Mataram (ANTARA) - Anggota DPRD Nusa Tenggara Barat, Akhdiansyah meminta pemerintah provinsi untuk menyusun peta panduan atau road map ekspor sehingga tidak bergantung pada satu komoditas barang galian/tambang non migas.
"Selama ini komoditas ekspor kita masih didominasi barang galian/tambang non migas hasil produksi PT AMNT. Tetapi tetap saja hal itu riskan karena tidak didukung oleh sektor-sektor ekonomi lainnya seperti pertanian dan perdagangan," ujar Akhdiansyah di Mataram, Kamis.
Ia mengatakan, mestinya NTB harus lepas dari ketergantungan tambang, karena bagaimanapun lambat laun barang tambang akan habis. Ketika bahan galian logam habis dan daerah tidak siap mengantisipasi, di khawatirkan akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi di wilayah itu.
"Jadi perlu menyusun road map ekspor komoditas yang lebih bagus kedepannya dalam sektor-sektor penyangga lainnya seperti pertanian dan perdagangan," kata pria yang menjabat Ketua Bapemperda DPRD NTB ini.
Untuk itu politisi dari Dapil VI Kabupaten Dompu, Kabupaten Bima dan Kota Bima ini berharap agar ke depan perencanaan dan penganggaran terkait hal ini dapat dilakukan secara lebih masif lagi terutama dalam sektor-sektor pertanian dan perdagangan.
"Tahun ini penganggaran-nya sudah mulai ke arah modernisasi pertanian, penguatan irigasi dan lainnya. Jadi ada peningkatan dari sisi anggaran. Di sisi lain dalam aspek perdagangan masih bersifat normatif. Dari sisi anggaran, kami belum mendapatkan angka riil soal itu," katanya.
Badan Pusat Statistik (BPS) NTB mencatat kenaikan nilai ekspor di wilayah itu pada bulan Desember sebesar 375,34 juta dolar AS atau 49,87 persen dibandingkan bulan November 2023. Penyumbang terbesar ekspor tersebut masih didominasi bahan tambang.
"Jika dibandingkan bulan Desember 2022 mengalami kenaikan 61,56 persen," kata Kepala BPS NTB, Wahyudin.
Ia menyebutkan, nilai ekspor Desember 2023 terbesar ditujukan ke Jepang dengan nilai sebesar 127,889 juta dolar AS atau 34,07 persen, berikutnya India sebesar 84,082 juta dolar AS atau sebesar 22,40 persen.
Kemudian disusul Korea Selatan sebesar 84,034 juta dolar AS atau 22,39 persen, China sebesar 76,420 juta dolar AS atau 20,36 persen dan Australia sebesar 1,437 juta dolar AS atau 0,38 persen.
Untuk kelompok komoditas ekspor NTB yang terbesar pada Desember 2023, di antaranya barang galian/tambang non migas sebesar 371, 208 juta dolar AS atau 98,90.
Selanjutnya, perhiasan/permata sebesar 2,417 juta dolar AS atau 0,64 persen. Ikan dan udang sebesar 787,882 ribu dolar AS atau 0,21 persen.
Kemudian garam, belerang, kapur sebesar 287,032 ribu dolar AS atau 0,08 persen, serta daging dan ikan olahan sebesar 241,001 ribu dolar AS atau 0,06 persen.
"Selama ini komoditas ekspor kita masih didominasi barang galian/tambang non migas hasil produksi PT AMNT. Tetapi tetap saja hal itu riskan karena tidak didukung oleh sektor-sektor ekonomi lainnya seperti pertanian dan perdagangan," ujar Akhdiansyah di Mataram, Kamis.
Ia mengatakan, mestinya NTB harus lepas dari ketergantungan tambang, karena bagaimanapun lambat laun barang tambang akan habis. Ketika bahan galian logam habis dan daerah tidak siap mengantisipasi, di khawatirkan akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi di wilayah itu.
"Jadi perlu menyusun road map ekspor komoditas yang lebih bagus kedepannya dalam sektor-sektor penyangga lainnya seperti pertanian dan perdagangan," kata pria yang menjabat Ketua Bapemperda DPRD NTB ini.
Untuk itu politisi dari Dapil VI Kabupaten Dompu, Kabupaten Bima dan Kota Bima ini berharap agar ke depan perencanaan dan penganggaran terkait hal ini dapat dilakukan secara lebih masif lagi terutama dalam sektor-sektor pertanian dan perdagangan.
"Tahun ini penganggaran-nya sudah mulai ke arah modernisasi pertanian, penguatan irigasi dan lainnya. Jadi ada peningkatan dari sisi anggaran. Di sisi lain dalam aspek perdagangan masih bersifat normatif. Dari sisi anggaran, kami belum mendapatkan angka riil soal itu," katanya.
Badan Pusat Statistik (BPS) NTB mencatat kenaikan nilai ekspor di wilayah itu pada bulan Desember sebesar 375,34 juta dolar AS atau 49,87 persen dibandingkan bulan November 2023. Penyumbang terbesar ekspor tersebut masih didominasi bahan tambang.
"Jika dibandingkan bulan Desember 2022 mengalami kenaikan 61,56 persen," kata Kepala BPS NTB, Wahyudin.
Ia menyebutkan, nilai ekspor Desember 2023 terbesar ditujukan ke Jepang dengan nilai sebesar 127,889 juta dolar AS atau 34,07 persen, berikutnya India sebesar 84,082 juta dolar AS atau sebesar 22,40 persen.
Kemudian disusul Korea Selatan sebesar 84,034 juta dolar AS atau 22,39 persen, China sebesar 76,420 juta dolar AS atau 20,36 persen dan Australia sebesar 1,437 juta dolar AS atau 0,38 persen.
Untuk kelompok komoditas ekspor NTB yang terbesar pada Desember 2023, di antaranya barang galian/tambang non migas sebesar 371, 208 juta dolar AS atau 98,90.
Selanjutnya, perhiasan/permata sebesar 2,417 juta dolar AS atau 0,64 persen. Ikan dan udang sebesar 787,882 ribu dolar AS atau 0,21 persen.
Kemudian garam, belerang, kapur sebesar 287,032 ribu dolar AS atau 0,08 persen, serta daging dan ikan olahan sebesar 241,001 ribu dolar AS atau 0,06 persen.