Mataram (ANTARA) - Pemerintah Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, menyiapkan program pengolahan kotoran kuda menjadi sumber biogas sebagai pengganti gas alam. Asisten Bidang Administrasi Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Setda Kota Mataram Lalu Martawang di Mataram, Senin, mengatakan biogas yang dihasilkan dari kotoran kuda penggunaannya dapat dioptimalkan untuk kepentingan publik.
"Ini menjadi bagian dari pemanfaatan limbah sekaligus menangani masalah kotoran kuda dari aktivitas 'cidomo' sebagai alat transportasi lokal di daerah ini," katanya.
Martawang yang juga menjabat sebagai Pelaksana Tugas Kepala Dinas Perhubungan Kota Mataram mengatakan biogas dari kotoran kuda bisa diolah pada satu lokasi agar bisa dioptimalkan untuk kepentingan publik.
Misalnya, katanya, biogas dari kotoran kuda disiapkan di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Pagutan yang selama ini menjadi areal bumi perkemahan. Ketika ada kegiatan kemah, katanya, peserta tidak perlu membawa gas untuk kegiatan masak-memasak tetapi mereka bisa menggunakan biogas sebagai alternatif energi yang sudah disiapkan oleh pihak pengelola.
"Itu tentu akan sangat membantu para peserta, apalagi biogas yang disiapkan berbasis lingkungan," katanya.
Dalam kaitan dengan pengumpulan dan pengangkutan kotoran kuda, Pemerintah Kota Mataram akan bekerja sama dengan para kusir atau penarik "cidomo" di Kota Mataram. Untuk menciptakan sistem itu, katanya, para kusir akan diminta berpartisipasi dan berkomitmen menampung kotoran kuda di satu wadah kemudian dihimpun di satu tempat.
Baca juga: Pemkot Mataram merenovasi RPH Majeluk rusak akibat puting beliung
Baca juga: DPRD meminta Pemkot Medan beri perhatian kepada tiga perumda
"Kotoran kuda yang sudah terhimpun akan diambil secara berkala oleh petugas untuk diolah menjadi biogas pada lokasi yang sudah ditetapkan. Contohnya di RTH Pagutan," katanya.
Dia mengharapkan melalui inovasi tersebut setidaknya bisa menjawab keluhan warga terkait dengan masalah kotoran kuda yang sering kali berceceran di sejumlah ruas jalan kota sehingga mengganggu kenyamanan dan keindahan Kota Mataram.
"Ini menjadi bagian dari pemanfaatan limbah sekaligus menangani masalah kotoran kuda dari aktivitas 'cidomo' sebagai alat transportasi lokal di daerah ini," katanya.
Martawang yang juga menjabat sebagai Pelaksana Tugas Kepala Dinas Perhubungan Kota Mataram mengatakan biogas dari kotoran kuda bisa diolah pada satu lokasi agar bisa dioptimalkan untuk kepentingan publik.
Misalnya, katanya, biogas dari kotoran kuda disiapkan di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Pagutan yang selama ini menjadi areal bumi perkemahan. Ketika ada kegiatan kemah, katanya, peserta tidak perlu membawa gas untuk kegiatan masak-memasak tetapi mereka bisa menggunakan biogas sebagai alternatif energi yang sudah disiapkan oleh pihak pengelola.
"Itu tentu akan sangat membantu para peserta, apalagi biogas yang disiapkan berbasis lingkungan," katanya.
Dalam kaitan dengan pengumpulan dan pengangkutan kotoran kuda, Pemerintah Kota Mataram akan bekerja sama dengan para kusir atau penarik "cidomo" di Kota Mataram. Untuk menciptakan sistem itu, katanya, para kusir akan diminta berpartisipasi dan berkomitmen menampung kotoran kuda di satu wadah kemudian dihimpun di satu tempat.
Baca juga: Pemkot Mataram merenovasi RPH Majeluk rusak akibat puting beliung
Baca juga: DPRD meminta Pemkot Medan beri perhatian kepada tiga perumda
"Kotoran kuda yang sudah terhimpun akan diambil secara berkala oleh petugas untuk diolah menjadi biogas pada lokasi yang sudah ditetapkan. Contohnya di RTH Pagutan," katanya.
Dia mengharapkan melalui inovasi tersebut setidaknya bisa menjawab keluhan warga terkait dengan masalah kotoran kuda yang sering kali berceceran di sejumlah ruas jalan kota sehingga mengganggu kenyamanan dan keindahan Kota Mataram.