Mataram (ANTARA) - Penjabat Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), Lalu Gita Ariadi mendorong pengembangan wilayah perairan Teluk Bima dan aktivitas lalu lintas perdagangan di Pelabuhan Laut Bima menjadi pintu masuk yang terbesar di wilayah Nusa Tenggara Barat.
"Setelah melihat secara langsung potensi wilayah perairan Teluk Bima dan aktivitas lalu lintas perdagangan di pelabuhan laut Kota Bima, akan terus berkembang dan menjadi pintu masuk perdagangan dan lalu lintas barang yang maju ke depannya di NTB," kata Lalu Gita Ariadi dalam keterangan tertulis diterima di Mataram, Minggu.
Ia menilai, Pelabuhan Bima adalah urat nadi dari perekonomian, keluar masuknya komoditi logistik dari dan ke Kota Bima dan kabupaten di sekitarnya.
"Kita lihat di sini aktivitas bongkar muat kapal yang membawa barang kebutuhan masyarakat Bima dan hasil- hasil dari Bima untuk dikirim ke luar daerah sangat besar," ujarnya didampingi Penjabat Wali Kota Bima, Mohammad Rum usai berkeliling secara langsung melihat potensi wilayah perairan Teluk Bima dan aktivitas lalu lintas perdagangan di Pelabuhan Bima.
Miq Gite sapaan akrabnya menambahkan bahwa Pelabuhan Bima sangat potensial sekali untuk dikembangkan sebagai salah satu pintu masuk perdagangan sekaligus untuk memenuhi kebutuhan logistik masyarakat di Pulau Sumbawa.
"Ini sangat potensial sekali dan nanti bagaimana Pemerintah Kota Bima bersama pemerintah provinsi dan nasional mengembangkan pelabuhan ini dengan sebaik-baiknya," kata Miq Gite.
Hal ini, kata dia, untuk memastikan di daerah Kota Bima dan sekitarnya, khususnya distribusi logistik tetap tersedia dengan keterjangkauan harga dan lain sebagainya.
"Itu makanya kami inspeksi situasi, Alhamdulillah bergerak dinamis," katanya.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan, Pelabuhan Bima merupakan pelabuhan laut utama di wilayah pengembangan Pulau Sumbawa bagian Timur sebagai pelabuhan feeder (pengumpan).
Pelabuhan yang dalam pengelolaannya dilakukan oleh Kantor Kesyahbandaran dan Otorita Pelabuhan dan Pelindo III, merupakan pelabuhan pengumpul yang memiliki panjang alur 3,9 mil laut, lebar alur 1.500 meter, kedalaman alur 9-13 MLWS.
Pelabuhan laut Bima saat ini sudah disinggahi kapal-kapal besar seperti KM AWU, KM Tatamelau, KM Kelimutu, Kapal Ferry Cepat Barito dan Kapal Ferry Cepat Serayu serta kapal-kapal perintis. Di samping itu juga menjadi pusat bongkar muat barang ekspedisi dan pelayaran.
"Setelah melihat secara langsung potensi wilayah perairan Teluk Bima dan aktivitas lalu lintas perdagangan di pelabuhan laut Kota Bima, akan terus berkembang dan menjadi pintu masuk perdagangan dan lalu lintas barang yang maju ke depannya di NTB," kata Lalu Gita Ariadi dalam keterangan tertulis diterima di Mataram, Minggu.
Ia menilai, Pelabuhan Bima adalah urat nadi dari perekonomian, keluar masuknya komoditi logistik dari dan ke Kota Bima dan kabupaten di sekitarnya.
"Kita lihat di sini aktivitas bongkar muat kapal yang membawa barang kebutuhan masyarakat Bima dan hasil- hasil dari Bima untuk dikirim ke luar daerah sangat besar," ujarnya didampingi Penjabat Wali Kota Bima, Mohammad Rum usai berkeliling secara langsung melihat potensi wilayah perairan Teluk Bima dan aktivitas lalu lintas perdagangan di Pelabuhan Bima.
Miq Gite sapaan akrabnya menambahkan bahwa Pelabuhan Bima sangat potensial sekali untuk dikembangkan sebagai salah satu pintu masuk perdagangan sekaligus untuk memenuhi kebutuhan logistik masyarakat di Pulau Sumbawa.
"Ini sangat potensial sekali dan nanti bagaimana Pemerintah Kota Bima bersama pemerintah provinsi dan nasional mengembangkan pelabuhan ini dengan sebaik-baiknya," kata Miq Gite.
Hal ini, kata dia, untuk memastikan di daerah Kota Bima dan sekitarnya, khususnya distribusi logistik tetap tersedia dengan keterjangkauan harga dan lain sebagainya.
"Itu makanya kami inspeksi situasi, Alhamdulillah bergerak dinamis," katanya.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan, Pelabuhan Bima merupakan pelabuhan laut utama di wilayah pengembangan Pulau Sumbawa bagian Timur sebagai pelabuhan feeder (pengumpan).
Pelabuhan yang dalam pengelolaannya dilakukan oleh Kantor Kesyahbandaran dan Otorita Pelabuhan dan Pelindo III, merupakan pelabuhan pengumpul yang memiliki panjang alur 3,9 mil laut, lebar alur 1.500 meter, kedalaman alur 9-13 MLWS.
Pelabuhan laut Bima saat ini sudah disinggahi kapal-kapal besar seperti KM AWU, KM Tatamelau, KM Kelimutu, Kapal Ferry Cepat Barito dan Kapal Ferry Cepat Serayu serta kapal-kapal perintis. Di samping itu juga menjadi pusat bongkar muat barang ekspedisi dan pelayaran.