Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi VII DPR RI Dyah Roro Esti menyoroti pentingnya peran perempuan dalam mendorong penanganan perubahan iklim hingga transisi energi saat menjadi pembicara dalam KTT COP28 di Dubai, UEA.
Menurut dia, dalam keterangannya di Jakarta, Minggu, perubahan iklim telah terbukti menjadi bencana global yang berdampak sangat buruk.
"Polusi udara telah menyebabkan setidaknya tujuh juta kematian setiap tahunnya di dunia (WHO, 2023) dan lebih dari 123 ribu kematian di Indonesia (FKUI, 2023)," katanya saat sesi forum dunia tahunan, yang mengusung tema besar "Just and Orderly Transition".
Selain itu, lanjutnya, Presiden Joko Widodo dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto juga telah mendesak untuk melakukan transisi energi karena masalah iklim yang terus meningkat.
"Dari sisi ini, perempuan lah yang menjadi ujung tombak penanganan perubahan iklim," ujarnya.
Roro Esti menjelaskan sebagai perempuan dan pembuat kebijakan, dirinya terus mendorong dan mengawal Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Energi Baru dan Terbarukan (EBT) untuk menciptakan masa depan yang berkelanjutan.
Terlebih, menurut dia, beberapa penelitian menunjukkan perempuan cenderung memikirkan dampak jangka panjang dari adanya sebuah kebijakan. Ia pun optimistis karena jumlah perempuan yang terus meningkat dalam politik, sehingga akan lebih inklusif.
"Perempuan memiliki multiperan, baik sebagai politisi, anggota rumah tangga, serta ibu. Mereka juga mendidik generasi masa depan, yang mana perubahan dimulai dari rumah, menularkan pemahaman terkait bagaimana menghemat energi serta turut andil dalam transisi energi. Sehingga, perempuan memainkan peran penting seperti kutipan 'ketika anda mendidik seorang laki-laki, anda mendidik seorang laki-laki, namun ketika anda mendidik seorang perempuan, anda mendidik seluruh generasi'," ungkapnya.
Roro Esti menambahkan dalam target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), perempuan pun diberikan kesempatan yang dalam hal ini pada mengarah pada kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, serta memastikan bahwa akses terhadap energi, yang berkelanjutan, modern, dan terjangkau, dapat diandalkan untuk semua.
Ia mengatakan agar mengurangi kesenjangan di dalam dan antar negara, maka diperlukan upaya perubahan yang sistemik.
Baca juga: Perubahan iklim ancam kesejahteraan masyarakat
Baca juga: Kemenko Marves kawal tindak lanjut komitmen KTT AIS
"Perlunya kerja sama lintas sektor dengan penuh semangat gotong royong. Kami di Komisi VII beserta para mitra kerja, baru-baru ini telah meresmikan program penerangan jalan umum tenaga surya di wilayah Gresik dan Lamongan, Jawa Timur. Dan, terbukti bahwa program tersebut tidak hanya membantu kebutuhan masyarakat, tapi juga dibutuhkannya kerja sama yang cukup intens dari lintas instansi," ungkapnya.
Roro Esti pun mengingatkan bahwa setiap individu mempunyai peran dan perlu bergerak secara kolektif.
Menurut dia, dalam keterangannya di Jakarta, Minggu, perubahan iklim telah terbukti menjadi bencana global yang berdampak sangat buruk.
"Polusi udara telah menyebabkan setidaknya tujuh juta kematian setiap tahunnya di dunia (WHO, 2023) dan lebih dari 123 ribu kematian di Indonesia (FKUI, 2023)," katanya saat sesi forum dunia tahunan, yang mengusung tema besar "Just and Orderly Transition".
Selain itu, lanjutnya, Presiden Joko Widodo dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto juga telah mendesak untuk melakukan transisi energi karena masalah iklim yang terus meningkat.
"Dari sisi ini, perempuan lah yang menjadi ujung tombak penanganan perubahan iklim," ujarnya.
Roro Esti menjelaskan sebagai perempuan dan pembuat kebijakan, dirinya terus mendorong dan mengawal Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Energi Baru dan Terbarukan (EBT) untuk menciptakan masa depan yang berkelanjutan.
Terlebih, menurut dia, beberapa penelitian menunjukkan perempuan cenderung memikirkan dampak jangka panjang dari adanya sebuah kebijakan. Ia pun optimistis karena jumlah perempuan yang terus meningkat dalam politik, sehingga akan lebih inklusif.
"Perempuan memiliki multiperan, baik sebagai politisi, anggota rumah tangga, serta ibu. Mereka juga mendidik generasi masa depan, yang mana perubahan dimulai dari rumah, menularkan pemahaman terkait bagaimana menghemat energi serta turut andil dalam transisi energi. Sehingga, perempuan memainkan peran penting seperti kutipan 'ketika anda mendidik seorang laki-laki, anda mendidik seorang laki-laki, namun ketika anda mendidik seorang perempuan, anda mendidik seluruh generasi'," ungkapnya.
Roro Esti menambahkan dalam target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), perempuan pun diberikan kesempatan yang dalam hal ini pada mengarah pada kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, serta memastikan bahwa akses terhadap energi, yang berkelanjutan, modern, dan terjangkau, dapat diandalkan untuk semua.
Ia mengatakan agar mengurangi kesenjangan di dalam dan antar negara, maka diperlukan upaya perubahan yang sistemik.
Baca juga: Perubahan iklim ancam kesejahteraan masyarakat
Baca juga: Kemenko Marves kawal tindak lanjut komitmen KTT AIS
"Perlunya kerja sama lintas sektor dengan penuh semangat gotong royong. Kami di Komisi VII beserta para mitra kerja, baru-baru ini telah meresmikan program penerangan jalan umum tenaga surya di wilayah Gresik dan Lamongan, Jawa Timur. Dan, terbukti bahwa program tersebut tidak hanya membantu kebutuhan masyarakat, tapi juga dibutuhkannya kerja sama yang cukup intens dari lintas instansi," ungkapnya.
Roro Esti pun mengingatkan bahwa setiap individu mempunyai peran dan perlu bergerak secara kolektif.