Mataram (ANTARA) - Mantan Ketua Divisi Sosial Ekonomi Kecamatan Mataram, Haris Maulana, mengingatkan budaya gotong royong terus dijaga karena tradisi yang melekat pada masyarakat Indonesia.
"Serta telah diajarkan secara turun-temurun pada generasi muda. Seperti diketahui, Indonesia dikenal sebagai negara bermasyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai suku, adat istiadat, agama dan kepercayaan yang berbeda- beda," katanya di Mataram, Sabtu.
Dengan adanya tradisi gotong royong, kata dia, diyakini dapat membangun lingkungan masyarakat yang harmonis, damai dan aman di tengah perbedaan.
Istilah gotong royong sendiri berasal dari kata gotong yang berarti bekerja dan royong yang bermakna bersama.
Karena itu, pihaknya melakukan gotong royong di jembatan Lingkungan Karang Genteng, Mataram pada Jumat (15/9).
"Melalui kegiatan ini, kami ingin melestarikan kembali budaya gotong royong. Kita sadar di tengah kemajuan zaman dan perkembangan teknologi ini banyak pola kehidupan sosial yang berubah. Nah, salah satunya gotong royong seperti ini," katanya.
Ukuran jembatan sekitar 2 meter lawan 3 meter dan warga sangat antusias dalam bergotong royong. Kami mulai sejak pagi, lalu dilanjutkan setelah Shalat Jumat, alhamdulillah semua lancar, kata Haris Maulana.
Menurutnya, hal ini sangat positif karena bisa dari warga untuk warga. "Kalau dibangun dengan pola gotong royong, tentu warga akan lebih merasa memiliki sehingga ikut dalam merawatnya ke depan," katanya.
"Serta telah diajarkan secara turun-temurun pada generasi muda. Seperti diketahui, Indonesia dikenal sebagai negara bermasyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai suku, adat istiadat, agama dan kepercayaan yang berbeda- beda," katanya di Mataram, Sabtu.
Dengan adanya tradisi gotong royong, kata dia, diyakini dapat membangun lingkungan masyarakat yang harmonis, damai dan aman di tengah perbedaan.
Istilah gotong royong sendiri berasal dari kata gotong yang berarti bekerja dan royong yang bermakna bersama.
Karena itu, pihaknya melakukan gotong royong di jembatan Lingkungan Karang Genteng, Mataram pada Jumat (15/9).
"Melalui kegiatan ini, kami ingin melestarikan kembali budaya gotong royong. Kita sadar di tengah kemajuan zaman dan perkembangan teknologi ini banyak pola kehidupan sosial yang berubah. Nah, salah satunya gotong royong seperti ini," katanya.
Ukuran jembatan sekitar 2 meter lawan 3 meter dan warga sangat antusias dalam bergotong royong. Kami mulai sejak pagi, lalu dilanjutkan setelah Shalat Jumat, alhamdulillah semua lancar, kata Haris Maulana.
Menurutnya, hal ini sangat positif karena bisa dari warga untuk warga. "Kalau dibangun dengan pola gotong royong, tentu warga akan lebih merasa memiliki sehingga ikut dalam merawatnya ke depan," katanya.