Surabaya (ANTARA) - Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Surabaya Ali Affandi LaNyalla M Mattalitti menyebut Hari Raya Idul Adha 1444 Hijriyah sebagai pemicu (trigger) kebangkitan peternak lokal di Jatim.
"Ada satu makna lagi yang terkandung dalam ajaran tersebut, yaitu sebagai trigger atau pemicu kebangkitan bagi peternak lokal," katanya usai menyerahkan hewan kurban di kantor Partai Demokrat Jatim, Surabaya, Jumat.
Hal itu dikarenakan dalam ketentuan ajaran Islam, hewan yang dibuat kurban adalah onta, sapi, kerbau, kambing dan domba. Nah, Jatim ini lumbung ternak, populasi ternak sapi dan kambing di Jatim sangat besar.
"Ini perlu dibangkitkan kembali setelah terpuruk akibat wabah Penyakit Mulut dan Kuku menyerang Jatim pada tahun lalu," ujar Mas Andi, panggilan akrab HM Ali Affandi LaNyalla M Mattalitti. Sebagai wujud dari upaya menggerakkan peternak lokal, Mas Andi membeli sapi kurban jenis Limousin dengan berat 545 kilogram dari peternakan Rojokoyo di Lamongan Jatim. "Pemilik peternakan Rojokoyo ini anggota Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Surabaya yang juga aktif di Satuan Pelajar-Mahasiswa Pemuda Pancasila. Ini wujud kolaborasi dalam membangkitkan peternak sapi lokal," katanya.
Lebih lanjut, ia mengatakan, pada tahun 2022 populasi sapi potong di Jatim mencapai 5,07 juta ekor, naik dari tahun 2021 yang mencapai 4,9 juta ekor. Sementara untuk kambing atau domba populasinya mencapai 3,89 juta ekor naik dari tahun 2021 sebesar 3,74 juta ekor.
"Jatim berkontribusi sebesar 27 persen terhadap nasional, terbesar dibanding provinsi lain di seluruh Indonesia," ujar Caleg DPR RI dari Partai Demokrat Dapil I Surabaya dan Sidoarjo tersebut.
Besarnya potensi peternakan Jatim ini harus terus dikembangkan agar mampu mengangkat tingkat kesejahteraan masyarakat dan mengurangi angka pengangguran di desa. Program peternakan sapi potong harus terus digalakkan di desa-desa karena kebutuhan sapi potong di Indonesia cukup besar. Terlebih untuk memenuhi pasar daging sapi premium, Jatim masih harus impor.
Baca juga: Tradisi Abda'u warga Tulehu mengandung nilai ibadah
Baca juga: PLN NTB siagakan 1.804 personil jaga pasokan listrik Idul Adha 1444 H
Menurut dia, kebutuhan daging sapi pabrikan, hotel, restoran serta supermarket kelas premium masih disuplai dari impor. Ini harus diminimalisir dengan peningkatan kualitas daging sapi lokal, salah satunya melalui pelatihan SDM peternakan. "Bagaimana cara menyembelih, itu juga harus diajarkan agar kualitas daging sapi yang dihasilkan bisa premium," katanya.
"Ada satu makna lagi yang terkandung dalam ajaran tersebut, yaitu sebagai trigger atau pemicu kebangkitan bagi peternak lokal," katanya usai menyerahkan hewan kurban di kantor Partai Demokrat Jatim, Surabaya, Jumat.
Hal itu dikarenakan dalam ketentuan ajaran Islam, hewan yang dibuat kurban adalah onta, sapi, kerbau, kambing dan domba. Nah, Jatim ini lumbung ternak, populasi ternak sapi dan kambing di Jatim sangat besar.
"Ini perlu dibangkitkan kembali setelah terpuruk akibat wabah Penyakit Mulut dan Kuku menyerang Jatim pada tahun lalu," ujar Mas Andi, panggilan akrab HM Ali Affandi LaNyalla M Mattalitti. Sebagai wujud dari upaya menggerakkan peternak lokal, Mas Andi membeli sapi kurban jenis Limousin dengan berat 545 kilogram dari peternakan Rojokoyo di Lamongan Jatim. "Pemilik peternakan Rojokoyo ini anggota Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Surabaya yang juga aktif di Satuan Pelajar-Mahasiswa Pemuda Pancasila. Ini wujud kolaborasi dalam membangkitkan peternak sapi lokal," katanya.
Lebih lanjut, ia mengatakan, pada tahun 2022 populasi sapi potong di Jatim mencapai 5,07 juta ekor, naik dari tahun 2021 yang mencapai 4,9 juta ekor. Sementara untuk kambing atau domba populasinya mencapai 3,89 juta ekor naik dari tahun 2021 sebesar 3,74 juta ekor.
"Jatim berkontribusi sebesar 27 persen terhadap nasional, terbesar dibanding provinsi lain di seluruh Indonesia," ujar Caleg DPR RI dari Partai Demokrat Dapil I Surabaya dan Sidoarjo tersebut.
Besarnya potensi peternakan Jatim ini harus terus dikembangkan agar mampu mengangkat tingkat kesejahteraan masyarakat dan mengurangi angka pengangguran di desa. Program peternakan sapi potong harus terus digalakkan di desa-desa karena kebutuhan sapi potong di Indonesia cukup besar. Terlebih untuk memenuhi pasar daging sapi premium, Jatim masih harus impor.
Baca juga: Tradisi Abda'u warga Tulehu mengandung nilai ibadah
Baca juga: PLN NTB siagakan 1.804 personil jaga pasokan listrik Idul Adha 1444 H
Menurut dia, kebutuhan daging sapi pabrikan, hotel, restoran serta supermarket kelas premium masih disuplai dari impor. Ini harus diminimalisir dengan peningkatan kualitas daging sapi lokal, salah satunya melalui pelatihan SDM peternakan. "Bagaimana cara menyembelih, itu juga harus diajarkan agar kualitas daging sapi yang dihasilkan bisa premium," katanya.