Denpasar (ANTARA) - BPBD Bali merangkum empat kabupaten dan 17 kecamatan sebagai titik rawan bencana tanah longsor pada musim hujan akhir tahun 2023 ini, karena dalam sepekan bencana tersebut sudah terjadi di beberapa lokasi.
Kepala Pelaksana BPBD Bali I Made Rentin menyebut titik tersebut antara lain Kabupaten Buleleng di Kecamatan Banjar, Busungbiu, Gerokgak, dan Seririt; di Kabupaten Karangasem Kecamatan Abang, Bebandem, Karangasem, Kubu, Manggis, Rendang, Selat, dan Sidemen; di Kabupaten Klungkung Kecamatan Dawan dan Klungkung; serta Kabupaten Tabanan di Kecamatan Kerambitan, Penebel, dan Selemadeg Timur.
“Wilayah rawan longsor di Bali berdasarkan katalog wilayah rawan bencana yang dikeluarkan BNPB terdiri atas 39 desa/kelurahan dengan kategori tinggi dan 324 desa/kelurahan dengan kategori sedang,” kata dia di Denpasar, Senin.
Untuk mengantisipasi bahaya dari bencana ini, Rentin meminta masyarakat mewaspadai di daerah tadi, juga di kabupaten/kota lainnya karena ada potensi bencana walau tingkatnya tergolong sedang.
Lebih lanjut, dia mengatakan jika diharuskan bepergian ke daerah banjir atau tanah longsor diminta agar memperhatikan rambu-rambu rawan bencana di daerah setempat.
Jika memungkinkan, ia mengimbau masyarakat mengurangi aktivitas di luar rumah saat terjadi hujan yang disertai angin atau petir, serta rutin membersihkan saluran air untuk mencegah banjir.
“Menjaga kesehatan dengan mengkonsumsi makanan bergizi atau vitamin jika diperlukan, dan memantau informasi terkait kebencanaan di kanal-kanal resmi pemerintah seperti BMKG, BNPB atau BPBD,” ujarnya.
BPBD Bali tak ingin meremehkan bencana alam satu ini, pasalnya sejak akhir November hingga awal Desember saja sudah tercatat tiga bencana tanah longsor terjadi di Kabupaten Bangli, Karangasem dan Gianyar.
Di Bangli, tanah longsor memakan korban dua orang meninggal dunia dan satu unit rumah rusak berat, tepatnya di Banjar Jehem Kelod, Desa Jehem, Kecamatan Tembuku, pada Kamis malam (30/11) lalu.
Tanah longsor juga terjadi di Dusun Kampung Anyar, Desa Bukit, Kecamatan Karangasem pada Minggu (3/12) malam yang menyebabkan bangunan tertimbun, satu orang meninggal dunia dan dua orang luka-luka.
Di Kabupaten Gianyar, bencana tanah longsor menutup akses jalan dengan ketebalan material longsor hingga 1 meter di Desa Sebatu, Kecamatan Tegalalang, pada Jumat (1/12).
Rentin menyebut selain longsor, pada awal musim penghujan juga terjadi bencana banjir lumpur dan pohon tumbang, untuk banjir lumpur terjadi di Banjar Dinas Beten Waru, Desa Tianyar, Kecamatan Kubu, Karangasem pada Jumat (1/12), dan mengakibatkan lumpur menutup jalan umum namun masih dapat dilalui kendaraan.
Baca juga: Mataram menyiagakan petugas puskesmas hadapi dampak bencana
Baca juga: BPBD Mataram menyiagakan 75 personel patroli potensi bencana
“Kejadian pohon tumbang sejak Senin (27/11) hingga Senin (4/12) yang menghalangi akses jalan terjadi di enam titik di Kabupaten Karangasem, lima titik di Kabupaten Gianyar, dua titik Kabupaten Tabanan dan dua titik di Kota Denpasar,” kata dia.
Kepala Pelaksana BPBD Bali I Made Rentin menyebut titik tersebut antara lain Kabupaten Buleleng di Kecamatan Banjar, Busungbiu, Gerokgak, dan Seririt; di Kabupaten Karangasem Kecamatan Abang, Bebandem, Karangasem, Kubu, Manggis, Rendang, Selat, dan Sidemen; di Kabupaten Klungkung Kecamatan Dawan dan Klungkung; serta Kabupaten Tabanan di Kecamatan Kerambitan, Penebel, dan Selemadeg Timur.
“Wilayah rawan longsor di Bali berdasarkan katalog wilayah rawan bencana yang dikeluarkan BNPB terdiri atas 39 desa/kelurahan dengan kategori tinggi dan 324 desa/kelurahan dengan kategori sedang,” kata dia di Denpasar, Senin.
Untuk mengantisipasi bahaya dari bencana ini, Rentin meminta masyarakat mewaspadai di daerah tadi, juga di kabupaten/kota lainnya karena ada potensi bencana walau tingkatnya tergolong sedang.
Lebih lanjut, dia mengatakan jika diharuskan bepergian ke daerah banjir atau tanah longsor diminta agar memperhatikan rambu-rambu rawan bencana di daerah setempat.
Jika memungkinkan, ia mengimbau masyarakat mengurangi aktivitas di luar rumah saat terjadi hujan yang disertai angin atau petir, serta rutin membersihkan saluran air untuk mencegah banjir.
“Menjaga kesehatan dengan mengkonsumsi makanan bergizi atau vitamin jika diperlukan, dan memantau informasi terkait kebencanaan di kanal-kanal resmi pemerintah seperti BMKG, BNPB atau BPBD,” ujarnya.
BPBD Bali tak ingin meremehkan bencana alam satu ini, pasalnya sejak akhir November hingga awal Desember saja sudah tercatat tiga bencana tanah longsor terjadi di Kabupaten Bangli, Karangasem dan Gianyar.
Di Bangli, tanah longsor memakan korban dua orang meninggal dunia dan satu unit rumah rusak berat, tepatnya di Banjar Jehem Kelod, Desa Jehem, Kecamatan Tembuku, pada Kamis malam (30/11) lalu.
Tanah longsor juga terjadi di Dusun Kampung Anyar, Desa Bukit, Kecamatan Karangasem pada Minggu (3/12) malam yang menyebabkan bangunan tertimbun, satu orang meninggal dunia dan dua orang luka-luka.
Di Kabupaten Gianyar, bencana tanah longsor menutup akses jalan dengan ketebalan material longsor hingga 1 meter di Desa Sebatu, Kecamatan Tegalalang, pada Jumat (1/12).
Rentin menyebut selain longsor, pada awal musim penghujan juga terjadi bencana banjir lumpur dan pohon tumbang, untuk banjir lumpur terjadi di Banjar Dinas Beten Waru, Desa Tianyar, Kecamatan Kubu, Karangasem pada Jumat (1/12), dan mengakibatkan lumpur menutup jalan umum namun masih dapat dilalui kendaraan.
Baca juga: Mataram menyiagakan petugas puskesmas hadapi dampak bencana
Baca juga: BPBD Mataram menyiagakan 75 personel patroli potensi bencana
“Kejadian pohon tumbang sejak Senin (27/11) hingga Senin (4/12) yang menghalangi akses jalan terjadi di enam titik di Kabupaten Karangasem, lima titik di Kabupaten Gianyar, dua titik Kabupaten Tabanan dan dua titik di Kota Denpasar,” kata dia.