Praya, Lombok Tengah (ANTARA) - Saluran irigasi di tepi jalan desa Jelantik, Lombok Tengah, dipenuhi sampah sepanjang lebih dari tiga puluh meter bahkan sampai ada yang tertutupi.
Dari pantauan ANTARA, Selasa, tumpukan sampah tersebut dimulai dari kawasan Tempat Pemakaman Umum (TPU) sampai ke sungai dan didominasi sampah limbah rumah tangga sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap.
Kepala Desa Jelantik, Mariadi, setiap pekan, dirinya dan BKD setempat turun untuk membersihkan kawasan tersebut.
"Minggu sekarang belum sempat turun karena banyak kegiatan," katanya, Selasa (9/19).
"Di musim hujan kalo tidak dibersihkan bisa naik air sampai ke sini," lanjutnya.
Disebutkan, di kawasan itu pernah dipasangkan pagar dan spanduk sebagai upaya pencegahan, akan tetapi masih ada juga yang membuang sampah.
"Sebelum ada solusi yang dapat kami berikan kepada warga, kami tidak akan mengambil tindakan seperti membuatkan pos BKD di tempat itu," katanya.
Ia melanjutkan, dirinya pernah menawarkan kepada warga untuk membuatkan tempat pembuangan sementara (TPS) didekat pemukiman warga, namun warga banyak yang tidak setuju.
"Saya pernah ditawari lahan kosong untuk dijadikan TPS, namun banyak warga yang menolak," katanya.
"Kami pernah juga berkoordinasi dengan bank sampah, tetapi mereka hanya mau menerima sampah plastik," tambahnya.
Ia mengatakan pihaknya sudah menjalin komunikasi dengan Badan Lingkungan Hidup (BLH), supaya ada jadwal truk sampah di wilayahnya minimal satu kali seminggu, sebagai solusi sampah di desanya.
"Harus ada yang mengelola di tiap-tiap dusun dan kami sudah rencanakan," katanya.
Dari pantauan ANTARA, Selasa, tumpukan sampah tersebut dimulai dari kawasan Tempat Pemakaman Umum (TPU) sampai ke sungai dan didominasi sampah limbah rumah tangga sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap.
Kepala Desa Jelantik, Mariadi, setiap pekan, dirinya dan BKD setempat turun untuk membersihkan kawasan tersebut.
"Minggu sekarang belum sempat turun karena banyak kegiatan," katanya, Selasa (9/19).
"Di musim hujan kalo tidak dibersihkan bisa naik air sampai ke sini," lanjutnya.
Disebutkan, di kawasan itu pernah dipasangkan pagar dan spanduk sebagai upaya pencegahan, akan tetapi masih ada juga yang membuang sampah.
"Sebelum ada solusi yang dapat kami berikan kepada warga, kami tidak akan mengambil tindakan seperti membuatkan pos BKD di tempat itu," katanya.
Ia melanjutkan, dirinya pernah menawarkan kepada warga untuk membuatkan tempat pembuangan sementara (TPS) didekat pemukiman warga, namun warga banyak yang tidak setuju.
"Saya pernah ditawari lahan kosong untuk dijadikan TPS, namun banyak warga yang menolak," katanya.
"Kami pernah juga berkoordinasi dengan bank sampah, tetapi mereka hanya mau menerima sampah plastik," tambahnya.
Ia mengatakan pihaknya sudah menjalin komunikasi dengan Badan Lingkungan Hidup (BLH), supaya ada jadwal truk sampah di wilayahnya minimal satu kali seminggu, sebagai solusi sampah di desanya.
"Harus ada yang mengelola di tiap-tiap dusun dan kami sudah rencanakan," katanya.