Chongqing (ANTARA) - Pemerintah China menggelar "Belt and Road Conference on Science and Technology Exchange" (Konferensi Sabuk dan Jalur untuk Pertukaran Sains dan Teknologi) yang ditujukan bagi negara-negara kerja sama Belt and Road Initiative (BRI).
Meski tidak hadir secara langsung, Presiden China Xi Jinping sebagai inisiator BRI mengatakan pada Senin bahwa China ingin bekerja sama dengan negara-negara lain untuk memanfaatkan potensi pertumbuhan inovatif.
China juga ingin mendorong pencapaian inovasi agar bermanfaat bagi semua negara beserta masyarakatnya, ujar Xi. "Kerja sama ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan bagian penting dalam pengembangan Inisiatif Sabuk dan Jalur (BRI) dan pembangunan masa depan bersama bagi umat manusia," kata Presiden Xi.
Sambutan Xi itu dibacakan oleh Anggota Biro Politik Komite Pusat Partai Komunis China (PKC) dan juga Sekretaris Komite PKC Chongqing Yuan Jiajun di Chongqing, China. Konferensi bertema "Bersama untuk Inovasi, Pembangunan untuk Semua" itu dilangsungkan pada 6-7 November 2023 dengan dihadiri 300 peserta dari 70 negara dan organisasi internasional.
Di antara mereka yang hadir adalah peraih Nobel bidang Fisika Konstantin Novoselov serta 500 orang peserta dari kalangan akademisi, pakar, rektor universitas, peneliti, dari berbagai lembaga penelitian.
Dari Indonesia, hadir Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko yang juga berbicara dalam sesi pleno pembukaan mengenai bentuk lembaga riset pemerintah di Indonesia.
"Pada kesempatan ini, saya ingin memperkenalkan transformasi manajemen sains dan teknologi di Indonesia dan bagaimana kita dapat memanfaatkannya untuk memperkuat kolaborasi global melalui pertukaran sains dan teknologi," kata Handoko.
Konferensi itu dibuka oleh Wakil Perdana Menteri yang juga Anggota Biro Politik Komite Pusat PKC, Ding Xuexiang. Ding mengatakan China memperdalam kerja sama sains dan teknologi baik bidang teknologi, energi, pertanian, kesehatan dan lainnya dengan total 23 agenda di bidang pembangunan berkelanjutan.
Baca juga: Batam minta wirausaha gunakan teknologi digital pasarkan produk
Baca juga: Teknologi digital jadi kunci perbaikan layanan publik
"China dan negara-negara BRI telah bekerja bersama untuk membangun basis pengendaraan jarak jauh, pelabuhan digital, vaksin, kebencanaan dan lainnya," kata Xuexiang.
China telah menandatangani perjanjian kerja sama sains dan teknologi antarpemerintah dengan lebih dari 80 negara yang ikut dalam Inisiatif Sabuk dan Jalur (Belt and Road Initiative atau BRI). Konferensi ini diselenggarakan bersama oleh Kementerian Sains dan Teknologi China, Akademi Ilmu Pengetahuan China, Akademi Teknik China, Asosiasi Sains dan Teknologi China, pemerintah Kota Chongqing, dan pemerintah Provinsi Sichuan.
Meski tidak hadir secara langsung, Presiden China Xi Jinping sebagai inisiator BRI mengatakan pada Senin bahwa China ingin bekerja sama dengan negara-negara lain untuk memanfaatkan potensi pertumbuhan inovatif.
China juga ingin mendorong pencapaian inovasi agar bermanfaat bagi semua negara beserta masyarakatnya, ujar Xi. "Kerja sama ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan bagian penting dalam pengembangan Inisiatif Sabuk dan Jalur (BRI) dan pembangunan masa depan bersama bagi umat manusia," kata Presiden Xi.
Sambutan Xi itu dibacakan oleh Anggota Biro Politik Komite Pusat Partai Komunis China (PKC) dan juga Sekretaris Komite PKC Chongqing Yuan Jiajun di Chongqing, China. Konferensi bertema "Bersama untuk Inovasi, Pembangunan untuk Semua" itu dilangsungkan pada 6-7 November 2023 dengan dihadiri 300 peserta dari 70 negara dan organisasi internasional.
Di antara mereka yang hadir adalah peraih Nobel bidang Fisika Konstantin Novoselov serta 500 orang peserta dari kalangan akademisi, pakar, rektor universitas, peneliti, dari berbagai lembaga penelitian.
Dari Indonesia, hadir Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko yang juga berbicara dalam sesi pleno pembukaan mengenai bentuk lembaga riset pemerintah di Indonesia.
"Pada kesempatan ini, saya ingin memperkenalkan transformasi manajemen sains dan teknologi di Indonesia dan bagaimana kita dapat memanfaatkannya untuk memperkuat kolaborasi global melalui pertukaran sains dan teknologi," kata Handoko.
Konferensi itu dibuka oleh Wakil Perdana Menteri yang juga Anggota Biro Politik Komite Pusat PKC, Ding Xuexiang. Ding mengatakan China memperdalam kerja sama sains dan teknologi baik bidang teknologi, energi, pertanian, kesehatan dan lainnya dengan total 23 agenda di bidang pembangunan berkelanjutan.
Baca juga: Batam minta wirausaha gunakan teknologi digital pasarkan produk
Baca juga: Teknologi digital jadi kunci perbaikan layanan publik
"China dan negara-negara BRI telah bekerja bersama untuk membangun basis pengendaraan jarak jauh, pelabuhan digital, vaksin, kebencanaan dan lainnya," kata Xuexiang.
China telah menandatangani perjanjian kerja sama sains dan teknologi antarpemerintah dengan lebih dari 80 negara yang ikut dalam Inisiatif Sabuk dan Jalur (Belt and Road Initiative atau BRI). Konferensi ini diselenggarakan bersama oleh Kementerian Sains dan Teknologi China, Akademi Ilmu Pengetahuan China, Akademi Teknik China, Asosiasi Sains dan Teknologi China, pemerintah Kota Chongqing, dan pemerintah Provinsi Sichuan.