Jakarta (ANTARA) - “Kami akan mempertahankan tanah kami, apapun risikonya, kami akan melawan di pantai, kami akan melawan di tempat pendaratan, kami akan melawan di ladang dan di jalan, kami akan melawan di perbukitan; kami tidak akan pernah menyerah.” Winston Churchill.

Kutipan dari Winston Churchill tersebut tampaknya sesuai dengan pernyataan Presiden Palestina Mahmoud Abbas yang menyatakan bahwa rakyat Palestina berhak untuk “membela diri dari terorisme yang dilakukan para pemukim Israel dan pasukan pendudukan.”

Palestina telah berulang kali memperingatkan akan ada konsekuensi serius jika rakyat Palestina tidak diberikan hak untuk menentukan nasib sendiri dan konflik Palestina-Israel tidak diselesaikan.

“Kami juga telah memperingatkan konsekuensi dari provokasi dan serangan yang dilakukan setiap hari, terorisme yang terus berlanjut oleh para pemukim dan pasukan pendudukan Israel, serta penggerebekan terhadap Mesjid Al-Aqsa dan situs-situs suci Kristen dan Islam,” demikian Kementerian Luar Negeri dan Ekspatriat Palestina dikutip Kantor Berita Palestina WAFA.

Pernyataan tersebut disampaikan atas respons kondisi ketika Israel melancarkan serangan ke Jalur Gaza sebagai balasan atas rentetan roket yang diluncurkan pasukan militan Palestina ke wilayah Israel pada Sabtu pagi waktu setempat.

Kemenlu Palestina menyatakan bahwa satu-satunya cara untuk mencapai perdamaian dan keamanan di Timur Tengah adalah dengan mengakhiri pendudukan Israel atas Palestina, termasuk Yerusalem Timur dan “Garis Hijau”.

Garis hijau adalah batas-batas yang ada di antara Israel dan negara tetangganya yang disepakati dalam Perjanjian Gencatan Senjata 1949, namun Israel mengabaikan batas tersebut dalam Perang Enam Hari 1967 dan merebut wilayah-wilayah, termasuk Tepi Barat, Gaza, dan Yerusalem Timur.

Palestina dengan tegas menjelaskan situasi yang memanas saat ini adalah karena adanya kebijakan standar ganda dan diamnya masyarakat internasional terhadap praktik kriminal yang dilakukan pasukan pendudukan Israel terhadap Palestina, serta ketidakadilan dan penindasan yang terus dialami oleh Palestina.

Sebelumnya Brigade Al-Qassam, sayap bersenjata kelompok perlawanan Palestina Hamas, Sabtu (7/10), mengumumkan serangan roket ke wilayah, bandara, dan instalasi militer pihak Israel.

Kantor Berita Anadolu melaporkan bahwa serangan roket tersebut ditembakkan dari berbagai lokasi di wilayah yang dikelilingi kelompok militan Palestina di Jalur Gaza, namun sistem pertahanan Iron Dome Israel berhasil menggagalkan serangan tersebut di beberapa wilayah.



Saksi mata mengatakan faksi Palestina menembakkan roket ke permukiman dan kota-kota Israel secara terus menerus selama lebih dari satu jam dan menembak kapal-kapal Israel di lepas pantai Jalur Gaza.

Pihak Israel pun menyetujui mobilisasi tentara cadangan dalam skala besar sebagai respon atas serangan tersebut dan tentara Israel siap berperang setelah faksi Palestina di Jalur Gaza menembakkan roket ke wilayahnya.

Sejumlah pemuda Palestina melakukan aksi protes atas proyek permukiman baru Israel di Tepi Barat. Israel tidak menghormati Resolusi Dewan Keamanan PBB nomor 2334 tahun 2016 yang menuntut negara itu menghentikan semua aktivitas permukiman di wilayah Palestina yang diduduki. (Xinhua)


Kabinet Keamanan Israel sendiri telah mengadakan pertemuan dan memutuskan bahwa tujuan serangan balasan Israel adalah untuk menghancurkan kemampuan militer dan pemerintahan Hamas.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa Israel memulai perang yang panjang dan sulit yang dipaksakan terhadap mereka dan bersumpah akan menggunakan seluruh kekuatan untuk menghancurkan Hamas dan “melakukan balas dendam atas hari yang suram ini.”

Di saat yang sama, Presiden Israel Isaac Herzog menyalahkan Iran atas serangan kilat Hamas yang menewaskan ratusan warga Israel, mengatakan bahwa serangan tersebut didukung oleh komandan militer Iran.

Sedangkan Misi Iran di PBB mengatakan bahwa Teheran tidak terlibat dalam serangan Hamas tersebut, meski Iran sendiri tidak merahasiakan dukungannya terhadap Hamas dengan memberikan dana dan senjata pada kelompok tersebut.

“Kami dengan tegas mendukung Palestina; namun, kami tidak terlibat dalam respons Palestina, karena hal itu hanya dilakukan oleh Palestina sendiri,” kata Misi Iran di PBB.

Laporan Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza mencatat hingga Minggu (8/10), hari kedua konflik, jumlah korban serangan tewas akibat serangan udara Israel di Gaza bertambah menjadi 370 orang, dengan 2.200 lainnya terluka.

Sedangkan jumlah korban tewas akibat serangan Hamas terhadap Israel telah mencapai 600 orang, menurut saluran berita pemerintah Israel sebagaimana diberitakan Xinhua, Senin.

MER-C Indonesia melaporkan hingga memasuki hari ketiga konflik, Senin pagi waktu setempat, Rumah Sakit Indonesia di Gaza sudah menangani lebih dari 400 korban luka dan lebih dari 60 orang meninggal dunia.

Sementara itu, Menteri Pertahanan Amerika Serikat Lloyd Austin mengatakan AS akan mengirimkan beberapa kapal dan pesawat militer lebih dekat ke Israel sebagai bentuk dukungan.



Presiden AS Joe Biden menyampaikan kepada PM Benjamin Netanyahu, Minggu (8/10), bahwa bantuan tambahan untuk Pasukan Pertahanan Israel sedang dikirim ke Israel dan akan menyusul lebih banyak lagi dalam beberapa hari mendatang.

Indonesia pun menyuarakan keprihatinannya terhadap eskalasi konflik Palestina-Israel.

Kementerian Luar Negeri RI meminta agar tindakan kekerasan segera dihentikan untuk menghindari jumlah korban yang semakin bertambah.

Indonesia terus mendesak agar akar konflik tersebut, yaitu pendudukan wilayah Palestina oleh Israel, harus diselesaikan sesuai dengan parameter yang sudah disepakati PBB.


Pewarta : Cindy Frishanti Octavia
Editor : Riza Fahriza
Copyright © ANTARA 2024