Mataram (ANTARA) - Dinas Pertanian Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, menyebutkan, realisasi produksi padi gabah kering giling (GKG) sampai minggu ketiga Agustus 2023, mencapai 14.712 ton dari target 25.000 ton tahun ini.
"Sementara luas baku sawah (LBS) pertanian Kota Mataram seluas 1.472 hektare, dengan produksi rata-rata 6,5 ton per hektare," kata Sekretaris Dinas Pertanian (Distan) Kota Mataram Hj Tri Utami di Mataram, Selasa.
Dia mengakui dengan keterbatasan lahan sawah, alih fungsi lahan menjadi tantangan utama untuk mencapai target produksi padi. Hal itulah yang juga menjadi salah satu pemicu produksi padi Mataram tahun 2022 tidak capai target 25 ribu ton, dengan realisasi 24.663 ton.
"Namun demikian, untuk tahun ini kami optimistis target 25.000 ton GKG tahun 2023, biasa tercapai hingga akhir tahun ini," katanya.
Untuk mencapai target produksi padi di Kota Mataram, Distan Mataram telah mengusulkan bantuan Sarana produksi pertanian (saprodi) ke pemerintah pusat.
"Sesuai dengan harapan Menteri Pertanian RI saat berkunjung ke Kota Mataram pada Sabtu (12/8-2023), mengharapkan NTB bisa jadi lumbung pangan," katanya.
Selain itu, saat ini sedang berjalan program uji coba teknologi "konabijin" atau menanam padi dengan menggunakan serbuk besi ini diprediksi mampu meningkatkan produksi padi hingga 8-9 ton per hektare.
"Program uji coba itu merupakan kerja sama dengan salah satu pengusaha dari Negara Jepang. Nama pelaksananya Tuan Isihara, dia yang turun langsung dan memberikan edukasi ke para penyuluh," katanya.
Untuk lokasi uji coba saat ini baru dilaksanakan di Kecamatan Ampenan dengan luas tanam demplot menggunakan serbuk besi sekitar 1,5 hektare.
Dari hasil evaluasi, padi yang ditanam dengan menggunakan serbuk besi memiliki pertumbuhan daun dan malai padi sangat bagus. Untuk produksi akan diketahui setelah panen apakah sesuai target 8-9 ton per hektare atau tidak.
"Jika teknologi serbuk besi ini berhasil maka teknologi itu akan ditularkan ke kelompok tani lainnya. Saat ini untuk kecamatan lain, masih sosialisasi," katanya.
"Sementara luas baku sawah (LBS) pertanian Kota Mataram seluas 1.472 hektare, dengan produksi rata-rata 6,5 ton per hektare," kata Sekretaris Dinas Pertanian (Distan) Kota Mataram Hj Tri Utami di Mataram, Selasa.
Dia mengakui dengan keterbatasan lahan sawah, alih fungsi lahan menjadi tantangan utama untuk mencapai target produksi padi. Hal itulah yang juga menjadi salah satu pemicu produksi padi Mataram tahun 2022 tidak capai target 25 ribu ton, dengan realisasi 24.663 ton.
"Namun demikian, untuk tahun ini kami optimistis target 25.000 ton GKG tahun 2023, biasa tercapai hingga akhir tahun ini," katanya.
Untuk mencapai target produksi padi di Kota Mataram, Distan Mataram telah mengusulkan bantuan Sarana produksi pertanian (saprodi) ke pemerintah pusat.
"Sesuai dengan harapan Menteri Pertanian RI saat berkunjung ke Kota Mataram pada Sabtu (12/8-2023), mengharapkan NTB bisa jadi lumbung pangan," katanya.
Selain itu, saat ini sedang berjalan program uji coba teknologi "konabijin" atau menanam padi dengan menggunakan serbuk besi ini diprediksi mampu meningkatkan produksi padi hingga 8-9 ton per hektare.
"Program uji coba itu merupakan kerja sama dengan salah satu pengusaha dari Negara Jepang. Nama pelaksananya Tuan Isihara, dia yang turun langsung dan memberikan edukasi ke para penyuluh," katanya.
Untuk lokasi uji coba saat ini baru dilaksanakan di Kecamatan Ampenan dengan luas tanam demplot menggunakan serbuk besi sekitar 1,5 hektare.
Dari hasil evaluasi, padi yang ditanam dengan menggunakan serbuk besi memiliki pertumbuhan daun dan malai padi sangat bagus. Untuk produksi akan diketahui setelah panen apakah sesuai target 8-9 ton per hektare atau tidak.
"Jika teknologi serbuk besi ini berhasil maka teknologi itu akan ditularkan ke kelompok tani lainnya. Saat ini untuk kecamatan lain, masih sosialisasi," katanya.