Jakarta (ANTARA) - Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mengungkapkan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pada industri otomotif nasional sudah mencapai 20 persen sebagai dampak krisis keuangan global yang terus melanda Indonesia.

"PHK terpaksa dilakukan industri otomatif sebagai jalan keluar penurunan penjualan kendaraan bermotor yang hingga kuartal pertama tahun ini mencapai 20-25 persen," kata Ketua Umum Gaikindo, Bambang Trisulo di Jakarta, Kamis.

Bambang mengatakan, para pekerja yang di-PHK tersebut sebagian besar pekerja kontrak, sedangkan karyawan tetap masih mampu dipertahankan, dan ini merupakan upaya terbaik anggota Gaikindo yang telah sepakat menjadikan PHK sebagai jalan keluar terakhir.

"Meski ada PHK tetapi kondisi industri otomotif nasional masih lebih baik ketimbang negara lain, yang sudah duluan merumahkan karyawannya karena tidak mampu menahan dampak krisis keuangan global yang begitu dahsyat," kata Bambang.

Penurunan penjualan kendaraan bermotor di Indonesia, kata Bambang diperkirakan akan terus terjadi hingga akhir tahun nanti, makanya Gaikindo mengubah target penjualan tahun ini menjadi hanya sekitar 400-450 ribu unit.

"Tahun 2008 lalu 38 pengusaha Gaikindo mampu memasarkan 600 ribu unit, tetapi melihat kondisi ekonomi masyarakat Indonesia yang lagi terpukul dampak krisis keuangan global, maka target tahun ini diperkirakan 400-450 ribu unit kendaraan," kata Bambang.

Perkiraan penjualan tahun ini, kata Bambang, kuartal pertama 100 ribu unit, kuartal kedua hingga ketiga jumlahnya kurang lebih sama 100 ribu, tetapi kuartal keempat diperkirakan meningkat sedikit berkisar 150 hingga 200 unit, sehingga secara total penjualan tahunan bisa mencapai 400-450 unit.

"Pertumbuhan kendaraan diperkirakan akan mulai terlihat tahun 2010, meskipun diprediksi sangat kecil hanya sekitar lima persen, ini pun tergantung bagaimana pemerintah yang terpilih nanti mampu menjalankan kebijakan ekonomi yang mampu mendorong pertumbuhan tinggi," kata Bambang.

Masa pemulihan (recovery), kata Bambang membutuhkan waktu yang cukup panjang, pengalaman saat Indonesia diterpa krisis moneter tahun 1998, penjualan kendaraan langsung ambruk tajam hanya ratusan unit saja dan butuh empat tahun baru kemudian terjadi pertumbuhan, itupun hanya laku terjual 50 ribu unit.

Namun melihat kondisi Indonesia yang lebih baik dari negara lain seperti Singapura, Malaysia, maka Bambang optimistis masa recovery tidak akan selama saat krisis moneter 1998, apalagi minat masyarakat membeli kendaraan sebenarnya tetap tinggi hanya terkendala daya beli. "Kalau daya beli meningkat pasti kendaraan bisa laku terjual," kata mantan General Manager PT Nasional Astra Motor untuk Daihatsu tersebut.(*)




Pewarta :
Editor :
Copyright © ANTARA 2024