bank Jatim bakal terlebih dahulu memberikan pendampingan untuk meningkatkan potensi pemasaran produk di pasar dunia.
"Kami saat ini sedang gencar memberikan edukasi kepada pengusaha-pengusaha sampai mereka paham tentang ekspor dan bisa melakukan pengiriman keluar negeri sendiri," ujarnya.
Diharapkan, langkah itu bisa membuat pelaku usaha melakukan ekspor secara mandiri ke depannya. "Dengan jangkauan pasar yang luas, para pelaku bisnis tentunya akan menghasilkan jumlah produk yang lebih besar lagi. Sehingga skala produknya pun akan semakin besar daripada menjualnya secara domestik saja," ucap dia.
Sementara, pemilik PT Kampung Coklat Blitar Kholid Mustofa mengatakan perusahaannya sejauh ini masih belum membuka akses pemasaran skala global secara mandiri. "Jadi kami masih sub saja, tidak ikut mengekspor secara langsung. Ada salah satu gudang di Surabaya yang mengemas dan mengeksporkan barang kami," katanya.
Oleh karenanya dia merasa terbantu dengan langkah Bank Jatim yang berupaya membukakan jalur perdagangan global produk olahan perusahaannya, sekaligus pendampingan. "Kami punya dua produk, yaitu coklat biji dan coklat olahan. Kalau biji memang diekspor kami bawa ke gudang yang ada di Romokalisari, lalu dikemas oleh mereka. Kalau yang olahan, kami pasarkan di galeri sini dan juga daring. Untuk yang online, ada buyer kami cukup besar dari Taiwan beli coklat ke kami tiap bulannya 6 kwintal," ujarnya.
Baca juga: Banyuwangi kembangkan "Doesoen Kakao" menjadi paket wisata
Baca juga: Kemenperin dukung peningkatan produktivitas industri kakao
Dia menyebut saat ini Kampung Coklat Blitar menjadi salah satu destinasi andalan para wisatawan. Pengunjung disuguhkan pemandangan perkebunan coklat seluas 6,5 hektare. "Kami memulai bertani coklat ini dari lahan seluas 720 meter persegi dan alhamdulillah sampai bisa seperti sekarang. Harapan saya semoga ke depannya Bank Jatim bisa terus suport kami tidak hanya dari finansial saja, tetapi juga memberikan berbagai macam arahan demi pengembangan bisnis," ucap dia.