Mataram (ANTARA) - Dinas Perdagangan Kota Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat mengusulkan kepada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) kuota cadangan elpiji tiga kilogram (kg) sebanyak 1.176 metrik ton (MTon) untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sampai akhir tahun 2023.
"Jawaban surat itu, Insyaallah turun bulan September," kata Kepala Bidang Pengendalian Bahan Pokok dan Penting (Bapokting) Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Mataram Sri Wahyunida di Mataram, Jumat.
Dikatakan, untuk stok elpiji 3 kg di Kota Mataram untuk bulan ini (Agustus) masih aman dan tidak ada kelangkaan. Namun, kuota cadangan tetap diusulkan sebagai langkah antisipasi kelangkaan yang bisa memicu kenaikan harga.
"Apalagi, di akhir tahun, kita banyak kegiatan baik skala nasional maupun internasional yang berdampak pada tumbuhnya UMKM dan memicu kenaikan kebutuhan elpiji subsidi," katanya.
Kuota elpiji 3 kg untuk Kota Mataram tahun 2023 sebanyak 17.161 MTon sedangkan yang sudah terpakai sampai bulan Juni 2023 sekitar 10.000 MTon. Selain itu Mataram juga dapat kuota cadangan sebanyak 1.176 MTon.
"Jika kita tidak bersurat ke Kementerian ESDM maka kuota cadangan itu bisa saja dialihkan ke kabupaten/kota lain yang kekurangan," katanya.
Sementara terkait dengan harga elpiji 3 kilogram yang mencapai Rp19.000-Rp20.000 per tabung, Sri mengatakan kenaikan harga elpiji 3 kilogram di lapangan terjadi di tingkat pengecer yang mencapai hingga Rp20.000 per tabung.
"Sementara kami tidak memiliki kewenangan untuk mengawasi pengecer, karena mereka memiliki biaya operasional berbeda-beda," katanya.
Terkait dengan itu, pihaknya juga telah mengusulkan untuk penambahan jumlah pangkalan elpiji 3 kilogram untuk mendekatkan masyarakat membeli sesuai harga eceran tertinggi (HET) Rp15.000 per tabung.
"Kalau jumlah pangkalan elpiji 3 kilogram banyak dan merata di setiap lingkungan, masyarakat bisa membeli elpiji sesuai HET dan kami bisa melakukan pengawasan," katanya.
Selama ini, katanya, pengawasan dilakukan terhadap 11 agen elpiji 3 kilogram dengan HET Rp14.000 per tabung, dan 363 pangkalan elpiji 3 kilogram memiliki HET Rp15.000 per tabung.
Kenaikan harga dari agen ke pangkalan terjadi karena adanya biaya operasional pendistribusian agen ke pangkalan.
"Karena itulah, salah satu solusi yang kita usulkan adalah penambahan jumlah dan pemerataan pangkalan di enam kecamatan se-Kota Mataram," katanya.
Jumlah pangkalan elpiji 3 kilogram saat ini tercatat sebanyak 363 titik dan memang sudah lebih dari jumlah lingkungan di Kota Mataram sebanyak 325 lingkungan.
Hanya saja, keberadaan pangkalan ini terkesan menumpuk pada satu wilayah seperti di bagian timur dan barat, sementara bagian tengah masih perlu tambah sebagai bagian pemerataan.
"Jika pangkalan diperbanyak, maka masyarakat bisa membeli elpiji 3 kilogram ke pangkalan sesuai HET. Selain itu, kebutuhan elpiji subsidi bisa terpenuhi," katanya.
Di sisi lain, Sri meminta masyarakat ikut berperan aktif mengawasi harga elpiji 3 kilogram pada tingkat pangkalan yang harga sudah tertera di masing-masing pangkalan.
"Jika ada yang menjual di atas HET, silakan foto dan lapor ke kami agar kita bisa langsung tindak lanjuti," katanya.
"Jawaban surat itu, Insyaallah turun bulan September," kata Kepala Bidang Pengendalian Bahan Pokok dan Penting (Bapokting) Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Mataram Sri Wahyunida di Mataram, Jumat.
Dikatakan, untuk stok elpiji 3 kg di Kota Mataram untuk bulan ini (Agustus) masih aman dan tidak ada kelangkaan. Namun, kuota cadangan tetap diusulkan sebagai langkah antisipasi kelangkaan yang bisa memicu kenaikan harga.
"Apalagi, di akhir tahun, kita banyak kegiatan baik skala nasional maupun internasional yang berdampak pada tumbuhnya UMKM dan memicu kenaikan kebutuhan elpiji subsidi," katanya.
Kuota elpiji 3 kg untuk Kota Mataram tahun 2023 sebanyak 17.161 MTon sedangkan yang sudah terpakai sampai bulan Juni 2023 sekitar 10.000 MTon. Selain itu Mataram juga dapat kuota cadangan sebanyak 1.176 MTon.
"Jika kita tidak bersurat ke Kementerian ESDM maka kuota cadangan itu bisa saja dialihkan ke kabupaten/kota lain yang kekurangan," katanya.
Sementara terkait dengan harga elpiji 3 kilogram yang mencapai Rp19.000-Rp20.000 per tabung, Sri mengatakan kenaikan harga elpiji 3 kilogram di lapangan terjadi di tingkat pengecer yang mencapai hingga Rp20.000 per tabung.
"Sementara kami tidak memiliki kewenangan untuk mengawasi pengecer, karena mereka memiliki biaya operasional berbeda-beda," katanya.
Terkait dengan itu, pihaknya juga telah mengusulkan untuk penambahan jumlah pangkalan elpiji 3 kilogram untuk mendekatkan masyarakat membeli sesuai harga eceran tertinggi (HET) Rp15.000 per tabung.
"Kalau jumlah pangkalan elpiji 3 kilogram banyak dan merata di setiap lingkungan, masyarakat bisa membeli elpiji sesuai HET dan kami bisa melakukan pengawasan," katanya.
Selama ini, katanya, pengawasan dilakukan terhadap 11 agen elpiji 3 kilogram dengan HET Rp14.000 per tabung, dan 363 pangkalan elpiji 3 kilogram memiliki HET Rp15.000 per tabung.
Kenaikan harga dari agen ke pangkalan terjadi karena adanya biaya operasional pendistribusian agen ke pangkalan.
"Karena itulah, salah satu solusi yang kita usulkan adalah penambahan jumlah dan pemerataan pangkalan di enam kecamatan se-Kota Mataram," katanya.
Jumlah pangkalan elpiji 3 kilogram saat ini tercatat sebanyak 363 titik dan memang sudah lebih dari jumlah lingkungan di Kota Mataram sebanyak 325 lingkungan.
Hanya saja, keberadaan pangkalan ini terkesan menumpuk pada satu wilayah seperti di bagian timur dan barat, sementara bagian tengah masih perlu tambah sebagai bagian pemerataan.
"Jika pangkalan diperbanyak, maka masyarakat bisa membeli elpiji 3 kilogram ke pangkalan sesuai HET. Selain itu, kebutuhan elpiji subsidi bisa terpenuhi," katanya.
Di sisi lain, Sri meminta masyarakat ikut berperan aktif mengawasi harga elpiji 3 kilogram pada tingkat pangkalan yang harga sudah tertera di masing-masing pangkalan.
"Jika ada yang menjual di atas HET, silakan foto dan lapor ke kami agar kita bisa langsung tindak lanjuti," katanya.