Manokwari (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Papua Barat menggunakan data proyeksi jumlah penduduk yang dikeluarkan Badan Pusat Statisik berdasarkan hasil sensus tahun 2020 untuk mengoptimalkan rencana pembangunan pada tujuh sektor.
Asisten II Sekretariat Daerah (Setda) Papua Barat Melkias Werinussa di Manokwari, Selasa, mengatakan tujuh sektor yang dimaksud adalah pengembangan ekonomi merujuk pada data jumlah dan karakteristik penduduk masa mendatang, serta perencanaan permukiman dan perumahan secara berkelanjutan. Selain itu, kata dia, perencanaan tenaga kerja, perencanaan kependudukan, rencana alokasi penganggaran disesuaikan dengan sumber daya, perencanaan pendidikan, serta perumusan kebijakan sektor kesehatan.
"Ketersediaan data penduduk tingkat provinsi dan kabupaten/kota saat ini dan masa mendatang, menjadi pijakan dalam menyusun perencanaan yang tepat," kata Melkias Werinussa.
Menurut dia, pemaparan proyeksi jumlah penduduk kabupaten/kota tahun 2020-2035 yang mengalami peningkatan dari 1.130.030 jiwa menjadi 1.385.529 jiwa, merupakan hal penting bagi pemangku kebijakan.
Hal ini berkaitan dengan perencanaan pembangunan perlu ditunjang oleh penyediaan data tentang komposisi kependudukan yang lengkap, berkualitas dan berkesinambungan. "Data yang berkualitas membuahkan kebijakan yang berkualitas demi mencapai kesejahteraan masyarakat," ucap Melkias.
Berdasarkan Sensus Penduduk 2020, kata dia, Papua Barat telah memasuki masa bonus demografi dengan persentase usia produktif mencapai 70,31 persen dari total penduduk. Melalui strategi perencanaan yang tepat, maka pertumbuhan jumlah penduduk dapat menjadi sumber daya potensial dalam mewujudkan Papua Barat yang unggul dan berdaya saing. "Saya berharap BPS kabupaten/kota bisa menyampaikan hasil proyeksi kepada masing-masing kepala daerah," ucap Melkias Werinusa.
Pelaksanaan Tugas Kepala BPS Papua Barat Lasmini merinci proyeksi jumlah penduduk tersebar pada 13 kabupaten/kota yaitu Kota Sorong 283.387 jiwa menjadi 333.597 jiwa, Manokwari 192.297 jiwa menjadi 236.096 jiwa, Sorong 118.461 jiwa menjadi 132.475 jiwa, dan Teluk Bintuni 87.075 jiwa menjadi 99.999 jiwa.
Kemudian Fakfak 84.964 jiwa menjadi 103.547 jiwa, Raja Ampat 63.731 jiwa menjadi 86.421 jiwa, Kaimana 61.947 jiwa menjadi 78.849 jiwa, Sorong Selatan 52.209 jiwa menjadi 66.898 jiwa, Maybrat 42.637 jiwa menjadi 59.733 jiwa, dan Teluk Wondama 41.387 jiwa menjadi 56.696 jiwa. "Selanjutnya Pegunungan Arfak 38.023 jiwa menjadi 47.132 jiwa, Manokwari Selatan 35.731 jiwa menjadi 46.246 jiwa dan Tambrauw 28.172 jiwa menjadi 37.849 jiwa," terang Lasmini.
Baca juga: Kapolri pastikan TNI-Polri kawal pembangunan di Papua
Baca juga: Pemekaran daerah Papua guna percepatan pembangunan
Menurut dia total fertility rate (TFR) yaitu rata-rata jumlah anak yang dilahirkan per wanita pada 15 tahun mendatang tercatat 2,37 atau turun 0,29 poin dibandingkan TFR tahun 2020 sebesar 2,66. Selain itu, angka infant mortality rate (IMR) yaitu angka kematian bayi berusia 0-11 bulan mencapai 25,11 atau turun 12,85 poin dibandingkan IMR 2020 sebesar 37,96.
"Sex ratio atau perbandingan jenis kelamin laki-laki dan perempuan turun 4,79 persen dari 111,21 pada 2020 menjadi 106,42," ucap Lasmini.
Asisten II Sekretariat Daerah (Setda) Papua Barat Melkias Werinussa di Manokwari, Selasa, mengatakan tujuh sektor yang dimaksud adalah pengembangan ekonomi merujuk pada data jumlah dan karakteristik penduduk masa mendatang, serta perencanaan permukiman dan perumahan secara berkelanjutan. Selain itu, kata dia, perencanaan tenaga kerja, perencanaan kependudukan, rencana alokasi penganggaran disesuaikan dengan sumber daya, perencanaan pendidikan, serta perumusan kebijakan sektor kesehatan.
"Ketersediaan data penduduk tingkat provinsi dan kabupaten/kota saat ini dan masa mendatang, menjadi pijakan dalam menyusun perencanaan yang tepat," kata Melkias Werinussa.
Menurut dia, pemaparan proyeksi jumlah penduduk kabupaten/kota tahun 2020-2035 yang mengalami peningkatan dari 1.130.030 jiwa menjadi 1.385.529 jiwa, merupakan hal penting bagi pemangku kebijakan.
Hal ini berkaitan dengan perencanaan pembangunan perlu ditunjang oleh penyediaan data tentang komposisi kependudukan yang lengkap, berkualitas dan berkesinambungan. "Data yang berkualitas membuahkan kebijakan yang berkualitas demi mencapai kesejahteraan masyarakat," ucap Melkias.
Berdasarkan Sensus Penduduk 2020, kata dia, Papua Barat telah memasuki masa bonus demografi dengan persentase usia produktif mencapai 70,31 persen dari total penduduk. Melalui strategi perencanaan yang tepat, maka pertumbuhan jumlah penduduk dapat menjadi sumber daya potensial dalam mewujudkan Papua Barat yang unggul dan berdaya saing. "Saya berharap BPS kabupaten/kota bisa menyampaikan hasil proyeksi kepada masing-masing kepala daerah," ucap Melkias Werinusa.
Pelaksanaan Tugas Kepala BPS Papua Barat Lasmini merinci proyeksi jumlah penduduk tersebar pada 13 kabupaten/kota yaitu Kota Sorong 283.387 jiwa menjadi 333.597 jiwa, Manokwari 192.297 jiwa menjadi 236.096 jiwa, Sorong 118.461 jiwa menjadi 132.475 jiwa, dan Teluk Bintuni 87.075 jiwa menjadi 99.999 jiwa.
Kemudian Fakfak 84.964 jiwa menjadi 103.547 jiwa, Raja Ampat 63.731 jiwa menjadi 86.421 jiwa, Kaimana 61.947 jiwa menjadi 78.849 jiwa, Sorong Selatan 52.209 jiwa menjadi 66.898 jiwa, Maybrat 42.637 jiwa menjadi 59.733 jiwa, dan Teluk Wondama 41.387 jiwa menjadi 56.696 jiwa. "Selanjutnya Pegunungan Arfak 38.023 jiwa menjadi 47.132 jiwa, Manokwari Selatan 35.731 jiwa menjadi 46.246 jiwa dan Tambrauw 28.172 jiwa menjadi 37.849 jiwa," terang Lasmini.
Baca juga: Kapolri pastikan TNI-Polri kawal pembangunan di Papua
Baca juga: Pemekaran daerah Papua guna percepatan pembangunan
Menurut dia total fertility rate (TFR) yaitu rata-rata jumlah anak yang dilahirkan per wanita pada 15 tahun mendatang tercatat 2,37 atau turun 0,29 poin dibandingkan TFR tahun 2020 sebesar 2,66. Selain itu, angka infant mortality rate (IMR) yaitu angka kematian bayi berusia 0-11 bulan mencapai 25,11 atau turun 12,85 poin dibandingkan IMR 2020 sebesar 37,96.
"Sex ratio atau perbandingan jenis kelamin laki-laki dan perempuan turun 4,79 persen dari 111,21 pada 2020 menjadi 106,42," ucap Lasmini.