Singaraja (ANTARA) -
Tim Kesenian Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHN) Mpu Kuturan Singaraja, Bali bersama Tim Kesenian Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja berkolaborasi menampilkan kesenian "gong kebyar" sebagai upaya melestarikan tradisi dan budaya Pulau Dewata.
"Salah satu garapan yang ditampilkan oleh STAHN Mpu Kuturan Singaraja adalah tabuh kreasi yang merupakan hasil kreativitas mahasiswa," kata Koordinator Tim Kesenian STAHN Mpu Kuturan Singaraja I Putu Ardiyasa di Singaraja, Minggu.
Ia mengatakan, kolaborasi antara Undiksha dan STAHN MPU Kuturan tersebut adalah kedua kalinya dilaksanakan dengan konsep "mebarung" dengan UKM Kesenian Daerah Undiksha Singaraja serangkaian dengan Ganesha Art Festival.
Salah satu penampilan apik yang memukau penonton yang memadati panggung terbuka Taman Bung Karno Sabtu malam adalah Tabuh Kreasi berjudul Tedjarasa. Yang lebih mengagumkan, tabuh kreasi ini merupakan hasil karya dari Putu Adjie Pramesti Suryawan Nesaputra yang tidak lain adalah Mahasiswa Prodi Hukum Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja.
Ardiyasa menjelaskan, dari sinopsis yang dibacakan, makna filosofis Tedjarasa dapat dipahami sebagai api dalam konteks spirit dan semangat jiwa muda pemuda Buleleng.
Semangat yang berkobar layaknya api namun jika dikelola dengan baik semangat ini merupakan karakter maju masyarakat muda Buleleng. Semangat pemuda Buleleng tergambar dalam karakter yang seringkali diidentikkan dengan semangat jiwa dinamis dan emosional.
“Ini kali kedua kami diajak bekerja sama dan ini merupakan sebuah kebanggaan, apalagi setelah melihat semangat dari panitia. Kita STAHN Mpu Kuturan dan Undiksha sebagai Perguruan Tinggi Negeri, ke depan harus selalu berkolaborasi untuk bisa melakukan pelestarian seni dan budaya, khususnya yang ada di Kabupaten Buleleng,” ucapnya.
Selain tabuh kreasi, Tim Kesenian STAHN Mpu Kuturan juga menyajikan dua tarian. Masing-masing tari Wiranjaya dan Tari Ngalap Kopi. Tari Wiranjaya sebelumnya dikenal sebagai kebyar Buleleng Dauh Enjung yang diciptakan pada tahun 1947 oleh Ketut Merdana, salah seorang seniman kenamaan dari desa Kedis, Buleleng.
Baca juga: Teras Udayana, ruang kreatif warga Mataram dalam berkesenian
Baca juga: Jateng promosikan kesenian dan budaya di Jakarta
Sementara Tari Ngalap Kopi merupakan hasil rekonstruksi yang awalnya merupakan konsep karya tari kakebyaran yang digagas oleh I Ketut Merdana pada tahun 1965. Penampilan tidak kalah apik juga disajikan oleh UKM Kesenian daerah Undiksha Singaraja. Dalam penampilannya, Undiksha menyajikan tiga garapan. Masing-masing Tabuh Kreasi Solah Gasal, Tari Truna Jaya dan tari Kreasi Nirlaya.
"Salah satu garapan yang ditampilkan oleh STAHN Mpu Kuturan Singaraja adalah tabuh kreasi yang merupakan hasil kreativitas mahasiswa," kata Koordinator Tim Kesenian STAHN Mpu Kuturan Singaraja I Putu Ardiyasa di Singaraja, Minggu.
“Ini tentu menjadi kebanggaan bagi kami, karena tabuh ini kami persiapkan hanya dalam jangka waktu enam kali pertemuan saja. Dan kami memang memberikan keleluasaan kepada mahasiswa untuk berkreativitas, namun tetap dalam pantauan kami,” ujar dia.
Sementara itu, Wakil Ketua III STAHN Mpu Kuturan Singaraja Dr. Ida Bagus Wika Krishna yang hadir untuk menyaksikan pertunjukan mebarung tersebut mengaku bangga. Terlebih lagi, ini merupakan kali kedua STAHN Mpu Kuturan Singaraja diajak bekerja sama dengan Undiksha Singaraja dalam bidang kesenian.
Baca juga: Teras Udayana, ruang kreatif warga Mataram dalam berkesenian
Baca juga: Jateng promosikan kesenian dan budaya di Jakarta