Manokwari (ANTARA) - Penjabat Gubernur Papua Barat Paulus Waterpau mengatakan prevalensi stunting atau balita gagal tumbuh akibat kurang gizi di provinsi tersebut mengalami penurunan dari 30 persen menjadi 14,3 persen.

"Bulan Juni 2023 itu sempat turun sampai 13,51 persen tapi ada temuan kasus baru, sehingga naik lagi, tapi tidak signifikan," kata Paulus Waterpauw di Manokwari, Sabtu.

Ia menjelaskan ada delapan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang telah ditugaskan pada program intervensi stunting spesifik maupun sensitif. Pemerintah Provinsi (Pemprov) Papua Barat juga membentuk satuan tugas (satgas) percepatan penurunan stunting guna mengintervensi program perbaikan gizi pada tujuh kabupaten. "Pemerintah bekerja keras turunkan stunting. Program intervensi itu seperti beri makanan bergizi, perbaikan rumah layak huni, sanitasi, dan MCK," ujar Paulus Waterpauw.

Selain itu, lanjutnya, seluruh kepala daerah dan pimpinan OPD baik provinsi maupun kabupaten diwajibkan menjadi bapak asuh bagi anak stunting demi mempercepat penanganan masalah tersebut. Berdasarkan data Elektronik Pencatatan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (E-PPGM) Dinas Kesehatan, ada 544 dari 2.659 balita stunting di Papua Barat telah dinyatakan sembuh dengan tingkat keberhasilan 20,46 persen.

Jumlah tersebut tersebar di Manokwari 184 balita, Fakfak 181 balita, Teluk Wondama 67 balita, Kaimana 48 balita, Teluk Bintuni 30 balita, Manokwari Selatan 25 balita, dan Pegunungan Arfak sembilan balita. "Saya sendiri jadi bapak asuh bagi 85 anak stunting, per anak Rp500 ribu. Kalau bupati dan kepala OPD juga diwajibkan dengan jumlah bervariasi," kata Paulus Waterpauw.

Menurut dia, sinergi kolaborasi pemprov, pemkab, dan Kementerian/Lembaga (K/L) membuahkan hasil positif penurunan prevalensi stunting di Papua Barat. Beberapa waktu lalu ia mengeluarkan delapan rekomendasi percepatan penurunan stunting dan kemiskinan ekstrem Papua Barat, salah satunya melalui sistem manajemen terpadu serta peningkatan partisipasi melalui monitoring, evaluasi, dan pelatihan, aplikasi E-Kriting (Elektronik Kemiskinan Ekstrim dan Stunting). "Inilah komitmen pemerintah daerah bersama semua pemangku kepentingan, supaya kasus stunting bisa turun lebih rendah lagi," kata Paulus Waterpauw.

Gubernur menilai program edukasi dan sosialisasi yang masif telah meningkatkan kesadaran masyarakat terkait pentingnya asupan gizi seimbang bagi anak. Perbaikan gizi, lanjutnya, akan melahirkan sumber daya manusia Papua Barat yang sehat, cerdas, dan berdaya saing. "Anak-anak ini generasi emas Papua. Kami ajak semua instansi, termasuk pengusaha, supaya turut bantu penanganan stunting," ujar Paulus Waterpauw.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Papua Barat Rommy Sariu Tamawiwy menuturkan bahwa perbankan melalui Badan Musyawarah Perbankan Daerah (BMPD) turut mengambil peran dalam penangan stunting.

Baca juga: Pemkot Mataram menerima penghargaan upaya penurunan risiko stunting
Baca juga: Wagub NTB mengapresiasi penurunan stunting di Lombok Barat

BMPD akan menyalurkan bantuan paket pangan bergizi selama 90 hari bagi balita penyintas stunting di Kabupaten Manokwari. "BI juga punya program peduli stunting dengan pemberian treatment paket pangan bergizi," ucapnya.

 

Pewarta : Fransiskus Salu Weking
Editor : I Komang Suparta
Copyright © ANTARA 2024