Mataram (ANTARA) - Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, saat ini menangani 95 pasien rehabilitasi narkoba di klinik pratama, dan 17 di antaranya merupakan anak usia sekolah atau remaja.
"Sebanyak 95 pasien rehabilitasi narkoba itu merupakan data dari Januari sampai September 2023," kata Kepala Sub Bagian Umum BNN Kota Mataram Nurul Cahyani di Mataram, Rabu.
Hal itu di sampaikan di sela kegiatan tes urine terhadap 100 pelajar di aula Pendopo Wali Kota Mataram sebagai langkah deteksi dini seberapa jauh pengenalan dan penyalahgunaan narkoba di lingkungan sekolah.
Dengan melihat data yang ada, katanya, remaja memiliki potensi tinggi untuk melakukan penyalahgunaan narkoba sebab di usia remaja, anak-anak ingin banyak tahu dan coba-coba.
"Apalagi di era digital pemesanan narkoba bisa dilakukan melalui 'online' bahkan dikemas dalam bentuk makanan. Karena itu, perlu dilakukan upaya deteksi dini," katanya.
Menurutnya, sebanyak 95 pasien yang ditangani itu merupakan hasil koordinasi dan kerja sama BNN Kota Mataram dalam melakukan upaya antisipasi dini penyalahgunaan narkoba baik dengan pihak sekolah, kampus, camat, lurah, maupun Polresta Mataram melalui kegiatan tes urine.
Kegiatan tes urine dilakukan setelah ada pemantauan dan indikasi pada satu lokasi yang melakukan penyalahgunaan narkoba misalnya di lingkungan kos-kosan.
"Selain itu, ada juga pasien yang datang atas keinginan sendiri atau didampingi orang tua untuk melakukan deteksi dini dan asesmen agar dapat dilakukan langkah pencegahan," katanya.
Dengan berbagai kegiatan deteksi dini penyalahgunaan narkoba itu, katanya, jumlah pasien yang ditangani BNN Kota Mataram setiap tahun meningkat.
"Ini seperti fenomena gunung es. Semakin maksimal kita lakukan pengawasan maka kasusnya akan semakin terlihat dan untuk jumlah pasien 2022 datanya ada di kantor," kata Nurul yang ditemui dalam sebuah kegiatan di Pendopo Wali Kota Mataram.
"Sebanyak 95 pasien rehabilitasi narkoba itu merupakan data dari Januari sampai September 2023," kata Kepala Sub Bagian Umum BNN Kota Mataram Nurul Cahyani di Mataram, Rabu.
Hal itu di sampaikan di sela kegiatan tes urine terhadap 100 pelajar di aula Pendopo Wali Kota Mataram sebagai langkah deteksi dini seberapa jauh pengenalan dan penyalahgunaan narkoba di lingkungan sekolah.
Dengan melihat data yang ada, katanya, remaja memiliki potensi tinggi untuk melakukan penyalahgunaan narkoba sebab di usia remaja, anak-anak ingin banyak tahu dan coba-coba.
"Apalagi di era digital pemesanan narkoba bisa dilakukan melalui 'online' bahkan dikemas dalam bentuk makanan. Karena itu, perlu dilakukan upaya deteksi dini," katanya.
Menurutnya, sebanyak 95 pasien yang ditangani itu merupakan hasil koordinasi dan kerja sama BNN Kota Mataram dalam melakukan upaya antisipasi dini penyalahgunaan narkoba baik dengan pihak sekolah, kampus, camat, lurah, maupun Polresta Mataram melalui kegiatan tes urine.
Kegiatan tes urine dilakukan setelah ada pemantauan dan indikasi pada satu lokasi yang melakukan penyalahgunaan narkoba misalnya di lingkungan kos-kosan.
"Selain itu, ada juga pasien yang datang atas keinginan sendiri atau didampingi orang tua untuk melakukan deteksi dini dan asesmen agar dapat dilakukan langkah pencegahan," katanya.
Dengan berbagai kegiatan deteksi dini penyalahgunaan narkoba itu, katanya, jumlah pasien yang ditangani BNN Kota Mataram setiap tahun meningkat.
"Ini seperti fenomena gunung es. Semakin maksimal kita lakukan pengawasan maka kasusnya akan semakin terlihat dan untuk jumlah pasien 2022 datanya ada di kantor," kata Nurul yang ditemui dalam sebuah kegiatan di Pendopo Wali Kota Mataram.