Mataram, (Antara NTB) - Komandan Komando Resor Militer 162/Wira Bhakti Kolonel CZI Lalu Rudy Irham Srigede mengemukakan peningkatan pola pembinaan adalah salah satu hal yang paling penting dilakukan guna mengusir jaringan ataupun paham radikalisme di tengah masyarakat.
"Pemberantasan ideologi radikal ini tidak bisa dengan penindakan langsung, kita tetap mengedepankan pembinaan, tapi harus kita waspadai bersama, jangan sampai mereka melakukan kegiatan yang dicurigai mengarah pada paham itu," kata Lalu Rudy di Mataram, Selasa.
Ia mengungkapkan hal itu usai melakukan pertemuan dengan Kepala BNPT Irjen Pol Tito Karnavian bersama seluruh pejabat di wilayah NTB, seperti Gubernur NTB TGH Zainul Majdi dan Kapolda NTB Brigjen Pol Umar Septono.
Dari pertemuan tertutup itu, Lalu Rudy menerangkan bahwa ada sejumlah wilayah di NTB yang menjadi atensi BNPT, terkait dengan penyebaran ideologi radikal maupun jaringannya.
"Seperti yang terlibat beberapa waktu lalu di Poso, ada warga kita yang diduga ikut terlibat, tapi kan kegiatannya ada di Poso, bukan di sini. Hanya saja kita harus mewaspadai mengapa bisa ada warga kita yang ikut terlibat di sana," ujarnya.
Untuk itulah, lanjutnya, guna mencegah agar tidak ada lagi warga NTB yang diduga terlibat dalam jaringan terorisme di Poso itu, BNPT bersama seluruh "Stakeholder" keamanan maupun pemerintah NTB diharapkan untuk bersama-sama memberantas persoalan ini.
"Mereka ini saudara-saudara kita, saya sudah beberapa kali berkunjung ke tempat-tempat yang dicurigai ada masuknya paham radikal ini, memang tidak mudah, tapi dalam arti kita harus pelan-pelan dalam membina mereka," ucapnya.
Menurutnya, akar permasalahan harus segera diketahui mengapa sampai ada warga NTB bisa masuk ke dalam jaringan radikal ini. Informasi itu, lanjutnya, bisa segera diperoleh jika dilakukan secara bersama-sama.
"Apa yang kita dapat melalui intelijen, itu yang kita analisa dan kita tentukan, pola pembinaan seperti apa yang harus diterapkan. Bisa jadi, mereka yang masuk ke dalam jaringan ini merasa tidak mendapat perhatian, lebih kepada komunikasi sosialnya," kata Lalu Rudy.(*)
"Pemberantasan ideologi radikal ini tidak bisa dengan penindakan langsung, kita tetap mengedepankan pembinaan, tapi harus kita waspadai bersama, jangan sampai mereka melakukan kegiatan yang dicurigai mengarah pada paham itu," kata Lalu Rudy di Mataram, Selasa.
Ia mengungkapkan hal itu usai melakukan pertemuan dengan Kepala BNPT Irjen Pol Tito Karnavian bersama seluruh pejabat di wilayah NTB, seperti Gubernur NTB TGH Zainul Majdi dan Kapolda NTB Brigjen Pol Umar Septono.
Dari pertemuan tertutup itu, Lalu Rudy menerangkan bahwa ada sejumlah wilayah di NTB yang menjadi atensi BNPT, terkait dengan penyebaran ideologi radikal maupun jaringannya.
"Seperti yang terlibat beberapa waktu lalu di Poso, ada warga kita yang diduga ikut terlibat, tapi kan kegiatannya ada di Poso, bukan di sini. Hanya saja kita harus mewaspadai mengapa bisa ada warga kita yang ikut terlibat di sana," ujarnya.
Untuk itulah, lanjutnya, guna mencegah agar tidak ada lagi warga NTB yang diduga terlibat dalam jaringan terorisme di Poso itu, BNPT bersama seluruh "Stakeholder" keamanan maupun pemerintah NTB diharapkan untuk bersama-sama memberantas persoalan ini.
"Mereka ini saudara-saudara kita, saya sudah beberapa kali berkunjung ke tempat-tempat yang dicurigai ada masuknya paham radikal ini, memang tidak mudah, tapi dalam arti kita harus pelan-pelan dalam membina mereka," ucapnya.
Menurutnya, akar permasalahan harus segera diketahui mengapa sampai ada warga NTB bisa masuk ke dalam jaringan radikal ini. Informasi itu, lanjutnya, bisa segera diperoleh jika dilakukan secara bersama-sama.
"Apa yang kita dapat melalui intelijen, itu yang kita analisa dan kita tentukan, pola pembinaan seperti apa yang harus diterapkan. Bisa jadi, mereka yang masuk ke dalam jaringan ini merasa tidak mendapat perhatian, lebih kepada komunikasi sosialnya," kata Lalu Rudy.(*)