Tabalong, Kalsel (ANTARA) - Dinas Ketahanan Pangan Perikanan Tanaman Pangan dan Hortikultura (DKP2TPH) Kabupaten Tabalong membangun sumur bor dan pompa air guna mengantisipasi kekeringan akibat kemarau panjang pada sejumlah kampung hortikultura.
"Untuk 10 kampung hortikultura kita menyiapkan sumur bor dan pompa air sebagai antisipasi musim kemarau agar tidak terjadi gagal panen," kata Kepala Bidang Sarana Tanaman Pangan DKP2TPH Kabupaten Tabalong Kurdiansyah di Tanjung, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan, Sabtu.
Sebelumnya, Pemkab Tabalong mendapatkan bantuan dari pemerintah pusat berupa tiga embung untuk mencukupi ketersediaan air bagi lahan pertanian di Desa Muang, Desa Teratau dan Desa Binturu.
Ada lima desa yang akan dikembangkan menjadi kampung hortikultura pada 2023 mencakup Desa Seradang, Desa Bongkang, Desa Nawin, Desa Hayub dan Desa Wirang. Sebelumnya, ada lima desa masing-masing Desa Lok Batu, Desa Masingai I, Desa Masingai II, Desa Kembang Kuning dan Desa Catur Karya telah mendapat bantuan benih, pupuk dan perlengkapan pertanian terkait program kampung hortikultura.
Sementara itu, petani cabai dan tanaman hortikultura di Desa Ribang Kecamatan Muara Uya, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan, saat ini tak bisa menanam menyusul kekeringan yang melanda dua embung di wilayah tersebut.
Salah satu petani di Desa Ribang Dwi Cahyono mengatakan dua embung yang kering sebagai dampak musim kemarau panjang sehingga sejumlah petani tak bisa menanam bibit.
"Karena dampak kekeringan Petani tak bisa tanam cabai maupun padi," kata Dwi.
Dwi menuturkan kondisi tersebut pun berdampak terhadap harga jual cabai jenis tiung dan keriting meningkat di pasaran hingga mencapai Rp100 ribu per kilogram. Dwi menyebutkan harga cabai tiung pada tingkat petani mencapai Rp90 ribu lebih per kilogram termasuk cabai keriting senilai Rp 80 ribu-Rp 90 ribu per kilogram. Di Desa Ribang terdapat tiga embung dengan dua embun kondisi kering dan satu embung masih berfungsi untuk pengairan lahan pertanian di sekitarnya.
"Satu embung bisa menyuplai air untuk lahan sekitar empat hektare dan petani bisa menanam jika ketersediaan air terjamin," tambah Dwi yang juga Ketua Petani Milenial Tabalong.
Untuk lahan di sekitar embung yang tidak mengalami kekeringan, sehingga petani masih bisa panen cabai, tomat dan melon. Dwi menyebutkan ada sekitar 1,5 hektare lahan tanaman hortikultura yang bisa panen cabai tiung maupun tomat, namun harga cukup mahal.
Baca juga: Kejaksaan mengungkap dasar penyidikan proyek sumur bor Rp1,13 miliar
Baca juga: Kejari Lotim perkuat bukti kasus sumur bor Rp1,13 miliar
Biasanya, petani di Desa Ribang menjual hasil panen ke sejumlah pengumpul dari Kota Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah dan dijual kembali ke Kota Tanjung pada tingkat eceran.
"Untuk 10 kampung hortikultura kita menyiapkan sumur bor dan pompa air sebagai antisipasi musim kemarau agar tidak terjadi gagal panen," kata Kepala Bidang Sarana Tanaman Pangan DKP2TPH Kabupaten Tabalong Kurdiansyah di Tanjung, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan, Sabtu.
Sebelumnya, Pemkab Tabalong mendapatkan bantuan dari pemerintah pusat berupa tiga embung untuk mencukupi ketersediaan air bagi lahan pertanian di Desa Muang, Desa Teratau dan Desa Binturu.
Ada lima desa yang akan dikembangkan menjadi kampung hortikultura pada 2023 mencakup Desa Seradang, Desa Bongkang, Desa Nawin, Desa Hayub dan Desa Wirang. Sebelumnya, ada lima desa masing-masing Desa Lok Batu, Desa Masingai I, Desa Masingai II, Desa Kembang Kuning dan Desa Catur Karya telah mendapat bantuan benih, pupuk dan perlengkapan pertanian terkait program kampung hortikultura.
Sementara itu, petani cabai dan tanaman hortikultura di Desa Ribang Kecamatan Muara Uya, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan, saat ini tak bisa menanam menyusul kekeringan yang melanda dua embung di wilayah tersebut.
Salah satu petani di Desa Ribang Dwi Cahyono mengatakan dua embung yang kering sebagai dampak musim kemarau panjang sehingga sejumlah petani tak bisa menanam bibit.
"Karena dampak kekeringan Petani tak bisa tanam cabai maupun padi," kata Dwi.
Dwi menuturkan kondisi tersebut pun berdampak terhadap harga jual cabai jenis tiung dan keriting meningkat di pasaran hingga mencapai Rp100 ribu per kilogram. Dwi menyebutkan harga cabai tiung pada tingkat petani mencapai Rp90 ribu lebih per kilogram termasuk cabai keriting senilai Rp 80 ribu-Rp 90 ribu per kilogram. Di Desa Ribang terdapat tiga embung dengan dua embun kondisi kering dan satu embung masih berfungsi untuk pengairan lahan pertanian di sekitarnya.
"Satu embung bisa menyuplai air untuk lahan sekitar empat hektare dan petani bisa menanam jika ketersediaan air terjamin," tambah Dwi yang juga Ketua Petani Milenial Tabalong.
Untuk lahan di sekitar embung yang tidak mengalami kekeringan, sehingga petani masih bisa panen cabai, tomat dan melon. Dwi menyebutkan ada sekitar 1,5 hektare lahan tanaman hortikultura yang bisa panen cabai tiung maupun tomat, namun harga cukup mahal.
Baca juga: Kejaksaan mengungkap dasar penyidikan proyek sumur bor Rp1,13 miliar
Baca juga: Kejari Lotim perkuat bukti kasus sumur bor Rp1,13 miliar
Biasanya, petani di Desa Ribang menjual hasil panen ke sejumlah pengumpul dari Kota Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah dan dijual kembali ke Kota Tanjung pada tingkat eceran.